Novel ini merupakan kelanjutan cerita dari Novel Wanita Lucu Itu Istriku.
Marina merupakan gadis cantik, berambut ikal panjang, dan lemah lembut. Parasnya yang cantik membuat banyak kaum Adam menaruh hati padanya, tak terkecuali sahabatnya sendiri, yakni Daren. Pria blasteran Indo-Jerman itu sudah lama menyukai Marina. Namun, wanita itu tak peka terhadap cinta. Karena minimnya pengalaman dalam dunia percintaan.
Marina terkenal cukup pendiam, dia hanya bereaksi keras bila bertemu pria yang bernama Aljav. Pria itu selalu saja mengejeknya sebagai titisan body losion. Keduanya adalah anak dari dua pasang sahabat, yakni Alea dan Dina.
Sejak kecil hubungan mereka tak pernah akur. Namun, di tengah hubungan yang buruk itu, kedua orang tua Aljav justru menjodohkan Marina dan Aljav, meski tahu Marina sangat membenci pria tersebut. Sejujurnya ada alasan lain di balik perjodohan konyol itu. Apakah alasannya? dan bagaimanakah cara Aljav dan Marina mempertahankan rumah tangga mereka yang sering di warnai kesalahpahaman?
Saksikan kisahnya berikut ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon suharni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode. 16. Apakah Kau Cemburu?
Sepanjang perjalanan baik Marina maupun Aljav tak mengeluarkan sepatah kata pun. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing. Aljav memacu mobilnya dengan kecepatan tinggi. Marina tak protes sama sekali. Dia justru mengharapkan agar cepat sampai di rumah.
Mobil sedan Aljav akhirnya terparkir sempurna di pelataran parkiran rumah mewah kedua orang tuanya. Marina turun dari mobil tanpa melihat Aljav sama sekali. Wanita itu bahkan tak mengatakan apapun.
Aljav yang melihat sikap aneh Marina menjadi bingung. Mengapa wanita itu tiba-tiba saja diam? apakah sesuatu yang buruk terjadi pada wanita titisan body losion itu? pikir Aljav.
Merasa penasaran dengan sikap Marina yang tiba-tiba saja berubah, Aljav mengejar wanita itu sebelum berhasil memasuki kamar dan mengunci dirinya hingga besok pagi.
"Tunggu," ucap Aljav sembari menarik lengan Marina, dan menghentikan langkah wanita tersebut. Marina tak melihat wajah Aljav. Dia membuang muka ke sembarang arah. Muram dan juga tak suka. Begitulah raut wajah Marina saat ini.
"Ada apa denganmu? mengapa tiba-tiba saja kamu marah?" tanya Aljav.
"Apa kamu pikir aku sebatas pajangan di Mall tadi? aku mengejar mu seperti orang gila. Aku bahkan berteriak memanggil namamu, tapi kamu tidak memperdulikan aku. Aku ketakutan di tempat tadi. Aku tidak pernah ke supermarket atau lain sebagainya. Aku ketakutan. Hiks, hiks, hik." Marina tiba-tiba terisak setelah mengeluarkan segala keluh kesahnya. Dia benar-benar sakit hati atas sikap Aljav yang meninggalkan dirinya di Mall demi wanita yang entah siapa namanya. Dia tak tahu.
"Maafkan aku," sesal Aljav. Ya, Aljav benar-benar menyesali sikapnya tadi yang tiba-tiba saja meninggalkan Marina sendirian di tempat yang tak pernah di kunjungi sebelumnya demi kekasih rahasianya. Dia memeluk tubuh Marina, berusaha memberi ketenangan pada wanita yang sering di sebut titisan body losion tersebut.
Marina tak menolak pelukan Aljav. Dia merasa hangat dan nyaman berada dalam pelukan pria tersebut. Bahkan isakan Marina pun mulai menyurut. Kemudian dia menyadari sikapnya yang tak masuk di akal. Tiba-tiba menerima sentuhan Aljav, jelas saja hal itu merupakan sesuatu yang baru bagi Marina. Begitu juga Aljav, pria itu seolah tanpa beban menenangkan Marina yang tengah terisak sedih.
Keduanya sama-sama canggung setelah menyadari perasaan masing-masing. Aljav merenggangkan pelukannya, dan Marina mulai melepas tubuhnya dari dekapan Aljav.
"Maafkan aku," ucap Marina tanpa melihat wajah Aljav.
"Tidak masalah, aku tahu kamu menikmatinya kan?" goda Aljav. Namun, justru membuat Marina kesal. Bagaimana bisa pria menyebalkan itu mengatakan Marina menikmati sentuhan itu? tapi jika di pikir-pikir, Marina memang menikmati sentuhan Aljav. Hanya saja dia berusaha untuk menampik hal itu.
"Apa kamu pikir aku seperti wanitamu tadi yang kamu peluk di lorong sempit?" kesal Marina, tanpa ia sadari hal itu justru menunjukkan reaksi cemburu atas wanita yang tak di kenalinya tadi. Hal ini membuahkan pemikiran buluk si kancil ala Aljav dalam menggoda Marina yang tampak menyenangkan jika di goda.
"Aaa, aku tahu sekarang. Apakah kamu cemburu?"
