Hampir Semua orang di desa Black Sword membenci Risa Ariz. Anak yatim piatu itu dijauhi, dianggap terkutuk, dan dipercaya menyimpan makhluk kegelapan di dalam dirinya.
Muak diperlakukan layaknya sampah, Ariz memutuskan untuk berbuat onar. Ia tidak melukai, tapi ia pastikan setiap orang di desa merasakan kehadiran dan penderitaannya: dengan menyoret tembok, mengganggu ketenangan, dan menghantui setiap sudut desa. Baginya, jika ia tidak bisa dicintai, ia harus ditakuti.
Sampai akhirnya, rahasia di dalam dirinya mulai meronta. Kekuatan yang ditakuti itu benar-benar nyata, dan kehadirannya menarik perhatian sosok-sosok yang lebih gelap dari desa itu sendiri.
Ariz kini harus memilih: terus menjadi pengganggu yang menyedihkan, atau menguasai kutukan itu sebelum ia menjadi monster yang diyakini semua orang.
"MINOTO NOVEL"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MINOTO-NOVEL, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 5. MENGEMBALIKAN SEBUAH TEPAK MILIK BIBI
"KEESOKAN HARINYA..."
Pagi yang cerah menyapa, ditemani suara siulan merdu burung-burung yang seolah bernyanyi menyambut matahari terbit. Mereka tampak bersemangat, berbeda jauh dengan Ariz yang masih terlelap. Ia tidur dengan posisi terbalik, bokong sedikit terangkat, dan dengkurannya begitu keras. Jelas sekali, ia sangat kelelahan setelah kejadian kemarin.
Sinar matahari perlahan masuk, menyinari kamar Ariz. Burung-burung di pohon samping jendela kamar pun makin riang berkicau, seolah tengah merayakan pagi.
Cahaya sudah memenuhi seluruh ruangan, namun Ariz tak bergeming, tetap terbuai mimpi. Dengkuran kerasnya bahkan semakin menjadi-jadi. Di tengah tidurnya yang pulas, tiba-tiba...
[Suara Jam Weker Jadul]: "KRINGGG..."
Alarmnya berteriak nyaring. Setelah beberapa saat, Ariz sedikit membuka matanya, berusaha meraih tombol untuk mematikan jam. Tapi tangannya terlalu pendek. Ia sama sekali tidak mau bangun dari kasur, hanya ingin mematikan jam itu sambil badannya masih terbalik. Tanpa sadar, ia sudah terlalu mepet ke ujung kasur, nyaris terjatuh. Dan benar saja, saat jarinya hampir menyentuh tombol itu, ia tiba-tiba limbung.
[Suara Jatuh]: "GEDEBUK!"
Ariz: "Aduh, pinggangku sakit sekali."
Jam weker masih terus berteriak.
Ariz (menatap jam dengan kesal): "Kau benar-benar menyebalkan!" Ia pun segera mematikan jam itu.
Ariz (bergumam pada diri sendiri sambil bangkit):
"Bagaimana bisa aku lupa menutup gorden ini? Ah, sudahlah, mana ada juga yang mau mengintip."
Karena sudah terlanjur bangun, ia pun beranjak ke kamar mandi dan membersihkan diri. Seperti biasa, mandi ditemani boneka Bebek kesayangannya, dan diajaknya mengobrol pula. Beberapa menit kemudian ia selesai mandi, lalu kembali ke kamarnya untuk memakai pakaian.
[Suara Perut]: "KRUYUK... KRUYUK..."
Ariz: "Hah, perutku sudah kelaparan. Kira-kira, ada makanan apa ya di dapur?" Setelah memakai pakaiannya, ia langsung menuju dapur.
Ariz (sambil memeriksa laci): "Hmm, di laci sudah tidak ada mi instan. Oh, benar, toko kemarin kan tutup. Jadi, aku tidak sempat membelinya. Bagaimana ini? Perutku sudah sangat lapar."
