Sejak selamat dari bencana alam yang melanda kampung halamannya, tubuh Lusi menjadi aneh.
Dia bisa merasa sakit tanpa terbentur, merasa geli tanpa digelitik. Dan merasakan kepuasan yang asing ketika Lusi bahkan tidak melakukan apa-apa.
Dan setelah bekerja di sebuah perusahaan dan bertemu sang CEO, akhirnya dia tahu sebabnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17
Pantas saja perut Lusi sakit sejak sore tadi. Ternyata dia datang bulan. Lusi pergi ke kamar dan mencari peralatan bulanannya tapi ternyata hanya tersisa satu.
"Aku harus keluar dan membelinya"
Lusi turun dan merasa sangat tidak nyaman. Efek akibat terjatuh di tangga darurat kemarin masih menyisakan ngilu di lututnya. Sekarang, perutnya sakit. Dia berjalan pelan sekali dan menemukan minimarket terdekat.
Ketika Lusi sedang memilih beberapa barang, seseorang berada tepat di belakangnya dan bicara.
"Kenapa malam-malam begini keluar?"
Lusi yang kaget segera menoleh dan menemukan Ari disana.
"Ari. Kupikir siapa. Aku ... Sedang belanja" jawab Lusi.
Ari melihat ke keranjang belanjaan Lusi lalu tersenyum. Kenapa orang ini tersenyum? Apa karena melihat pembalut di keranjang belanjaan Lusi? Bukankah itu hal yang biasa? Seorang wanita pasti akan membeli hal ini.
"Kau datang bulan?" tanya Ari tanpa filter.
Pertanyaan yang terlalu lugas. Lusi tidak suka ditanya seperti itu.
"Iya" jawab Lusi singkat lalu menggeser tubuhnya ke tempat lain. Menjauh dari Ari. Tapi teman satu asrama juga satu perusahaannya itu mengikuti di belakang.
"Apa kau tidak butuh coklat? Makanan yang pedas atau makanan asam?"
"Apa maksudmu?"
"Aku dengar wanita yang sedang datang bulan selalu membutuhkan makanan seperti itu"
Untuk orang yang baru saling bicara tiga kali, Ari memiliki keberanian untuk bicara layaknya seorang teman dekat.
"Tidak"
Sebaiknya Lusi cepat kembali ke asrama, kram perutnya juga terasa semakin sakit.
Lusi sedang mengantri di kasir dan Ari mengikutinya. Dia keluar dari minimarket, dan Ari mengikuti langkahnya. Baru saja dia ingin protes, kram perutnya memburuk. Membuatnya bahkan tak sanggup berjalan lagi. Dia harus jongkok karena merasa sangat tersiksa.
"Ada apa? Kenapa kau diam? Apa kau merasa tak nyaman aku ikuti? Tapi aku tidak mengikuti mu. Aku hanya pulang ke arah yang sama"
Lusi tidak membalas perkataan Ari karena sibuk memikirkan rasa sakit di perutnya.
Tak lama ada sebuah tangan besar memegang pundak Lusi. Membantunya kembali berdiri.
"Ayo duduk disana!"
Lusi tak percaya dengan apa yang dia lihat.
Tuan Muda West?
Kenapa Tuan Muda West ada disini? Menolongnya?
Lusi tak sanggup bicara dan hanya melangkah sesuai dengan ajakan Tuan Muda West. Dia duduk di sebuah bangku lalu Tuan Muda West menyodorkan sesuatu.
"Ini kompres panas, letakkan di perutmu. Minumlah teh hangat ini, agar rasa sakitnya mereda"
Lusi seperti bermimpi. Tak pernah sekalipun dia bermimpi akan mendapatkan perlakuan sebaik ini dari seorang pria. Dan pria itu adalah Tuan Muda West. Putra pemilik perusahaan tempatnya bekerja. Bisa dipastikan kalau sekarang Lusi benar-benar bermimpi.
Gyutttt
Rasa sakit di perutnya menyadarkan Lusi kalau itu bukan mimpi.
"Terima kasih Tuan Muda. Terima kasih" ucapnya.
"Kau harus cepat beristirahat"
Apa? Apa benar yang didengar Lusi tadi? Tuan Muda West menyuruhnya untuk cepat beristirahat? Tuan Muda West? Tampaknya Lusi berada dalam dunia diantara kenyataan dan mimpi. Tapi entah kenapa, telinganya benar-benar mendengar sesuatu yang mirip seperti sebuah kekhawatiran.