Deg,
Pertanyaan Aljav sukses membuat jantung Marina berdegup kencang. Cemburu? benarkah dia cemburu? lalu mengapa hatinya terasa nyeri ketika mengatakan ada wanita lain di antara Aljav? pikir Marina.
"Aku tidak cemburu!" tandas Marina akhirnya setelah beberapa saat diam tanpa melihat mata Aljav. Wanita itu seperti menghindari tatapan mata Aljav yang setajam silet.
Aljav menarik salah satu sudut bibirnya, membentuk senyum menyeringai disana.
"Benarkah? tapi aku seperti mencium aroma cemburu disini," goda Aljav sekali lagi masih tak mau kalah. Pria itu tampak belum puas menggoda Marina. Seperti biasa, Aljav akan berhenti kecuali wanita itu menangis dan memohon agar perdebatan mereka selesai.
"Kalau aku cemburu kamu mau apa?" tantang Marina. Entah datang dari mana keberadaan wanita itu dalam menantang Aljav. Bukankah dia sadar, bahwa menantang Aljav sama halnya menggali lubang kuburan sendiri?
Aljav tidak langsung menjawab pertanyaan Marina. Dia mendekatkan wajahnya ke Marina, sehingga wanita itu merasa ketakutan.
"Kau mau apa?" tanya Marina dengan sedikit takut dan salah tingkah.
"Bukankah kau sedang menantangku?" ucap Aljav sembari mengelus pipi Marina. Dia sengaja menyentuh wajah Marina yang mulus untuk membuat wanita itu tergoda akan sentuhannya. Namun, bukannya Marina yang tergoda, tetapi justru dirinya lah yang tergoda. Aljav melihat bibir tipis Marina, terasa nikmat jika di kecup. Bahkan mata coklat Marina sukses menyihir hati Aljav yang beku. Ternyata Marina terlihat mempesona jika di lihat lebih dekat.
"Aljav, tolong menjauh lah dariku," tutur Marina setengah ketakutan. Dia meremas jemarinya yang mulai berkeringat. Tak lama bibir Aljav sudah mulai menempel di bibirnya yang tipis nan manis.
Cup,
Sontak Marina terkejut bukan main. Jantung wanita itu semakin berdegup kencang seperti baru saja melakukan lari maraton berkilo-kilo meter.
Aljav meraih pinggang Marina agar jarak mereka semakin dekat untuk memperdalam ciumannya. Sementara Marina tak tahu harus berbuat apa. Ingin membalas ciuman itu, dia tak memiliki pengalaman sama sekali. Diam pun tak akan membantu gejolak di dalam dadanya yang mulai meronta ria.
Merasa tak ada pilihan lain, Marina pun akhirnya membalas ciuman Aljav. Transaksi air liur pun di mulai. Mereka saling mengecup, mencium, mengisap, dan menggigit.
Marina terbuai dalam ciuman Aljav yang sedikit panas. Dia seakan lupa kebenciannya terhadap pria tersebut. Rasa kesal yang selama ini di peliharanya, seolah menguap begitu saja.
Selama hampir setengah jam ciuman itu berlangsung. Keduanya pun melepas bibir mereka yang saling bertautan. Kening Marina dan Aljav menyatu. Nafas keduanya memburuh seolah saling berlomba.
Marina tak berani menatap wajah Aljav. Sumpah demi apapun dia sangat malu. Mengapa bisa dia menerima ciuman pria itu begitu saja? harusnya dia menolak. Bukankah selama ini mereka saling membenci? lalu mengapa sekarang seperti dua insan yang saling mencintai?
"Lupakan ciuman tadi, aku hanya sedang bermain-main," ucap Aljav tiba-tiba.
Deg,
Kalimat itu sungguh menggores hati Marina. Bagaimana bisa Aljav mengatakan hal itu? bukankah dia yang lebih dulu mencium Marina? Marina menerima ciuman itu karena dia tak ada pilihan lain. Dia takut Aljav akan tersinggung akan penolakannya. Lagi pula, sepertinya Marina mulai menyukai pria bermata perak tersebut.
Mata Marina mulai berkaca-kaca. Apakah dia hanya boneka bagi Aljav yang sekadar menjadi pajangan? mengapa pria itu sangat jahat padanya?
"Aku tahu, aku juga tidak berniat untuk mengingat ciuman tadi. Anggap saja aku khilaf. Maaf," balas Marina sembari memberanikan diri menatap mata Aljav. Dia tampak menguatkan dirinya yang tengah rapuh.
Akhirnya Marina pergi meninggalkan Aljav dengan perasaan hancur berkeping-keping. Hatinya patah sebelum berkembang.
Sementara Aljav merasa bersalah atas sikapnya tadi.
"Mengapa aku mencium wanita itu tadi? seharusnya ini tak terjadi," sesal Aljav sembari memegang bibirnya yang sedikit basah.
"Siapa suruh dia menantangku, jadi ini bukan salahku, tapi salah dia." Aljav tampak berusaha menampik rasa bersalahnya dan mengalihkan pada Marina. Padahal wanita itu tak salah sama sekali. Satu-satu kesalahan yang di lakukan Marina adalah, menerima ciuman Aljav. Marina sangat menyesali itu.
semangat selalu Thor 💪💪
di tunggu feedbacknya 🙏😊😘
salam dari "My Bos CEO" yuk semua kepoin kuy 🤗