Mantan Asisten CEO yang meninggal tiba-tiba bangun di tubuh menantu lemah dan mengetahui semua rahasia kelam keluarga besar Aruna.
Dia yang dibunuh oleh CEO Aruna group akhirnya memutuskan untuk memulai pembalasan dendamnya.
Dimulai dengan misi mengambil kembali posisi putri tunggal keluarga Jayata dan menyingkirkan putri palsu yang licik.
Apakah dia berhasil, atau justru berakhir mati untuk yang ke_2 kalinya?
Yuk,, baca...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Akan melakukan tes DNA
Dedi penuh kepercayaan diri melangkah untuk menghampiri Sang presdir.
"Tuan pres...." Kata-kata Dedi berhenti seketika ia melihat Presdir Jayata melewatinya begitu saja, bahkan berpura-pura tidak mendengar sapaan darinya.
Sementara Tuan Presdir yang melangkah, dia mempererat genggaman tangannya pada tiang infus yang sedang ia dorong.
Bagaimanapun, dia jelas tahu bahwa pria yang baru saja hendak menyapanya itu adalah suami dari perempuan yang telah merundung cucu kandungnya beberapa waktu yang lalu.
Jadi tidak mungkin dia akan memiliki hubungan dengan orang-orang seperti itu, dia bahkan ingin membantu cucunya untuk langsung menyingkirkan keluarga itu, namun mengingat sekarang masih belum jelas Apakah Hani benar-benar cucu kandungnya atau bukan, maka Presdir Jayata masih menahan diri.
Presdir Jayata pun terus melangkah sampai akhirnya dia tiba menghampiri Hani yang sedang berbincang dengan bos batubara.
"Tuan presdir," ucap bos batubara bersama-sama dengan Hani.
Presdir Jayata menjabat tangan kedua orang yang ada di sana membuat semua orang di ruangan itu menjadi semakin iri dengan keberuntungan bos batubara itu bersama dengan Hani.
"Ada hal yang perlu saya bicarakan secara pribadi dengan Hani terlebih dahulu," ucap Presdir pada bos batubara membuat bos batubara itu menganggukkan kepalanya dan segera berjalan pergi dari sana.
Begitu hanya tinggal Hani dan presdir Jayata, semua orang kembali terkejut.
"Siapa perempuan itu? Kenapa dia dihampiri Presdir Jayata?"
"Aku rasa hanya menantu Presdir Jayata yang biasanya bersosialisasi dengan orang-orang di acara pesta, dan presdir Jayata sangat jarang menghadiri acara-acara apapun yang diadakan, tapi sekarang jangan-jangan dia yang sakit datang kemari mengikuti acara amal ini hanya untuk bertemu perempuan itu?"
"Itu perempuan yang berselisih dengan keluarga Aruna, tapi ternyata memiliki kedekatan dengan presdir Jayata? Apa sebenarnya identitasnya?"
Semua orang bertanya-tanya, dan bisikan-bisikan di sekitar jelas didengar oleh Dedi membuat Dedi menggertakkan giginya dengan penuh amarah.
Sebenarnya apa yang telah dilakukan oleh keluarga kedua sejak keluar dari kediaman Aruna sampai-sampai Hani bisa mengenal Presdir Jayata?
Padahal mereka sudah lama ingin dekat dengan keluarga Jayata, tapi begitu sulit melakukannya, namun Hani malah bisa melakukannya dalam waktu yang begitu singkat? Sangat mustahil!
Meski begitu penasaran, Dedi hanya bisa menahan diri dan melihat Presdir Jayata tampak memperbincangkan sesuatu yang serius, namun begitu sesekali Mereka tampak tersenyum seperti dua orang yang memang sudah dekat dari dulu.
"Saya sungguh berterima kasih atas pertolongan Nona Hani waktu itu," ucap Tuan presdir.
"Jangan khawatir, Saya senang melakukannya. Saya hanya sedikit merasa aneh dengan ucapan terakhir Anda saat itu, apakah Saya mengingatkan Anda pada cucu anda?" Tanya Hani.
Presdir Jayata tersenyum, "itu benar," sang presdir memperhatikan telinga kiri Hani, namun saat itu telinga kiri Hani ditutupi dengan rambut sebab Hani tidak ingin menarik perhatian orang-orang di sekitarnya sehingga dia memilih berjaga-jaga.
"Cucu Saya memiliki tanda lahir berbentuk bintang di telinga kirinya, dia hilang saat masih bayi, kami berusaha mencarinya kemana-mana namun tidak menemukannya. Jadi begitu melihat Nona Hani memiliki tanda yang sama, maka saya menjadi emosional. Jika Nona Hani tidak keberatan, Bisakah kita melakukan tes DNA?" Tanya sang presdir.
"Tes DNA?" Mata Hani berkaca-kaca, "sebenarnya dari dulu saya tidak punya keluarga, dan saya mengalami hidup yang begitu sulit sehingga jika suatu saat saya bertemu dengan keluarga saya, saya akan begitu senang, jadi tentu saja Saya bersedia untuk melakukan tes dna-nya jika memang diperlukan. Meski begitu jika hasilnya nanti keluar dan tidak sesuai harapan, Saya berharap Tuan Presdir tidak merasa terlalu kecewa," ucap Hani.