Lusi mengangguk lemah.
"Terima kasih"
Hanya dua kata itu yang bisa dia ucapkan.
"Dengan siapa kau bicara tadi?" tanya Tuan Muda West yang mengganti kompres di perut Lusi.
"Siapa?" tanya Lusi seperti orang bodoh. Dia terlalu terpaku pada wajah tampan Tuan Muda West yang ada di sebelahnya.
"Pria tadi!"
Lusi melihat ke arah yang ditunjuk oleh Tuan Muda West dan tidak menemukan siapapun. Lalu Lusi teringat pada Ari yang tadi mengikuti langkahnya.
"Oh, dia juga pegawai baru di Techno West. Namanya Ari Halt. Bekerja di departemen Pengembangan. Bagian IT" jelasnya.
"IT? Apa sakit di perutmu sudah membaik?"
Mata Tuan Muda West turun ke arah perut Lusi. Membuatnya salah tingkah. Baru kali ini Lusi berdekatan dengan orang setampan ini. Dan lagi, siapa yang akan menyangka penerus perusahaan akan berada tepat di dekatnya. Mengkhawatirkannya. Dan juga memberinya barang-barang yang diperlukannya.
"Sudah" jawabnya pelan.
"Baguslah. Di artikel yang aku baca, kram perut karena datang bulan dapat diredakan dengan kompres air hangat. Meminum sesuatu yang manis dan hangat. Juga berendam air hangat."
Apa? Kenapa Tuan Muda West memberinya tutorial meredakan kram perut karena datang bulan? Dan yang penting. Darimana Tuan Muda West tahu kalau Lusi sedang sakit karena datang bulan?
"Anda?"
"Baguslah kalau sudah sembuh. Aku pergi"
Lusi belum sempat bertanya tapi Tuan Muda West pergi. Dengan kaki sepanjang itu, Tuan Muda West bisa pergi cepat sekali. Menuju mobil yang ternyata terparkir di dekat minimarket tempat Lusi belanja tadi.
Ohhh, apa jangan-jangan Tuan Muda West melihatnya berbelanja pembalut? Karena itu, Tuan Muda West tahu dia terkena kram perut karena datang bulan? Apa memang karena itu?
Tidak tahu juga. Tapi sepertinya hal itu alasan yang paling masuk akal. Yang dapat Lusi pikirkan saat ini.
Lalu Ari? Kemana orang itu? Kenapa tiba-tiba menghilang ketika Tuan Muda West hadir?
Merasa perutnya membaik, Lusi beranjak pulang. Dia masih memegang erat kompres hangat yang diberikan Tuan muda West.
Apapun alasannya. Kedatangan Tuan Muda malam ini dan semua barang pemberian pria itu, akan menjadi kenangan baik untuk Lusi.
Baru saja ingin pulang dari makan malam gagal dengan kram perut yang menguat, Samuel melihat wanita itu keluar dari minimarket.
Lusi North, apa yang dilakukan wanita dengan perut sesakit ini di minimarket? Sedetik kemudian wanita yang diikuti pria itu tiba-tiba berjongkok.
Kelihatannya Lusi North tidak bisa menahan rasa sakit di perutnya lagi. Begitu juga dengan Samuel. Bagaimana cara meredakan sakit ini?
"Hentikan mobil!" perintah Samuel.
Tanpa mendengar asistennya yang bertanya, Samuel segera masuk ke dalam minimarket. Membeli kompres, teh hangat, minuman gula merah dan barang lain yang mungkin bisa meredakan sakit perut akibat dayang bulan. Dia belajar semua ini dari ibunya. Yang juga selalu merasakan sakit dikala datang bulan.
Dengan segera, Samuel menghampiri wanita itu dan memberikan semuanya.
Dan hasilnya?
Samuel berjalan ke arah mobil dengan perut yang nyaman. Tak lagi sakit seperti beberapa saat lalu.
"Tuan Muda? Bukankah itu Lusi North?" tanya asistennya.
"Iya"
"Apa yang tadi Anda lakukan?"
"Itu bukan urusanmu"
Samuel masuk kembali ke dalam mobil dengan perasaan tenang. Malam ini dia bisa tidur dengan nyenyak. Tidak seperti malam di tanggal serupa bulan-bulan sebelumnya. Dimana dia harus merasakan apa yang dirasakan oleh wanita itu dikala datang bulan. Dan terpaksa tidak tidur karena kram perut misterius.
uda baca karya2mu. syukaaaa...
semangat berkarya, lope u