Lima tahun telah berlalu sejak Edeline putus dengan kekasihnya. Namun wanita itu masih belum mampu melupakan mantan kekasihnya itu. Setelah sekian lama kehilangan kontak dengan mantan kekasih, waktu akhirnya mempertemukan mereka kembali. Takdir keduanya pun telah berubah. Edeline kehilangan harapannya. Namun tanpa dirinya sadari ada seseorang yang selama ini diam-diam mencintainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eriza Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
#17 Perasaan Anak Yang Terbuang
...Bab. 17...
...PERASAAN ANAK YANG TERBUANG...
Ariana meletakkan Lily putih ke atas makam ibu dan ayahnya. Sambil berlutut, ia membersihkan kotoran dan debu yang menutupi foto ibunya.
"Ibu, bagaimana kabarmu di sana? Beberapa bulan ini aku tidak datang fotomu sudah penuh dengan debu. Ibu, apa kamu sedang melihatku? Hari ini aku datang bersama temanku. Dia sudah datang waktu itu tapi aku tidak mengenalkannya padamu." Ariana berbicara di depan makam ibunya seolah ibunya berada di sana.
Keith membungkuk di depan makam ibu Ariana. Saat matanya menangkap foto ibu Ariana dengan begitu jelas. Ia terdiam dan membungkuk lebih dekat. Ia memperhatikan dengan lebih jelas foto ibu Ariana. Wajah ibu Ariana mirip wajah seseorang. Nama ibu Ariana juga Vanesa Neil. Ia masih tidak yakin sebab tidak tahu nama belakangnya.
"Ariana, maaf kalau aku boleh tahu. Kapan ibumu meninggal?" tanya Keith hati-hati takut menyinggung perasaan Ariana. Di lain sisi ada perasaan gundah di hatinya.
"Sepuluh tahun yang lalu. Kenapa tiba-tiba kamu bertanya seperti itu?" jawab Ariana heran. Keith tidak bertanya saat pertama kemari.
"Aku hanya berpikir wajahnya mirip seseorang. Apakah mungkin?" Keith berkata sambil merogoh saku jaketnya. Ia mengeluarkan selembar foto lama dan membandingkannya dengan foto di makam ibu Ariana.
Ariana melihat foto itu namun tidak begitu jelas. Ia mengambilnya dari tangan Keith dan memperhatikan lebih dekat. Ia membelalakkan mata. Ia melihat tulisan tangan di belakang foto. Kemudian menatap Keith.
"Keith?! Apa artinya ini? Ibu ...." Ariana bertanya dengan kaget.
"Apakah benar itu ibumu?" tanya Keith memastikan sekali lagi. Wajahnya memucat.
Ariana berdiri. Entah harus merasa bagaimana. Ia berjalan mondar-mandir dengan perasaan campur aduk. Lalu Keith yang sudah berdiri menunggu jawaban darinya menghentikan langkahnya.
"Aku tidak tahu. Ibu tidak pernah bilang apa-apa padaku!" seru Ariana. Ia sangat panik.
"Tolong, katakan padaku, Ariana! Apakah wanita di foto ini juga adalah wanita yang terbaring di makam ini?" tanya Keith amat memohon.
"Apa yang harus aku katakan kalau aku sendiri tidak tahu?" Ariana balik bertanya. Ia berbalik menatap makam ibunya. Kemudian ia menarik tangan Keith, membawanya ke suatu tempat yang sudah lama tak pernah ia injakkan kaki.
Hari sudah malam saat Ariana dan Keith tiba di sebuah rumah. Sebenarnya Ariana enggan bertemu pemilik rumah tersebut. Namun demi Keith, dia terpaksa melakukannya. Ariana memencet bel pintu dengan tak sabaran. Nyonya Martha, sang pemilik rumah membukakan pintu. Nenek berusia hampir 70 tahun yang nampak masih muda dan sehat itu kaget begitu melihat Ariana.
"Ariana!" seru Ny. Martha dengan tatapan merendahkan.
"Ada apa kamu datang malam-malam begini? Dan ... membawa seorang pria ke sini?" tanyanya dengan sinis.
"Bukankah tidak sopan berbicara di depan pintu?" balas Ariana datar.
Dengan terpaksa Ny. Martha pun membiarkan keduanya masuk. Setelah berada di ruang tamu, Ariana berbicara.
"Aku hanya ingin bertanya mengenai foto ini," katanya sambil menyerahkan foto lama milik Keith kepada Ny. Martha.
Ny. Martha mengambilnya dan dengan bantuan kacamata yang selalu melingkar di lehernya, ia memperhatikan foto tersebut. Ny. Martha nampak terkejut.
"Di mana kamu menemukan foto ini?" tanyanya dengan keras.
"Bukan aku yang menemukannya," jawab Ariana cuek.
"Maaf, Nyonya .... Foto itu diberikan oleh ayahku untukku. Apa Nyonya mengenali wanita yang ada di dalam foto tersebut?" sahut Keith dengan sopan.