"Saya akan tetap menganggap mu seperti cucu saya," kata Sang Presdir sambil tersenyum dengan senyuman itu menular ke wajah Hani.
"Saya dengar tes DNA bisa dilakukan terhadap bagian tubuh manapun, kalau begitu,,," Hani mencabut sehelai rambutnya, dan menggulungnya dengan hati-hati agar kelihatan orang lain karena dia tidak ingin dilihat oleh orang-orang.
Hani lalu secara diam-diam berjabat tangan dengan sang presdir memberikan rambutnya itu pada sang Presdir.
Presdir pun tidak ingin ada hal-hal aneh yang terjadi jika ada orang jahat yang kemudian mengetahui dia hendak melakukan tes DNA pada Hani jadi dia bekerja sama dengan Hani dan menyimpan helai rambut itu secara diam-diam.
Namun ketika Hani ingin berbicara sesuatu lagi, tiba-tiba saja Dedi datang di sampingnya.
"Keponakan ku sayang, Aku tidak menyangka kau datang di sini," ucap Dedi membuat Hani menatap Dedi dengan tatapan herannya.
Ada apa dengan pria ini?
"Keponakan?" Presdir Jayata bertanya dengan bingung, dia mengetahui skandal keluarga Aruna dengan Hani, namun sekarang ada kata keponakan yang keluar dari mulut Dedi Aruna?
Apa yang terjadi?
"Ya," Dedi merasa begitu senang, akhirnya sekarang dia bisa berbicara dengan Presdir Jayata, "Hani adalah keponakan saya selama 3 tahun terakhir ini, dia menikah dengan keponakan saya," ucap Dedi menjelaskan.
"Nona Hani sudah menikah?" Sang Presdir kembali menatap Hani untuk mendapatkan jawaban.
"Benar, suami saya bernama Rizky Aruna, tetapi meski begitu, hubungan saya dengan keluarga Aruna tidak terlalu--"
"Ha ha ha... Astaga Hani, kita harus menjaga nama baik keluarga kita di hadapan orang lain. Bukan begitu presdir?" Kata Dedi masih terus tersenyum sambil menatap presdir Jayata.
"Itu benar," Sang presdir menganggukkan kepalanya, "tapi jika kalian adalah keluarga, video perundungan yang beredar di internet itu--"
"Itu hanya salah paham," ucap Dedi memotong ucapan Hani, "saya pastikan setelah acara ini, istri dan menantu saya Clara akan meminta maaf pada Hani. Lagi pula kami adalah keluarga, kesalahpahaman sedikit saja tidak mungkin membuat keretakan dalam keluarga. Bukan begitu Hani?" Tanya Dedi sambil menatap Hani.
Hani tertawa kecil, benar-benar trik yang licik!
Benar, Dedi ini adalah pria yang selalu mencari keuntungan, karena tidak ada keuntungan yang di dapat saat keluarga Aruna berselisih dengannya, maka dia berubah haluan untuk memperlakukannya dengan baik agar mendapat kesempatan untuk berkenalan dengan Presdir Jayata.
"Ya, tentu saja seperti itu. Ah,, paman, aku dengar Clara dan tante Delita sudah setuju untuk melakukan permintaan maaf secara umum, kalau begitu aku akan langsung menarik tuntutannya. Kita keluarga, harus memperlakukan satu sama lain dengan baik bukan?" Ucap Hani membuat wajah Dedi menjadi tidak senang, Kenapa perempuan ini malah memanfaatkan kesempatan untuk menyuruh Clara dan istrinya meminta maaf secara umum?
Jika seperti itu, maka Clara dan Delita harus mengakui kesalahan mereka terhadap Hani.
Tetapi sebelum Dedi sempat berbicara untuk mengelak, Tuan Jayata sudah berkata, "sungguh keluarga yang harmonis, tentu saja jika sudah berkata ingin meminta maaf secara umum maka harus dilakukan. Tuan Aruna, Saya dengar proyek jembatan yang kalian kerjakan membutuhkan suntikan dana?"
"Ya, ya ya...." Dedi menganggukkan kepalanya dengan penuh antusias, sungguh keberuntungan yang luar biasa! Kebetulan sekarang mereka memang membutuhkan tambahan dana untuk proyek tersebut, dan jika Presdir Jayata mau memberikan tambahan dana itu, maka akan sangat menguntungkan baginya dan terutama ke depan ke depannya akan ada lebih banyak kerjasama yang bisa mereka lakukan.
Segera, Dedi dengan cepat menggambarkan secara umum tentang proyek jembatan yang sedang mereka kerjakan, sementara Hani yang berada di samping, ia terkejut saat mendapat kode secara diam-diam dari Presdir Jayata.
"Kalau begitu paman dan Presdir Jayata, silakan berbincang-bincang, saya masih ada hal yang perlu diurus," ucap Hani kemudian pergi meninggalkan kedua orang itu.
Hani memilih duduk di pojokan, memperhatikan keduanya yang hanya berbincang beberapa menit saja lalu Presdir mendorong tiang infusnya.
Meski begitu, terlihat jelas wajah Dedi memperlihatkan senyuman yang indah, keceriaan terpatri dari wajah pria paruh baya itu saat melihat kepergian Presdir Jayata.
"Dia mendapatkan apa yang dia mau, tapi aku rasa tidak sesederhana itu untuk presdir Jayata," ucap Hani tersenyum.
lanjut Thor....