Ia sudah membuka beberapa laci, tapi tidak ada mi instan satu pun. Namun, ia teringat kalau kemarin ia diberi berbagai makanan oleh bibi yang telah membantunya itu. Ia pun berjalan menuju meja makan
Ariz (mata berbinar): "Oh iya! Aku lupa, kemarin aku diberi sisa makanan oleh bibi itu. Bagaimana bisa aku lupa?" Ariz mengambil makanan itu.
Ariz: "Kalau dipanaskan, mungkin makanan ini akan tetap lezat. Baiklah! Aku akan panaskan semua sisa makanan ini." Ia pun memanaskan makanan yang diberi bibi itu.
Setelah lama menunggu, makanannya pun matang. Ariz pun menyiapkan sepiring nasi dan ia juga menyimpan semua makanan itu ke meja.
"Waahh, Lauk nya banyak sekali! Ini pertama kalinya aku makan makanan sebanyak ini! Baiklah, selamat makan!" ia pun makan makanan itu.
"EUMM, ENAK SEKALI! Rasanya seperti makan makanan yang mewah!" sepertinya ia sangat menyukai seluruh makanan yang diberikan oleh wanita itu.
Memang, ia pertama kali nya makan makanan yang mewah seperti itu. Biasanya, ia hanya makan mie instan hampir setiap hari. Mungkin bukan "hampir," tapi memang setiap hari, ia hanya makan mie instan untuk mengisi perut kecilnya itu. Karena memang, mie instan adalah makanan yang sangat murah dan juga lezat.
Setelah beberapa menit, semua makanan yang di berikan oleh wanita itu, habis. Saking laparnya, ia hanya butuh waktu beberapa menit saja, untuk menghabiskan seluruh makanan itu.
"Ahh, lezat sekali. Aku harap bisa makan makanan yang lezat setiap hari."
Setelah selesai makan, Tiba-tiba pandangannya mengarah ke sesuatu.
"Uhh?" Ariz mengambil tempat makan yang bergeletak di samping kompor.
"Oh iya, tepak ini milik Bibi. Aku harus mengembalikan tempat makan ini." sebelum mengembalikan tempat makan itu, ia mencucinya terlebih dahulu. Setelah di cuci, ia pun membawa kantong dan menaruh tempat makan itu di sana.
"Aku akan kembalikan tempat makan ini." Ariz, pergi menuju ke rumah, Bibi.
Keluar di pagi hari memang menyenangkan. Betapa indahnya desa Black Sword, tempatnya yang begitu indah, serta banyaknya orang-orang yang berjualan di sana. Namun, semua keindahan itu tidak membuat Ariz senang. Sebenarnya, Ariz akan sangat senang jika orang-orang di dekatnya mengakuinya sebagai manusia biasa. Namun kenyataannya, banyak orang yang takut dengan Ariz. Bahkan, para orang tua melarang anak-anaknya untuk mendekati Ariz karena mereka percaya, Ariz menyimpan sebuah kekuatan gelap yang telah menghancurkan desa tahun-tahun lalu. Tapi, itu hanya sebuah rumor saja. Kita tidak tahu kejadian yang sebenarnya.
Nampak juga setiap kali Ariz menampakkan diri, banyak orang yang membicarakannya. Itu membuat hatinya tidak enak, dan ingin sekali cepat-cepat pulang. Namun, ia sekarang sedang berjalan menuju rumah Bibi, yang telah memberikannya makan waktu itu. Bibi itu sempat memberikan tempat makannya juga, jadi ia harus mengembalikan tempat makan tersebut.
"Mengapa orang-orang melihatku dengan wajah yang tidak senang? Sebenarnya, apa yang membuatku berbeda dengan anak-anak yang lainnya?" ucap Ariz, dalam hatinya.
Di tengah perjalanan, ada seorang anak yang sedang berlarian ke sana kemari. Mereka berlari tanpa melihat arah ke depan, sampai tiba-tiba ada satu anak yang terjatuh karena tidak fokus melihat ke arah depan.
"GEDEBUK."
"Oh tidak!" Ariz pergi menghampiri anak itu. "Apa kau baik-baik saja?" Ariz membantu ia berdiri.
Saat dibantu berdiri, ternyata lututnya terluka.
"HUUAAA!" Anak itu tiba-tiba menangis.
Temannya tiba-tiba menghampirinya.
