Apa jadinya jika Guru yang menyebalkan itu men*embak mu untuk menjadi kekasihnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17
Seperti informasi yang diberikan oleh Wali Kelas, siang hari semua siswa dikumpulkan di lapangan sekolah.
Semua murid sudah berbaris, sesuai kelas nya masing - masing. Para Guru juga sudah mengisi barisan mereka. Seperti formasi saat upacara bendera tiap hari senin.
"Anak-anakku yang saya banggakan, menjelang ulangan kenaikan kelas, saya ingin menyampaikan pesan agar kalian tetap semangat dalam belajar. Ingatlah bahwa ulangan ini bukan hanya sekadar penentu kalian naik kelas atau tidak, tetapi juga merupakan evaluasi dari usaha dan pembelajaran kalian selama satu tahun ini. Jadikan ulangan ini sebagai kesempatan untuk menunjukkan kemampuan terbaik kalian dan menguji sejauh mana kalian telah memahami materi pelajaran.
Persiapkan diri dengan baik, namun jangan terlalu stres. Belajar dengan tenang dan fokus, serta jangan lupa untuk beristirahat dan menjaga kesehatan.
Ingatlah tujuan kalian belajar dan mengapa kalian ingin melanjutkan pendidikan sampai saat ini. Semangat dan motivasi kalian akan menjadi kunci keberhasilan. Selamat belajar, dan semoga Tuhan senantiasa memberikan kemudahan dalam setiap usaha kalian ! "
Gemuruh tepuk tangan bergema setelah pidato dari Kepala Sekolah. Setelahnya, giliran pembina OSIS yang menyampaikan sambutannya. Sanjaya yang sejak dua tahun lalu didapuk sebagai Pembina OSIS, maju ke tempat yang tadi Kepala Sekolah menyampaikan pidato.
"Sesuai amanat dari Kepala Sekolah, dan juga Agenda rutin setiap menjelang akhir semester, kegiatan perlombaan antar kelas sangat penting untuk menyegarkan semangat kalian, terutama agar kalian bisa memberikan upaya terbaik pada saat nanti mengerjakan soal ulangan.
Jangan sampai, belum mengikuti ulangan, kepala kalian sudah panas, karena sering dapat hukuman, atau terlalu banyak materi yang harus dipahami. Ibarat mesin kalau panas pasti performanya kurang. Otak kita juga seperti itu, perlu diberikan hal - hal yang menyenangkan, agar tidak panas.
Selalu junjung sportifitas kalian saat nanti mengikuti lomba, walaupun mungkin hanya lomba antar kelas saja. Tunjukkan bahwa kelas kalian adalah yang terbaik ! ".
Gemuruh tepuk tangan kembali terdengar, setelah Sanjaya selesai menyampaikan pidato nya.
Tadi, selama Sanjaya maju ke depan dan berpidato, Sasi, satu - satunya sahabat Ganes yang mengetahui hubungan asmara Ganes dan Sanjaya, tidak bisa mengabaikan rasa penasarannya akan hubungan keduanya. Gadis itu sibuk melirik secara bergantian, antara Sanjaya yang berdiri di depan, dan Ganes yang berdiri tidak jauh dari nya. Walaupun berada di barisan berbeda, Sasi masih bisa melihat dengan jelas wajah sahabatnya itu.
Beberapa kali, Sasi mendapati arah tatapan mata Sanjaya menuju ke arah Ganes. Entah karena Dia yang secara sepihak menyimpulkan begitu, atau memang Sanjaya benar - benar menatap Ganes. Sementara sahabatnya itu, terlihat biasa saja, malah terlihat sedang kepanasan, karena beberapa kali mulutnya menyemburkan angin ke arah poni nya yang turun ke dahi.
'Aku masih belum menyangka, kira - kira siapa yang duluan jatuh cinta? Atau siapa duluan yang mengatakan perasaan nya? Jangan - jangan Ganes duluan. Benci jadi cinta ! Gara - gara sering dihukum, terus jatuh cinta? Ih masa gitu? '. Sasi malah bermonolog dalam hati.
Lain Sasi, lain Ganes. Gadis yang diam - diam diperhatikan oleh Sasi itu, selama Sanjaya berpidato, tidak benar - benar mendengarkan. Dia sibuk mengurusi panas yang melingkupi wajahnya. Poni yang sudah mulai memanjang, dan sulit diatur, menambah pekerjaan Ganes. Dia harus meniup - niup poninya, untuk mengurangi hawa panas.
'Ini poni kudu ku potong aja kali ya? Nyusahin bener ! Udah itu matahari panas, ditambah ini rambut nutupin kening ! Duhhh ! Mana itu yang di depan ceramahnya lama bener ! Biasanya juga nggak ikut kasih sambutan kok ! '. Ganes hanya bisa menggerutu dalam hati.
Selesai pemberian nasehat oleh Kepala Sekolah, dilanjutkan oleh Pembina OSIS, ternyata masih ada lagi pengumuman dari panitia lomba.
"Hadeh, kan Wali Kelas udah nyampein, ngapain disampaikan lagi sih? Pas lombanya juga pasti dikasih tau lagi. Malesnyaaa ! "
Protes salah satu murid tak jauh dari posisi Ganes.
Kalimat itu mewakili hati Ganes, namun apa boleh buat, terpaksa harus didengarkan sampai selesai. Beruntung, hanya sebentar saja panitia lomba kasih pengumumannya. Karena jika tidak, pasti semua sudah bubar barisan, dan tidak mau mendengarkan lagi. Cuaca sangat panas, tidak bisa lama berjemur di luaran.
