Kenapa aku harus jatuh cinta pada istri om ku
Setelah sekian lama Mencarimu, kenapa begini...
Om aku mencintai istrimu
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nawangsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
*"Masih Cinta Yang Sakit"
Setelah mengucapkan semua yang ingin diucapkannya, Willy memilih kembali ke kamarnya dengan kursi rodanya saat maminya datang menghampiri Rani.
"Mom...aku kekamar ya, baiklah tante kecil anggap rumah sendiri dan tersenyumlah selalu"
kata Willy sambil mengedipkan sebelah matanya sebelum meninggalkan Rani berdua dengan maminya.
"Namanya Willy, dia anak mbak satu satunya bagaimana dia ramahkan tadi"
kata maminya Willy tanpa tahu suasana hati iparnya yang sedang menangis darah.
"i..i..ya...mbak, mbak aku pamit pulang ya kebetulan ini sudah sore dan aku merasa sedikit kurang sehat"
kata Rani beralasan agar bisa secepatnya pulang.
Dia merasa ingin segera bisa meluapkan menumpahkan beban dihatinya saat ini.
"Oh...ya udah gak papa biar dianter sama sopir ya, maaf ya tadi mbak maksa kamu nemenin mbak belanja, mbak gak tau kalo kamu sedang kurang sehat tadi sayang"
kata maminya Willy penuh penyesalan setelah memperhatikan kalo memang wajah iparnya ini nampak pucat.
"Mang tolong anterin istrinya Sanjaya sampai di rumahnya ya"
"Ok sayang hati hati ya, istirahat begitu sampe di rumah"
pesan maminya Willy pada Rani
"Makasih ya mbak, aku pulang dulu"
"Ya sayang bye..."
Sementara dari jendela kamarnya Willy memandang kepergian wanita yang dicintainya dengan perasaan yang bercampur aduk.
"Akh....brengsek!!!...kenapa rasanya sesakit ini..."
Lalu meluapkan semua emosinya dengan membuka semua perban yang melilit tubuhnya dan meninju bantal guling melempar semua yang ada di kamarnya, membuat seisi kamarnya hancur.
"bak....buk....bak....buk....prank.. pyar..."
Setelah puas menghancurkan semuanya, Willy memakai pakaiannya lalu pergi tanpa diketahui oleh maminya.
Dirumah Sanjaya
Sesampainya dirumah, Rani langsung masuk ke dalam kamarnya menangis sejadi jadinya menumpahkan semua emosi dan kesedihannya sambil memukul dadanya
"hi...hi..sakit...sakit...sekali.... kenapa sesakit ini rasanya....kak...maafkan aku...maafkan aku...."
Rani hanya bisa menangis sampainya akhirnya tertidur dan terbangun saat hari mulai malam.
"Jam berapa ini, sudah jam segini kok mas Jay belum pulang, apa aku telpon aja ya"
Rani yang melihat jam dinding sudah menunjukkan jam 10 malam lebih menjadi khawatir saat menyadari suaminya belum pulang.
"tut...tut...tut...."
suara nada panggil yang tidak diangkat membuat Rani semakin khawatir.
Berulang kali Rani mencoba menghubungi no pribadi suaminya entah sudah yang keberapa akhirnya terdengar jawaban dari seberang.
"Halo...siapa ya, maaf mas Jay-nya sedang istirahat"
terdengar jawaban dari seberang suara wanita yang sebelum sempat Rani bertanya tapi telpon langsung ditutup.
"Siapa wanita itu mas, kenapa kamu tidak memilih pulang kalo ingin istirahat, apalagi ini sudah malam yang seharusnya kamu sudah dirumah"
batin Rani berbicara memikirkan hal apa yang sebenarnya terjadi pada suaminya saat ini bersama wanita lain.
"Baiklah aku harus tetap berpikir positif mungkin mas Jay terlalu capek untuk pulang sehingga harus istirahat dikantornya"
begitulah batin Rani yang berusaha berpikir positif walau hanya untuk menghibur hatinya bahwa semuanya baik baik saja.
Ditempat lain
Sanjaya yang sudah dalam perjalanan pulang harus balik lagi ke kantornya karena menyadari hpnya tidak ada saat dia akan mengabari Rani istrinya jika dia akan pulang terlambat.
Tapi sesampainya di kantor setelah puas mencari tapi hpnya tetap tidak ditemukannya.
"Oh Tuhan kemana benda kecil itu, kenapa masih tidak ku temukan"
gumamnya sambil melangkah keluar dari kantornya.
Dilihatnya jam dipergelangan tangannya sudah menunjukkan hampir jam 12 malam.
"Sebaiknya aku segera pulang, Rani pasti khawatir karena jam segini aku belum pulang"
katanya bergegas menuju mobilnya.
*Makasih untuk para readers yang selalu setia mengikuti ceritaku, jangan lupa dukungannya tinggalkan jejakmu like vote dan coment 👍😘*
👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