"Tentu saja aku kenal! Wanita yang ada di dalam foto ini adalah putri bungsuku! Anak ini ... Anak di pelukannya ini pasti adalah cucu laki-lakiku. Sayang sekali, putriku ini telah meninggal sepuluh tahun yang lalu," jawab Ny. Martha dengan raut sedih.
"Benarkah?" Keith kaget sampai tak bisa berkata-kata.
"Kamu ini siapa? Kenapa foto ini bisa ada padamu?" tanya Ny. Martha yang rupanya adalah nenek Keith.
"Anak laki-laki di dalam foto itu adalah aku," jawab Keith pelan. Ariana membelalakkan mata namun kemudian membuang muka.
"Benarkah? Jadi, kamu cucuku yang hilang itu? Cucu laki-lakiku!?" seru Ny. Martha tak percaya.
"Iya, Nenek. Aku Keith, cucumu!" jawab Keith pelan.
"Oh ya ampun ... Kemarilah, aku tidak menyangka akan bertemu denganmu. Akhirnya ... Sayang sekali ibumu tidak sempat bertemu denganmu!" tutur Ny. Martha dengan penuh haru. Ia memeluk Keith dengan penuh kehangatan.
Ariana merasa tugasnya sudah selesai. Ia bangkit ingin pergi tapi Keith menahan.
"Ariana."
"Aku pulang duluan saja!" ujar Ariana.
"Jangan!" cegah Keith. Ia menarik Ariana.
"Kamu juga pasti ingin tahu cerita sebenarnya, kan?! Nenek, kumohon ceritakan padaku! Kenapa ibu meninggalkanku?" pinta Keith.
Ny. Martha menarik nafas. Ia menganggukkan kepala. "Awalnya aku tidak pernah setuju ibumu menikah dengan Henoch, ayahmu. Meski tanpa restu, mereka tetap menikah dan setelah itu pindah ke desa. Saat kamu baru belajar berjalan, ibu dan ayahmu datang membawamu untuk menemuiku dengan harapan aku akan menyukaimu dan menerima mereka kembali. Sebab aku tidak memiliki anak laki-laki dan kamu cucu pertamaku. Tapi, aku tetap tidak suka. Bertahun-tahun kemudian ibu dan ayahmu tidak pernah datang lagi. Sampai suatu hari ibumu menelepon ingin pulang. Entah mengapa ia ingin bercerai dengan ayahmu. Tentu saja aku sangat senang dengan berita itu sampai lupa kalau dia sedang ada masalah. Awalnya ia ingin membawamu, tapi aku tidak setuju karena aku tidak suka dengan ayahmu. Aku pikir masih bisa mendapat cucu laki-laki lagi," kenang Ny. Martha. Sedangkan Keith dan Ariana diam mendengarkan.
Ny. Martha melanjutkan kisahnya. "Setiap hari ibumu bersedih merindukanmu, Keith. Aku terus membujuknya untuk melupakanmu dan ayahmu. Ah, aku memang orang tua yang jahat. Aku juga membujuk ibumu agar mau menerima lamaran pria yang aku jodohkan yaitu Albey, ayahnya Ariana. Dengan harapan kesedihan ibumu akan hilang dengan kehidupan barunya. Aku juga berharap akan dapat cucu laki-laki lagi dari pernikahan keduanya. Namun harapanku kandas. Masa mengandung Ariana adalah masa tersulit bagi ibumu. Dengan pertaruhan nyawa Ariana lahir, tapi dokter menyarankan agar ia tidak hamil lagi karena itu akan membahayakan dirinya. Kala itu aku sangat kesal. Keinginan untuk menimang cucu laki-laki pun kandas seketika. Aku dan kakekmu hanya memiliki dua orang anak perempuan. Bibimu Amera, tidak menikah. Kakekmu kini sudah tiada. Aku hanya berpikir jika kelak aku juga tiada, siapa yang akan meneruskan usaha keluarga?! Anak perempuan akan menikah, tinggal bersama suaminya dan mengurus keluarga suaminya. Mana mungkin dia mampu mengurus usaha orang tuanya sendiri!?"
"Jadi, hanya karena itu alasannya kamu tidak pernah bisa menerimaku?" Ariana menyela dengan ketus.
"Ariana .... Tenanglah!" pinta Keith.
Ny. Martha tersentak. Ia melototi Ariana yang langsung membuang muka. Lalu kembali menatap Keith.
"Keith, sebenarnya ibumu sudah mencarimu. Tapi dia tidak pernah bisa menemukanmu. Saat dia kembali ke rumah ayahmu, kamu sudah pergi bahkan ayahmu tidak tahu kamu ke mana. Satu hal yang harus kamu tahu, sampai dia meninggal pun dia tidak pernah melupakanmu!" ungkap Ny. Martha. Keith mendengarkan dengan mata berkaca-kaca.
"Aku sebagai nenekmu sangat bersalah padamu. Aku sungguh minta maaf. Sekarang kamu sudah di sini. Ibumu di surga pasti bahagia melihatmu. Mungkin ini juga kesempatanku untuk menebus semua kesalahanku selama ini." Ny. Martha kembali berujar dengan penuh sesal. Ia beralih menatap Ariana.
