Hanya demi uang, Celline rela menjual dirinya pada seorang CEO perusahaan besar yang bernama James Chandra. James hanya menginginkan seorang anak. Dia rela membayar seorang wanita untuk melahirkan seorang anak sebagai penerus untuknya.
Jika Celline dapat melahirkan seorang anak untuk James, maka Celline akan mendapatkan uang sebesar 1 milyar Rupiah dari James. Dan Celline bisa keluar dari rumah pamannya.
Semenjak orangtua Celline meninggal dunia akibat kecelakaan, Celline harus tinggal bersama dengan keluarga om-nya yang tidak pernah memperlakukan dirinya secara manusiawi. Mereka selalu saja menyiksa Celline baik secara fisik maupun psikis. Kalau Celline tidak mau menurut apa yang mereka katakan dan inginkan.
Bagaimakah kisah Celline bisa bertemu dengan James? Dan bagaimanakah cara Celline bisa keluar dari rumah om-nya itu? Apakah Celline bisa merubah sikap dingin James pria itu? Ikuti perjalanan hidup Celline yang penuh dengan lika-liku kehidupan!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evita Lin 168, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Pagi harinya, di mansion James sudah ribut sekali. Suasana sangat berisik di ruang tamu. Denny menyalakan musik dengan volume yang sangat kencang, sehingga membuat semua penghuni mansion jadi terusik karenanya.
“Denny…..!” Teriak James. Dia tahu benar seperti apa sifat adiknya itu. Adiknya selalu muncul dengan membawa keributan.
Klek…..
Tangan James langsung menekan tombol off pada benda yang mengeluarkan suara bising di pagi buta ini.
“Kakak sudah bangun ternyata?” Tanya Denny tanpa rasa bersalah sedikit pun. Sebuah senyuman sumringah dia sajikan untuk kakaknya itu.
“Kapan kamu datang?”
“Semalam.”
Sementara itu, Celline dengan rambut yang dia ikat asal, berdiri terpaku tak jauh dari mereka. Dari yang dia tangkap, lewat pembicaraan dua orang pria itu, sepertinya James memiliki hubungan keluarga dengan pemuda yang semalam dia makan makannya itu.
“Apa Nona Celline mau teh hangat?”
Tubuh Celline melonjat kaget. Dia sangat terkejut mendengar kepala pelayan yang tiba-tiba saja muncul di belakangnya.
Dua orang yang sedang bicara tak jauh dari posisi Celline berdiri pun menoleh ke arah Celline.
“Hai…..” Sapa Denny sambil melambaikan tangannya ke arah Celline.
Kalau semalam Denny sempat kesal pada Celline, karena makanannya dimakan Celline, tapi pagi ini senyumannya jadi semakin merekah merona. Dia melihat Celline, seorang gadis cantik yang belum mandi.
Sementara itu, mata James melotot tajam ke arah adiknya itu. Tanpa peduli pada James, sang kakak, Denny berjalan menghampiri Celline.
“Siapa namamu?”
Celline hanya mampu menelan salivanya. Sedangkan James yang sedang berdiri terlihat sedang berpikir keras. Ini terjadi di luar kendalinya. James kesal langsung menarik tangan adiknya itu.
“Kamu ikut aku sebentar.”
Tanpa banyak basa-basi, James berusaha menjauhkan Celline dari jangkauan Denny. Kini keduanya berada di dalam ruang kerja James, yang terletak di antara kamar dan ruang makan.
“Ada apa sih, kak?!”
James mencari-cari alasan. Otaknya kini bekerja keras untuk mengelabui adiknya itu, supaya tidak merusak semua rencananya.
“Bagaimana dengan kuliahmu?”
“APA??!! Hanya tanya masalah kuliah saja, aku sampai diajak ke ruangan ini?? Kita bicara di luar saja, kan bisa, kak?” Kata Denny dalam hati.
“Baik, kak.”
“Baik bagaimana?”
“Ya, baiklah.”
Karena kesal dengan sang adik, James langsung mendorong pundak sang adik.
“Selesaikan saja kuliahmu itu dan seriuslah belajar. Bantu kakak mengurus perusahaan.”
“Ah…. Kakak ini! Aku masih mau bersenang-senang, kak.”
Denny berniat bangkit dari tempat duduknya. Tapi, sebelum dia meninggalkan ruangan itu, dia berbalik.
“Kak, anak baru itu, namanya siapa?”
Seketika itu manik mata James menatap tajam ke arah adiknya. “Kamu jangan ganggu Celline!”
“Oh, ternyata namanya Celline ya!” Sebuah senyuman mengembang di bibir pemuda tampan itu. Seolah-olah dia sudah mempunyai sesuatu di dalam kepalanya.
James yang melihat senyuman adiknya itu, seolah-olah dia mengerti arti senyuman Denny itu. “Kamu jangan macam-macam!”
“Macam-macam bagaimana? Kebetulan sekali….. Saat ini Denny lagi kosong.”
