Kakak dan adik yang sudah yatim piatu, terpaksa harus menjual dirinya demi bertahan hidup di kota besar. Mereka rela menjadi wanita simpanan dari pria kaya demi tuntutan gaya hidup di kota besar. Ikuti cerita lengkapnya dalam novel berjudul
Demi Apapun Aku Lakukan, Om
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Naim Nurbanah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Tuan Marcos menatap Wanda dengan tatapan tajam tapi hangat.
"Jadilah sekretaris pribadi ku dan tinggalkan pekerjaanmu yang sekarang," ucapnya pelan, seolah memberi tawaran yang tak bisa ditolak.
Wanda terdiam, matanya melebar tak percaya. Dadanya berdegup cepat, hati kecilnya berkata ini terlalu mudah untuk sebuah kesempatan besar.
"Menjadi sekretaris pribadi, Om Marcos? Serius, Om?" suara Wanda sedikit bergetar, antara ragu dan ingin yakin.
Om Marcos mengangguk cepat sambil tersenyum lebar, seolah menyambut gadis itu seperti harta berharga. Tangannya melambai, mengajak Wanda mendekat tanpa kata.
Wanda tersenyum malu, langkahnya ringan mendekat dan duduk dengan sopan di samping Marcos yang bersandar santai di sofa panjang kamar hotel mewah itu. Hawa istana terasa nyata di sekelilingnya, membuat gadis itu tersipu dan berharap bisa membuktikan diri.
Tatapan Marcos yang tajam seolah menembus sampai ke dasar jiwaku. Aku, Wanda, membeku di tempat, tak mampu mengalihkan pandanganku. Jantungku berdetak keras, seperti panah yang siap melesat langsung ke hatiku. Dalam sekejap, aku menutup mata tanpa sadar, dan bibir kami bersentuhan, dingin, namun anehnya menggoda, membuatku ingin terus merasakan sentuhan itu.
Bibir tebal Marcos menjadi pusat duniamu, tempat aku berani menjelajah dengan penuh rasa ingin tahu dan gelisah. Aku tenggelam dalam sensasi itu, seakan menemukan petualangan baru dalam keheningan ciuman kami. Marcos tidak membalas, hanya membiarkan aku menikmati sentuhan itu, seolah ia mengerti apa yang aku perlukan saat ini. Mungkin ini bukan sekadar ciuman biasa, tapi pengakuan sunyi dari rasa yang selama ini tersembunyi, perlahan menyatu di antara kami.
Wanda menatap tajam ke mata Om Marcos, tanpa berkedip. Sorot matanya penuh ketegangan, seperti elang yang membidik mangsanya. Perlahan, ia menarik tangan Om Marcos dan mendorong pria itu ke ranjang besar berbalut kain mewah di kamar hotel berbintang itu. Om Marcos tersenyum lebar, senyum yang penuh nafsu dan ketertarikan, matanya tak lepas mengamati setiap gerak Wanda.
Kulit sawo matang Wanda berkilau di bawah lampu lembut, menambah anggun aura yang terpancar darinya. Siluet tubuhnya yang ramping dan berlekuk terlihat jelas, seolah mengundang pandangan tanpa bisa ditolak. Rambut hitamnya tergerai, jatuh menutupi bahu, membuat Om Marcos semakin sulit memalingkan muka.
"Ayo, Om Marcos," suara Wanda lembut tapi tegas, sambil mulai membantu melepas sisa pakaian di tubuh pria itu. Suasana kamar mendadak terasa lebih panas, seiring dengan denyut emosi yang mengalir di antara mereka berdua.
Wanda merapatkan tubuhnya ke Tuan Marcos, napasnya mulai berat saat bibirnya kembali menyentuh bibir pria itu dengan gairah membara. Tangannya menjelajah, mencari lidah Tuan Marcos, lalu menikmati setiap sentuhan yang menjalar.
Pria itu memejamkan mata, tenggelam dalam irama ciuman yang kian dalam dan penuh hasrat. Tiba-tiba, tangan Tuan Marcos membalas dengan semangat yang sama, membuat dada Wanda naik turun tak beraturan, seolah napasnya tercekat. Posisi bergeser, kini pria itu berada di atas, merengkuh Wanda dengan sentuhan lembut yang tak terduga.
“Setelah jadi sekretarisku, kau dilarang menjual tubuhmu pada laki-laki selain aku. Mengerti?” suara Tuan Marcos rendah, tapi penuh perintah.
