NovelToon NovelToon
Kepepet Cinta Ceo Arogan

Kepepet Cinta Ceo Arogan

Status: sedang berlangsung
Genre:Romansa Fantasi / CEO / Romansa / Fantasi Wanita / Nikah Kontrak / Wanita Karir
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: keipouloe

Arash Maulidia, mahasiswi magang semester enam yang ceroboh namun gigih, tidak pernah menyangka hidupnya berubah hanya karena satu tabrakan kecil di area parkir.
Mobil yang ia senggol ternyata milik Devan Adhitama — CEO muda, perfeksionis, dan terkenal dingin hingga ke nadinya.

Alih-alih memecat atau menuntut ganti rugi, Devan menjatuhkan hukuman yang jauh lebih berat:
Arash harus menjadi asisten pribadinya.
Tanpa gaji tambahan. Tanpa pilihan. Tanpa ruang untuk salah.

Hari-hari Arash berubah menjadi ujian mental tanpa henti.
Setiap kesalahan berarti denda waktu, setiap keberhasilan hanya membuka tugas yang lebih mustahil dari sebelumnya.
Devan memperlakukan Arash bukan sebagai manusia, tapi sebagai mesin yang harus bekerja sempurna — bahkan detik napasnya pun harus efisien.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keipouloe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Duel kecerdasan

Pukul 09.00 pagi. Ruang meeting Adhitama Group dipenuhi suasana serius. Cahaya putih dari panel langit-langit memantul di meja hitam panjang, menciptakan siluet tajam pada wajah setiap orang yang duduk di sana. Arash berdiri di depan proyektor, tubuhnya tegap meskipun telapak tangannya sedikit berkeringat.

Ini bukan presentasi kampus.

Ini bukan diskusi santai.

Ini adalah arena, dan ia berdiri di tengahnya.

Di ujung meja, Devan Adhitama duduk dengan postur sempurna—dada tegap, bahu lurus, jemari saling bertaut tenang. Matanya menatap Arash tanpa berkedip, dingin namun penuh perhitungan.

Di sampingnya ada Toha, Kepala Divisi Keuangan, dengan ekspresi meremehkan sejak awal. Kepala Tim Legal duduk di sisi lain, siap dengan dokumen tebal.

Arash menarik napas, lalu memulai.

“Baik, saya mulai dari overview rencana merger dengan PT. Fintech Masa Depan.”

Suaranya stabil, tidak bergetar setitik pun. Slide pertama muncul.

Namun ia tidak berlama-lama pada pembukaan.

Dalam hitungan detik, ia langsung masuk pada inti analisis—analisis yang ia temukan semalam, saat hampir terlelap, dengan mata yang sudah berat namun kepala yang penuh determinasi.

“Valuasi perusahaan fintech saat ini berada di angka 50 juta dolar,” ucap Arash, menunjuk layar. “Namun setelah melakukan analisis silang pada laporan keuangan tiga tahun terakhir, saya menemukan indikasi bahwa angka tersebut tidak mencerminkan nilai sebenarnya.”

Toha mendengus kecil. “Analisis silang?” gumamnya lirih, namun sengaja agar terdengar.

Arash tidak goyah.

Ia melanjutkan, “Valuasi ini terlalu tinggi bila dibandingkan dengan performa pasar mereka. Ada kejanggalan besar di laporan arus kas kuartal ketiga.”

Toha langsung memotong, suaranya ketus.

“Nona Maulidia, tim keuangan kami bekerja dua bulan untuk menghitung valuasi itu. Semua sesuai dengan debt-to-equity ratio dan proyeksi pasar. Kamu baru bekerja di sini tiga hari. Apa yang membuat mahasiswa semester enam seperti kamu merasa lebih paham dari tim saya?”

Arash tersenyum tipis—senyum yang sangat sopan, tapi menyimpan tantangan.

“Dengan segala hormat, Pak Toha, saya tidak mempermasalahkan hasil kerja tim Bapak. Tetapi ada transaksi yang luput dari perhatian.”

Slide berikutnya muncul. Grafik cash flow melesat naik di bulan September.

“Di sini letak permasalahannya,” ucap Arash. “Fintech mengklaim lonjakan ini berasal dari pendapatan investasi. Tetapi setelah menelusuri kode transaksi, ternyata dana tersebut bukan pendapatan, melainkan pinjaman jangka pendek dari bank sekunder—jumlahnya persis sama.”

Ruang meeting langsung hening.

Kepala Tim Legal berhenti menulis.

Toha menegang.

Devan membuka sedikit lipatan tangannya.

Arash menambahkan, nadanya lebih tenang namun tajam, “Jika kita menyetujui merger dengan valuasi ini, Adhitama Group akan membeli perusahaan yang menyembunyikan utang. Nilai realistis setelah dikurangi kewajiban tersembunyi seharusnya tidak lebih dari 40 juta dolar.”

Setelah itu, ia menutup laptopnya pelan.