Semua murid membubarkan diri, setelah selesai acara di lapangan sekolah.
"Ganes !! ".
Ganes yang sedang berjalan bersama teman - temannya, terpaksa berhenti saat ada suara yang memanggil namanya. Teman - temannya tidak ikut berhenti, karena sudah tidak tahan dengan panas nya udara di luar.
"Eh Kak Sam, Ada apa Kak? " Tanya Ganes, begitu sudah berhadapan dengan lawan bicara nya.
"Aku dengar kamu ikut lomba storytell ya?". Tanya Sam dengan di iringi senyuman di bibir.
"Iya nih Kak hehehe ! Kenapa ya? Kakak juga ikut lomba itu? "
Ganes tidak niat bertanya sebenarnya. Bukan urusan nya juga. Tetapi demi menghargai orang yang mengajaknya berbicara, Ganes terpaksa balik bertanya.
"Ah nggak ! Aku nggak bakat Hehe, Cuman besok ikut lomba yang antar tim, lomba basket. Lomba terakhir sebelum mulai sibuk Ujian. Ganes harus nonton yaah ! " Ucap Sam, dengan tatapan penuh harap. Di tingkat akhir, kesempatan untuk menikmati indahnya bangku SMA akan segera berakhir. Dan Sam tidak ingin menyia - nyiakan kesempatan itu.
Dia meminta Ganes menonton, karena ada hal yang akan ditunjukkannya ke Ganes. Sudah lama Dia menargetkan Ganes menjadi kekasihnya, namun Ganes yang cuek itu, tidak memberinya kesempatan untuk mengungkapkan perasaan. Baru kemarin, saat Ganes memberinya minuman, keberanian yang sempat Dia miliki, muncul kembali. Dia ingin Ganes menjadi kekasihnya.
"Ah iya Kak.. Nanti Aku sempatin nonton Hehe ". Jawab Ganes, kemudian terkekeh. Dia tidak bisa janji untuk menonton lomba basket. Karena belum tentu Dia mood seperti kemarin. Jika Lala tidak menariknya untuk ikut menonton, mungkin saat itu Dia masih di kelas, tidur. Hehehe...
"Oke makasih Ganes ! Semangat yaaa !! ". Setelah menepuk pundak Ganes, Sam, si Kakak Kelas, langsung berlalu.Dan Ganes pun melanjutkan langkahnya menuju kelas.
Di persimpangan koridor, sebelum berbelok ke koridor menuju kelasnya, sebuah tangan menarik Ganes.
"Hei? ". Ganes terkejut, karena Dia ditarik secara paksa, oleh orang lain, yang ternyata itu adalah Sanjaya.
Seperti Sasi yang tadi pagi menyeretnya paksa ke ruang bahasa, kali ini Sanjaya menyeret Ganes ke ruang praktikum. Ruangan itu yang paling dekat dengan posisi mereka tadi.
Sanjaya langsung mengunci pintu, dan mulai mengungkung Ganes dibalik pintu yang tadi sudah Dia kunci. Tatapannya seperti menguliti Ganes.
"Bapak kenapa sih? ". Tanya Ganes. Dia takut dengan tatapan tajam Sanjaya. Apa salahnya?
"Jangan buat Saya cemburu Ganes ! ". Ucap Sanjaya pelan. Posisi keduanya sangat dekat. Ganes bahkan harus memundurkan kepalanya, namun sudah mentok di pintu.
"Cemburu apa sih Pak? Ngomong itu yang jelas. Ini kenapa dekat - dekat sih Pak? ". Ganes mencoba mendorong dada Sanjaya, karena merasa tidak nyaman dengan posisi Mereka saat ini.
Apa yang dilakukan Ganes justru membuat Sanjaya semakin marah. Dia langsung memagut bibir Ganes dengan serakah, dan menahan tengkuk kekasihnya itu agar tidak bergerak menjauh.
Mata Ganes membola saat menerima kejutan itu. Ini pertama kalinya Dia mendapatkan ciuman di bibir. Sanjaya yang melakukannya dengan paksa.
Sanjaya menelusuri bibir Ganes yang manis. Dia menikmati itu, hingga api cemburu di dada nya padam.
Dia cemburu pada Ganes yang didekati Lelaki lain. Sudah dua kali Ganes membuat nya cemburu, dan kali ini Sanjaya tidak bisa menahan gemuruh di dadanya.
Pagutan Sanjaya berlangsung cukup lama, Membuat Ganes yang harus mendongak merasa pegal di tengkuk nya.
'Duh.. Lala kok bener sih ! Susah ciuman dengan beda ketinggian ! '.
"Saya cemburu Kamu dekat dengan Lelaki lain, Ganes.. ". Ucap Sanjaya setelah kegiatannya selesai.
Sanjaya mengelap bibir Ganes dengan telunjuknya. Bibir Ganes tampak membengkak akibat tingkahnya barusan. Dia menatap Ganes, dalam.
"Saya sangat sayang ke Kamu Nes.. Tidak boleh ada yang lain di hati kamu selain Saya.. Apa Kamu paham? ". Ucap Sanjaya lagi. Kali ini Ganes sudah sadar dari kelinglungan nya.
Ganes hanya bisa mengangguk patuh. Tidak mengucapkan apapun. Bibir nya terasa kebas, karena Sanjaya tadi menghisap terlalu kuat.
.
.
.
Heheheeeeeeee 🫠🫠🫠