"Rafael, apa kau baik-baik saja..?" ucapnya dengan wajah khawatir.
"Kakiku sakit sekali! HUUAAA!" Anak itu menangis sangat kencang.
"Sudah, jangan khawatir. Biar aku bantu menutupi lukamu, ya!" ucap Ariz.
"T-tapi, kita tidak memiliki perban untuk menutupi lukanya," ucap temannya.
"Tenang saja..." Tangan Ariz menyodok saku celananya.
"TADA! Untung aku masih memiliki perban," ucap Ariz.
"Tahan sebentar, ya..." Ariz membersihkan lukanya dengan air, lalu luka itu ditutup dengan perban.
"Nah... Sudah beres."
"WAH! Terima kasih, Kak!" ucap anak itu.
"Eum! Berkat Kakak, luka temanku tidak akan terkena infeksi. Terima kasih, ya, Kak!" ucap teman yang satunya.
"Ah, aku hanya membantu yang biasa saja, kok!" ucap Ariz, tersipu malu.
Mungkin karena mendengar anaknya menangis, ibunya yang telat menghampiri anaknya itu.
"NAK! Kenapa kau menangis tadi?" ucap Ibu itu.
"Tadi aku terjatuh ke tanah, dan lututku terluka. Tapi, Kakak ini membantuku dan mengobati lukaku ini," ucap anak itu.
Ibu itu menatap wajah Ariz.
"Benar, Bi. Berkat Kakak itu, Rafael tidak terluka terlalu parah," ucap temannya Rafael.
"Sudah-sudah, ya. Sekarang kau ikut Ibu pulang," Ibu menarik tangan anaknya itu.
"T-tapi, Bu. Aku masih ingin bermain," ucap Rafael.
"Neo, Rafael, pergi pulang dulu, ya. Sebaiknya kau juga pulang, ibumu mencarimu tadi." Ibu itu pergi sambil menarik tangan anaknya.
Benar-benar menusuk hati! Ariz sudah membantu anak itu, tapi ibu itu tidak mengucapkan kata terima kasih atau apapun sebagai balasan karena telah mengobati anaknya. Justru, setelah ibu itu menatap wajah Ariz dengan raut muka yang tidak senang, ibu itu menarik tangan anaknya dan menyuruhnya pulang.
Kejadian itu membuat hatinya terpukul. Terlihat jelas wajah Ariz yang awalnya bahagia, menjadi tertunduk sedih. Benar-benar ibu-ibu yang membuatnya kesal!
Melihat wajah Ariz yang sedih, temannya Rafael pun berkata, "Kakak tidak perlu bersedih. Memang banyak sekali para orang tua yang menyuruh anak-anak untuk menjauhi Kakak. Aku sudah tahu itu. Tapi menurutku, Kakak hanya manusia yang berhati baik, kok. Kakak tidak perlu bersedih, ya!" Setelah berkata seperti itu, anak itu tiba-tiba pergi meninggalkan Ariz.
"Sampai jumpa lagi, Kak!" Anak itu langsung pergi.
Apa yang terjadi? Apa perkataan anak itu membuat hati Ariz kembali bersemangat? Nampaknya memang begitu. Tapi, kenapa ia bisa tahu kalau Ariz dijauhkan oleh banyak orang? Dan apa yang ia maksud tadi, "Para orang tua menyuruh anak-anaknya untuk menjauhi Ariz?" Sebuah misteri yang luar biasa! Mengapa bisa para orang tua menyuruh anak-anak untuk menjauhi Ariz? Hmm... Tapi bagaimanapun, hati Ariz sudah mulai membaik lagi! Wajahnya sudah biasa saja dan melanjutkan perjalanannya menuju ke rumah Bibi.
"Euh?! Apa yang anak itu katakan tadi? Aku sama sekali tidak mengerti. Tapi, semua perkataannya itu, membuat hatiku tersentuh! Akhirnya ada orang ke dua yang mengakuiku sebagai manusia biasa! Aku sangat senang!" Ariz tampak bahagia.
bukan mencari kekuatan/bakat yang baru. sesuatu bakal bagus, kalau kita rajin👍