Dua wanita kembar yang menjalani takdir masing masing. Inha dengan karakter pendiam dan terpaksa menikah dengan seorang duda beranak satu dan Inka yang selalu ceria dan mencintai seorang pria yang terlihat tidak menyukainya .Namun, ternyata ia salah karena pria itu selalu menyukai dalam diam.
Apakah pernikahan mereka akan baik-baik saja? Mampukah Inha menerima status sebagai ibu sambung di usia muda nya?
Bisakah Inka keluar dari situasi tersulit di hidupnya?
Selamat membaca.... 🥰😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Han_hania, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16
Inka masih tetap sama, menjadi gadis pendiam dengan tatapan kosong. Bahkan saat dokter bertanya ia tidak merespon. Ia benar-benar berubah. Tidak ada senyuman diwajahnya, beberapa kali terdengar ia berteriak histeris dan sesekali berkata "Jangan. "
Dokter meresepkan beberapa obat penenang dan meminta keluarga untuk aktif memberikan semangat. Tidak mudah memang tapi Navysah yakin anaknya akan sembuh. Seminggu kemudian gadis itu sudah mulai mau bicara walaupun sedikit. Makan pun sudah mulai teratur walaupun harus dengan paksaan. Setelah pulang dari psikiater Inka hanya mengurung diri, ia belum ingin bekerja sehingga toko online shop nya mulai berimbas. Toko offline tidak terlalu ramai, penjualan online pun menurun drastis. Mau tak mau Inha harus turun tangan. Ia tak ingin usaha kembaran nya gulung tikar. Banyak proyek Inka yang mangkrak, desain-desain baju yang akan di proses kini dihentikan sementara . Stok gudang sudah mulai langka. Kain-kain di gudang belum sempat di proses hingga menumpuk begitu saja. Inha merasa benar-benar pusing karena ia pun tidak mahir di bidang desain. Itu bukan keahliannya. Dan akhirnya Navysah terjun langsung menghandle kerjaan anaknya. Apapun yang terjadi usaha itu harus berjalan karena ada banyak karyawan yang bergantung hidup dari usaha itu. Ibunya sering pulang malam, kesehatan nya juga ikut terganggu karena umur nya tak muda lagi. Ia kelelahan.
"Apa kau akan seperti ini terus? " Tanya nya pada Inka yang kini sedang meringkuk di ranjang dengan selimut tebal nya.
"Kau begitu merepotkanku! " Ucapnya dengan ketus, sebenarnya ia tidak tega jika harus memarahi Inka yang sedang bersedih namun ia tidak suka melihat kembaran nya tidak punya semangat hidup seperti ini.
" Kau tidak punya mulut! "Lagi-lagi tidak ada jawaban dari gadis itu.
" Inka, aq bertanya padamu! "Sambil menahan airmata ia bicara dengan keras. Kesal, itu yang ia rasakan. Andai saja kejadian malam itu yang menimpa dirinya pasti pria itu tidak akan berani menyentuh nya. Sudah pasti pria itu akan babak belur sebelum menyentuh ujung jarinya. Inha lebih kuat dari kembaran nya.
"Aku tidak suka melihat mu seperti ini!! "
"Aku lebih suka kau cerewet dan pecicilan. " Lagi-lagi Inha berkata sembari berkaca-kaca.
" Kau tidak kangen dengan Antoni? "Tanya nya lagi. Dan masih sama tidak ada respon dari gadis yang menggulungkan tubuhnya dengan selimut itu.
" Antoni mencemaskanmu bahkan dia meneleponku. "
"Inka kau jangan seperti ini, aku rindu kamu yang cerewet dan menyebalkan huhuhu.... " Inha akhirnya menyerah, airmata yang ia tahan tak mampu dibendung. Ia memeluk kembaran nya dengan erat.