Jari-jarinya menyusup menyentuh bahu Wanda dengan lembut. Wanda menelan ludah, rasa campur aduk berputar dalam dadanya. Dia tahu ini lebih dari sekadar pekerjaan ini adalah peluang besar, kesempatan untuk menjadi bagian dari dunia Tuan Marcos, sang CEO sukses. Sebuah jalan yang tak boleh dia sia-siakan.
Wanda menelan napas, tangannya gemetar kecil saat menyentuh kulit pria itu. Ada ketegangan dan keingintahuan bercampur jadi satu dalam dadanya yang berdebar. Ketika jemari pria itu menyusup ke area yang membuatnya tersentak, tubuhnya mendadak kaku, namun anehnya ada getar halus yang merayap perlahan di seluruh sarafnya. Di dalam benaknya, suara kecil terus berbisik,
"Kenapa aku begini? Apakah aku salah?" Matanya melebar, menahan gelombang emosi yang bercampur antara takut, penasaran, dan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Detik demi detik berlalu, dan perasaan yang dulu terasa asing kini semakin dalam merayap masuk, mengambil alih setiap sudut pikirannya.
Wanda menatap kosong ke langit-langit kamar, hati dan pikirannya bercabang-cabang, penuh pertanyaan yang tak kunjung menemukan jawaban.
Perasaan asing yang merayap dalam dadanya seperti kabut tebal, membingungkan dan sulit untuk diraba. Meski ia ingin menghentikan gelombang itu, tubuhnya terasa seolah-olah bukan lagi miliknya sendiri, bergerak tanpa arah dan kendali. Ia meremas ujung baju lengan panjangnya, berharap bisa mengusir keresahan yang menyesakkan. Namun semakin keras ia berjuang, malah terasa seperti tenggelam semakin dalam dalam jurang rasa yang tak bisa ia mengerti.
Di sisi lain, bayangan pria duda itu Marcos menghantui pikirannya. Wanda tak bisa menolak kemungkinan bahwa dirinya akan jadi satu-satunya wanita yang dipelihara saat sepi, dipanggil dalam sunyi waktu luangnya, entah siang atau malam, sebagai penghangat hati seorang lelaki yang sudah lihai memainkan peran di balik tirai kamar. Hatinya bergetar antara takut dan penasaran, namun juga terperangkap dalam keraguan yang semakin menyesakkan dada.
Ketika tanganku tanpa sengaja menyentuh perut Wanda, aku merasakan sesuatu berubah. Wanda menahan tawa kecilnya, bibirnya bergetar samar, tapi matanya berbinar senang. Aku menatap lekuk tubuhnya dengan hati yang berdegup lebih cepat, campur aduk antara rasa penasaran dan gelisah. Namun, aku mengekang diri, menghela napas pelan.
“Kontrol diri, jangan biarkan ini hancurkan apa yang sudah kita bangun,” batinku.
Aku mengalihkan pandangan, mencoba mengingat bahwa dia bukan hanya sekadar tubuh cantik, tapi sahabat yang harus aku jaga dengan baik. Di sisi lain, Wanda menegangkan tubuhnya saat tangan Tuan Marcos menyentuh area yang paling sensitif.
Jantungnya berdebar tak karuan, pikirannya berlari menjauh ke hal-hal biasa untuk menepis gelombang hasrat yang mulai merayap. Namun, sulit baginya menahan senyuman kecil saat sensasi aneh itu merambat ke seluruh tubuhnya, campuran antara gugup dan kegembiraan yang membingungkan.
"Bagaimana bisa aku merasa begitu terpesona padanya? Apakah aku harus membiarkan perasaan ini?" pikir Wanda dengan panik.
Dia merasakan kakinya mulai gemetaran, tubuhnya melemah karena perasaan yang menyapu jiwanya. Ketika menangkap senyuman lebar di wajah Tuan Marcos, Wanda tahu bahwa kontrol dirinya mulai memudar.
"Apakah aku harus menyerah pada perasaan ini atau berjuang melawan godaan yang dilarang ini?" gumam Wanda dalam hati, saat ia mencoba menemukan jawaban dalam pertarungan antara hasrat dan logika. Bola mata Wanda perlahan meredup, tidak kuasa menahan gejolak sensasi nikmat yang begitu kuat.. Sementara itu tuan Marcos begitu menikmati permainan dari setiap jengkal lekukan tubuh molek sang gadis. Pria itu begitu terpesona dengan keindahan gadis muda yang membangkitkan gairah nya.
kau ini punya kekuatan super, yaaakk?!
keren, buku baru teroooss!!🤣💪