“Sekian dari saya. Semua data verifikasinya ada di file yang sudah saya kirim ke email Bapak dan Ibu.”

Toha masih mencoba bertahan.

“Apa kamu yakin data ini benar? Kamu—”

Arash memotong dengan sopan namun tegas.

“Saya sertakan bukti transaksi, nomor referensi pinjaman, dan cross-check bank sekunder. Semuanya terlampir.”

Kepala Tim Legal langsung mencondongkan tubuh.

“Kita harus konfirmasi ini secepatnya. Kalau benar, ini pelanggaran serius.”

Toha membuka mulut, tapi tidak ada pembelaan keluar. Wajahnya memucat.

Devan yang sedari tadi diam, akhirnya menurunkan tangannya dan bersuara.

“Cukup.”

Satu kata itu saja membuat ruangan terasa berhenti.

“Tim Legal,” ucap Devan, “konfirmasi temuan ini saat ini juga. Tarik semua data transaksi fintech dalam 48 jam terakhir.”

“Baik, Pak,” jawab Kepala Legal cepat.

“Toha,” lanjut Devan, suaranya tajam namun tidak meninggi, “periksa ulang seluruh laporan cash flow. Saya mau laporan lengkap sebelum jam empat sore.”

Toha menunduk. “Baik, Pak Devan…”

“Meeting selesai.”

Devan berdiri, meninggalkan ruangan dengan langkah panjang dan pasti.

Arash menunduk sebentar, merapikan barang-barangnya. Dari sudut mata—hanya sekilas—ia melihat Devan memalingkan wajah sejenak.

Senyum tipis.

Sangat tipis.

Hanya sepersekian detik sebelum kembali mengeras.

Tapi bagi Arash, itu cukup sebagai validasi.

......................

Setelah rapat selesai, Arash kembali ke meja kerjanya. Tubuhnya masih tegang, tetapi hatinya hangat—lebih hangat dari bubur ayam yang tadi pagi ia makan terburu-buru karena dimarahi.

Devan memasuki ruangannya dan menutup pintu. Untuk beberapa saat, pria itu hanya berdiri memandang jendela besar yang memperlihatkan kota Jakarta.

Namun pikirannya tidak pada gedung-gedung itu.

Pikirannya kembali pada Arash—gadis yang semalam mendoakannya mendapat istri pemalas.

Ia meraih laptop, membuka satu file rahasia: laporan identitas Arash yang ia minta digali lebih dalam.

ARASH MAULIDIA WIRATAMA

Ayah: Adiguna Wiratama

Ibu: Fatimah Wiratama

Usia: 19 tahun

Status: Anak bungsu

Latar belakang: Pewaris Wiratama Group — konglomerasi besar nasional.

Devan mengerutkan dahi.

“Anak konglomerat besar… tinggal di kosan 1,2 juta? Tidak bawa mobil? Listrik sampai diputus?” gumam Devan lirih.

Ada sesuatu yang sangat tidak masuk akal.

Jika ia anak Adiguna Wiratama—pria yang dikenal protektif dan keras—kenapa Arash dibiarkan hidup seperti rakyat jelata?

Devan menutup file itu pelan.

Rasa penasarannya berubah menjadi obsesi kecil.

Ia mengangkat ponsel.

“Batalkan sementara merger dengan Fintech Masa Depan,” perintahnya pada Kepala Tim Legal. “Sampaikan bahwa kita menemukan ketidaksesuaian laporan.”

“Baik, Pak.”

“Dan kirimkan catatan lengkap rapat, termasuk analisis Nona Arash. Saya mau setiap data yang keluar atas namanya diawasi.”

Telepon ditutup.

Devan memandang kaca pembatas ruangannya. Arash terlihat sedang menulis notulen rapat dengan fokus penuh, poni sedikit berantakan, wajah serius namun polos.

Bukan hanya ceroboh.

Bukan hanya keras kepala.

Tapi tajam.

Dan berbahaya—karena ia bisa mengguncang sistem dingin yang Devan bangun selama bertahun-tahun.

Senyum tipis muncul di sudut bibir Devan, senyum yang lebih jelas dari sebelumnya.

“Boncel ini…” gumamnya hampir tak terdengar.

“…bukan cuma menyebalkan. Dia juga penyelamat.”

Matanya menyipit sedikit.

“Menarik sekali, Nona Wiratama.”

Permainan antara mereka baru saja dimulai.

1
Reni Anjarwani
lanjut thor doubel up
Reni Anjarwani
doubel up
Reni Anjarwani
doubel up thor
rokhatii: stay tune kak🙏🙏
total 1 replies
Reni Anjarwani
lanjut thor
rokhatii
ditanggung pak ceonya🤣🤣🤣
matchaa_ci
lah kalo gajinya di potong semua gimana arash hidup nanti, untuk bayar kos, makan, bensin pak ceo?
aisssssss
mobil siapa itu kira kira
aisssssss
bagua banget suka ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!