Sedang kosong berarti adiknya ini sedang jomblo saat ini. Gawat, pikir James. James mulai ketar-ketir. Bagaimana kalau nanti Denny mendekati istrinya itu?
“Kamu jangan harap ya! Celline sudah punya pacar!” Kata James ketus dengan asal bicara saja. Dia berkata asal seperti itu, karena dia mau melindungi miliknya, supaya tidak diganggu sang adik.
“Selama janur kuning belum melengkung, itu pertanda bukan masalah, kak!”
Rasanya James ingin marah. Otaknya sudah mengepul sedari tadi. Menghadapi Denny sangat menguji kesabarannya.
*****
Di dapur, James terlihat sedang bicara serius dengan kepala pelayan. Pria paruh baya yang selama ini sangat setia dan mampu menjaga rahasia di dalam mansion James. Sebelumnya, James memastikan kalau Denny tidak ada di sekitar sana.
“Nanti kalau adik saya tanya macam-macam sama bapak mengenai Celline, Pak Dar jawab saja, kalau Celline itu saudara bapak dari kampung.”
“Baik, tuan.” Jawab Pak Dar. Pria paruh baya itu sudah lama ikut dengan James langsung mengangguk tanpa banyak tanya. Dia pun menuruti apa kata majikannya itu.
“Bagus. Ingat itu ya, pak!”
Setelah membekali kepala pelayan dengan kebohongannya, supaya tidak tertangkap basah oleh Denny. Kini James tinggal mencari keberadaan Celline.
“Ish…..!” James mendesis kesal, saat dilihatnya Celline sedang menatap aquarium bersama dengan sang adik. Dengan sikap gusar, pria itu menghampiri Celline dan adiknya.
“Kamu belum pulang juga?” Sindir James pada adiknya.
Baru juga sehari, James sudah mengusir saja. Denny sudah hapal dengan karakteristik kakaknya itu.
“Sepertinya aku mau menginap di sini lagi. Lagipula aku masih liburan semester dan kebetulan aku mau liburan di sini saja, kak.”
“Mati aku!” Kata James dalam hati.
Denny tampaknya tidak mau pergi, malah dia mau liburan di sini. Denny malah menjadi-jadi.
“Boleh kan, kak?” Tanya Denny.
Layaknya pakai izin, meskipun tidak dikasih oleh sang kakak, namun Denny akan tetap tinggal di sana. Sambil menghela napas panjang, akhirnya James terpaksa mengizinkan Denny untuk tinggal sementara di mansionnya itu.
*****
“Pak Dar……..!” Panggil James.
Dari dalam Pak Dar langsung menghampiri James,
“Ada apa, tuan?”
“Tolong siapkan kamar di lantai atas untuk Denny!”
“Baik, tuan.”
Setelah kepala pelayan itu pergi, Denny langsung tersenyum senang. “Terima kasih, kak. Kakak memang the best brother.” Denny langsung memeluk pria berbadan tegap itu.
James langsung menepisnya. Dia mendorong Denny supaya menjauh. Sebenarnya dia sangat kesal atas kehadiran adiknya itu.
Denny hanya membuat rencananya terus terukur dan terancam gagal. Sedangkan sedari tadi Celline hanya diam saja, menatap kedua orang yang ada di depannya itu.
“Kak, nanti aku mau ajak Celline jalan-jalan ya! Aku mau ajak Celline nonton di bioskop.” Denny yang kini menatap wajah Celline yang sedang mengamati ikan hias yang ada di aquarium.
Celline yang mendengar ucapan Denny barusan pun langsung menoleh ke arah Denny. Wajahnya langsung tersenyum senang.
“Tidak bisa!”
Spontan Celline dan Denny langsung menatap ke arah sumber suara itu secara bersamaan.
“Ayolah, kak. Kata Celline, dia baru di sini. Dan hari ini kebetulan Celline lagi libur kerja. Lagipula pekerjaan di mansion bisa dikerjakan oleh pelayan yang lain.” Bujuk Denny.
“Sesekali kakak buat karyawannya senang, gitu?” Celetuk Denny lagi. Hal itu membuat James jadi semakin geram.
“Kalau mau nonton, kamu kan bisa pergi sendiri. Tidak perlu ajak Celline segala!” Ujar James sambil menatap tajam ke arah sang adik.
Kemudian berganti menatap ke arah Celline. “Celline, kamu cepat ganti baju. Ikut saya!” Perintah James.
“Baik, tuan.”
“Kalian mau pergi kemana?” Denny jadi penasaran dan mengikuti mereka.
“Ke dokter.” Jawab James singkat.
Kemudian saat hendak kembali ke kamarnya, sebelum melanjutkan langkah kakinya, James berbalik, “Cepat, Celline!”
Gadis itu pun langsung jadi kalang kabut. Celline bergegas masuk ke dalam kamarnya.
“Celline pergi dulu, Tuan Denny.”
Denny hanya manggut-manggut sambil manyun. Kakaknya itu paling bisa membuat orang lain jadi kesal.
Bersambung........