"Ariana, Nenek juga minta maaf padamu! Nenek sangat bersyukur kamu menemukan Keith dan membawanya kemari. Meskipun kalian saudara tiri kalian berdua tetap cucuku. Ariana, Keith, tinggallah bersama Nenek di rumah ini. Rumah ini sangat sepi bila hanya ditinggali seorang wanita tua saja."
Ariana terkesiap. Namun wajahnya tetap tak menunjukkan ekspresi apa-apa. Keith membelai tangan neneknya.
"Nenek, aku tidak bisa tinggal di sini. Aku punya rumah sendiri. Tapi aku dan Ariana pasti akan sering datang menjenguk Nenek. Terima kasih Nenek sudah mau menceritakan semuanya padaku. Itu menjelaskan padaku, ibu bukan sengaja meninggalkanku. Aku tidak seharusnya membencinya," tutur Keith.
Ny. Martha mengusap pipi Keith. "Cucuku, sekarang kamu mengerti, bukan ibumu tidak menginginkanmu tapi Nenekmu inilah yang jahat. Nenek sangat menyesal," sesalnya.
"Sudahlah! Itu semua sudah berlalu. Yang terpenting sekarang aku tahu aku masih memiliki ayah, bibi, Nenek dan seorang adik perempuan di sini," balas Keith. Perasaannya begitu hangat. Ia merasa bahagia menemukan keluarganya. Ia menyadari bahwa ia tidak pernah sendiri.
Pulang dari rumah nenek, sepanjang perjalanan Ariana hanya diam saja.
"Hei, sekarang kamu benar-benar menjadi adikku!" Keith menyikut lengan Ariana bermaksud menggodanya.
"Ck, jangan terlalu senang. Aku tidak akan jadi adik yang baik untukmu!" sahut Ariana ketus.
"Sebenarnya bagaimana hubunganmu dengan nenek? Kamu nampak tidak senang," tanya Keith.
"Aku memang tidak senang seperti dia tidak pernah menyukaiku. Sekarang aku baru tahu alasannya, karena aku perempuan. Anak perempuan tidak akan menjadi penerus bagi keturunannya dan tidak bisa mewarisi usaha milik ayahku sendiri. Seperti aku akan bawa lari uangnya saja!" cibir Ariana.
Keith agak terkejut juga dengan perubahan sikap Ariana. Biasanya gadis itu selalu tersenyum manis sekarang ia justru nampak ketus.
"Itu sudah masa lalu. Bukankah nenek sudah minta maaf?!" kata Keith.
"Itu karena aku membawamu ke sana. Karena dia menemukan cucu laki-lakinya. Aku tidak percaya dia benar-benar minta maaf dan menyesal," timpal Ariana.
"Tidak baik berburuk sangka, Ariana. Semua sudah jelas, ibu juga sudah tiada, tidak ada gunanya lagi saling membenci. Nenek sudah tua, seharusnya kita lakukan hal-hal berguna untuknya di hari tuanya," Keith menasehati.
"Entahlah. Aku tidak tahu apa sakit hati yang sudah bertahun-tahun dapat sembuh hanya dengan sebuah ucapan maaf?! Sepuluh tahun yang lalu sejak ayah dan ibu meninggal, dia sama sekali tidak pernah sekalipun menjengukku. Meskipun saat itu aku begitu sedih dan terpukul. Dia justru membuangku, membiarkanku menangis sendiri. Untungnya bibi Amera mau menerimaku. Dia yang merawatku dan memberiku tempat tinggal sampai hari ini," kenang Ariana dengan perasaan terluka.
"Aku mengerti bagaimana rasanya. Namun kamu harus melepaskan beban itu, Ariana. Tinggalkan masa lalu dan berjalanlah ke depan. Seperti yang pernah kamu katakan padaku dulu. Semua kenangan buruk di masa lalu harus dilupakan.Masih ada banyak harapan yang menanti di sana. Aku juga pernah merasa terbuang. Aku juga pernah sendirian. Aku juga pernah mendendam. Aku malah lebih takut dan terus lari dari kenyataan. Tapi aku hadapi semuanya. Melawan rasa takut itu, lupakan yang sudah terjadi, maafkan dan memulai dengan hari yang baru. Selagi matahari masih terbit, selalu ada harapan baru di hari esok," kata Keith dengan penuh keyakinan. Ariana hanya diam saja mencerna kalimat Keith.
^^^bersambung...^^^
karna buka kisah baru itu perlu tenaga jga hirup udara yg pas😌 utk qm edeline semangat ya buat kisah baru nya lgi😌
ga segampang itu menjalani kisah baru dan melupakan yg lama
cari kerjaan baru mngkn akan berubah kehidupan baru dan pastinya akan bertemu dgn org yg baru
semangat
masih nyangkut masa lalu jgn mulai buka halaman baru
bisa aja qm yg selanjutnya menyakiti perasaan nya 🙄 pahamkan itu jgn asal hdup aja🙄
basa basi