"Jangan diam seperti ini, kami semua khawatir denganmu. "
"Bicaralah sesuatu, jangan seperti ini terus. " Inha lagi-lagi menangis. Menangisi segalanya. Keluarga nya terasa kacau, ibunya selalu menangis, kakaknya beberapa kali mencoba menghibur Inka tapi tidak berhasil hingga akhirnya pulang ke rumah masing-masing. Antoni, pria itu pernah beberapa kali datang ke rumah dan melihat Inka tapi reaksi gadis itu hanya diam.
"Andai saja waktu bisa diputar, biar aku yang mengantikan posisimu saat itu. Akan aku habisi pria itu, aku tendang dan hajar sampai mati pria itu agar kamu bisa ceria seperti biasanya,tidak perlu trauma dengan kejadian itu. " Ucap Inha dengan sesenggukan
Kali ini Inka merespon, membalikkan tubuhnya. Melihat adik kembarnya menangis dengan mata sembab. "A... Aku.... takut ... " Ucapnya dengan terbata -bata
"Ada aku jangan takut. Kau mau apa akan aku lakukan. " Inha menyentuh tangan Inka dengan lembut berusaha meyakinkan agar gadis itu tidak takut lagi. Lalu memeluknya.
"Aku ingin tidur. "
"Kau boleh tidur tapi besok kau harus merespon kami. Jangan hanya diam dan meringkuk. Aku tidak suka kau seperti ini. "
Inka hanya mengangguk patuh. Hanya pada Inha ia sedikit tenang.
"Kau ingin bertemu Antoni? Dia mengkhawatirkan mu. " Tanya Inha
"Tidak."
"Apa kau yakin? "
"Aku tidak ingin bertemu dengan siapapun."
Setelah kejadian itu, Inka merasa malu. Harga dirinya terasa terkoyak walaupun tidak sampai dirudapaksa tapi ia merasa kecil hati dengan pria manapun.
###
Beberapa hari Inka mengalami kemajuan, ia mau bicara dan merespon pertanyaan dari keluarga nya. Namun, senyuman itu masih hilang. Tak pernah tampak di bibir Inka lagi.
Dan rumah masih seperti pemakaman, sepi tidak ada canda tawa. Yang ada hanya kesedihan. Tangisan dari sang ibu yang masih bersedih dengan keadaan anak nya.
"Mama... " Inha masuk ke dalam kamar ibunya yang berantakan seperti tak terurus padahal mereka memiliki asisten rumah tangga. Inha tahu ibunya ikut depresi memikirkan Inka.
"Ada apa? " Suara Navysah terdengar serak dan matanya sembab. Sudah pasti memikirkan gadis itu.
" Mama sakit? " Inka menyentuh tangan ibunya yang terasa hangat. Bahkan ia menyentuh dahi sang ibu untuk memastikan. "Ayo kita ke dokter. "
"Tidak usah Nak, mama baik-baik saja. "
"Mah, mama itu sakit. Ayo ke dokter. " Pintanya lagi.
"Mama tidak apa-apa, tadi sudah minum obat. Ada apa kamu kemari? "Tanyanya
" A... Aku... Aku bersedia menikah dengan A richi. "
"Apa!! " Navysah terkejut dengan pernyataan anaknya.
"Aku akan menikah dengan nya. " Ucap Inha sekali lagi.
" Benarkah, alhamdulillah... "Navysah begitu bahagia mendengar anaknya setuju akan menikah.
" Mama tidak salah dengar kan? "Tanyanya. Inha hanya menggelengkan kepala. Melihat ibunya tersenyum bahagia ia merasa senang namun disisi lain hatinya menolak. Semua ia lakukan agar rumah ini terlihat hidup, agar tidak ada kesedihan lagi walaupun ia harus berkorban. Dan ini ia lakukan karena si duda itu juga mendesak nya untuk segera menikah. Inha tidak punya pilihan selain menepati janji. Janji yang dibuat saat anak-anak.
" Mama akan bicara dengan tante Maya dan mempersiapkan segala nya. " Lagi-lagi senyum Navysah tak pernah surut bahkan ia dengan cepat menekan tombol ponselnya dan bicara dengan calon besan nya.
wkwkkwkw
🤭🤭