Update tiap hari ~
Follow Instagram: eido_481
untuk melihat visual dari karakter novel.
Setelah begadang selama tujuh hari demi mengejar deadline kerja, seorang pria dewasa akhirnya meregang nyawa bukan karena monster, bukan karena perang, tapi karena… kelelahan. Saat matanya terbuka kembali, ia terbangun di tubuh pemuda 18 tahun yang kurus, lemah, dan berlumur lumpur di dunia asing penuh energi spiritual.
Tak ada keluarga. Tak ada sekutu. Yang ada hanyalah tubuh cacat, meridian yang hancur, akibat pengkhianatan tunangan yang dulu ia percayai.
Dibuang. Dihina. Dianggap sampah yang tak bisa berkultivasi.
Namun, saat keputusasaan mencapai puncaknya...
[Sistem Tak Terukur telah diaktifkan.]
Dengan sistem misterius yang memungkinkannya menciptakan, memperluas, dan mengendalikan wilayah absolut, ruang pribadi tempat hukum dunia bisa dibengkokkan, pemuda ini akan bangkit.
Bukan hanya untuk membalas dendam, tapi untuk mendominasi semua.
Dan menjadi eksistensi tertinggi di antara lang
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eido, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teknik Kultivasi Alkimia
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, suasana kota Nine Treasures Pavilion perlahan meredup. Cahaya lentera mulai meredup, digantikan oleh sinar bulan yang bulat sempurna, menggantung tinggi di langit seperti mata surgawi yang menyaksikan kisah dua insan yang tengah diliputi cinta.
Feng Jian dan Qin Aihan keluar dari tempat makan malam yang penuh kenangan indah. Angin malam yang lembut mengiringi langkah mereka, namun tak satu pun dari mereka berbicara. Sebaliknya, keheningan di antara mereka terasa hangat karena hati mereka sudah saling bicara.
Qin Aihan menunduk sedikit sambil terus menatap cincin di jari manis kanannya. Jemarinya menyentuh permukaan batu kristal itu dengan penuh kelembutan, seolah ia masih tak percaya bahwa benda indah itu kini menjadi miliknya pemberian dari pria yang kini berjalan di sampingnya. Senyuman hangat terukir di wajahnya, tak pernah pudar sepanjang perjalanan.
Feng Jian sesekali melirik ke arahnya, dan dalam hati ia tahu… tak ada yang lebih indah dari senyuman wanita yang ia cintai. Dan malam ini, seluruh dunia seolah berpihak pada mereka. Tak ada gangguan, tak ada suara bising, hanya langkah mereka berdua yang menyatu dalam irama hati.
Hingga akhirnya, mereka sampai di jalan kecil yang mengarah ke tempat tinggal keluarga Qin. Di sanalah mereka berhenti. Angin malam membelai lembut jubah-jubah mereka, dan cahaya bulan menyoroti wajah mereka, seakan memberi restu.
Mata mereka bertemu. Tatapan mereka begitu dalam, begitu penuh perasaan. Qin Aihan tidak lagi bisa menyembunyikan apa yang ada di hatinya. Ia sudah jatuh cinta bukan cinta yang samar, melainkan cinta yang kuat dan murni. Dan saat itu juga, di benak Feng Jian terdengar suara sistem yang familiar.
[Ding! Peningkatan Hubungan Terdeteksi.]
[Nama: Qin Aihan.]
[Kesukaan Qin Aihan terhadap Tuan meningkat, Tingkat Kesukaan saat ini: Bintang Lima (Tuan bisa menikahi nya)
Feng Jian hampir tak percaya. Senyuman muncul perlahan di bibirnya, senyuman penuh kebahagiaan yang sulit ia sembunyikan.
Qin Aihan kemudian menarik napas perlahan. Dengan suara yang bergetar namun mantap, ia berkata, “Feng Jian… aku sangat mencintaimu.”
Feng Jian menjawab tanpa ragu, dengan tatapan tajam namun hangat, “Dan aku… mencintaimu, Qin Aihan. Dari lubuk hatiku yang terdalam.”
Kata-kata itu seperti mantra. Udara di antara mereka menjadi hangat dan menggugah. Detak jantung Qin Aihan berdetak semakin cepat. Wajahnya memerah, matanya berkilau karena emosi yang meluap.
Feng Jian perlahan mengangkat tangan kanannya, mengulurkan jemarinya ke arah wajah Qin Aihan. Ia menyentuh pipi lembut wanita itu, membelainya dengan lembut. Sentuhan itu membuat tubuh Qin Aihan gemetar ringan, tapi ia tidak mundur. Ia menerima semuanya, dengan wajah yang memerah dan mata yang penuh harap.
Dan dalam ketenangan malam itu tanpa kata-kata, tanpa keraguan Feng Jian menundukkan wajahnya. Bibirnya menyentuh bibir Qin Aihan dengan lembut. Ciuman itu tidak terburu-buru, tidak tergesa. Itu adalah ciuman yang penuh ketulusan, penuh perasaan yang tak dapat diucapkan.
Qin Aihan membalasnya. Tangannya perlahan naik, menggenggam sisi pakaian Feng Jian, menariknya sedikit lebih dekat. Detik demi detik berlalu… dan ciuman itu bertahan. Tidak sekadar menyentuh bibir, tapi menyentuh jiwa. Selama tiga puluh detik mereka larut dalam dunia mereka sendiri, dunia yang hanya diisi oleh cinta dan perasaan mendalam.
Ketika mereka akhirnya melepaskan diri, wajah mereka masih saling berdekatan. Napas mereka terengah, namun mata mereka penuh kebahagiaan.
Dan di bawah sinar bulan yang indah itu, tanpa perlu berkata apa-apa lagi, mereka tahu…
Mereka telah menjadi milik satu sama lain.
Setelah ciuman yang membakar hati dan jiwa itu, Qin Aihan perlahan menarik diri dari pelukan Feng Jian. Wajahnya memerah seperti mawar yang baru mekar saat fajar. Suara detak jantungnya bergemuruh di telinga, dan bahkan udara malam yang sejuk pun tak sanggup meredakan panas yang membakar pipinya.
Langkah kakinya ringan, seolah ia melayang di atas tanah. Saat berjalan pulang ke kediaman keluarga Qin, hanya satu hal yang terus ia lakukan menyentuh bibirnya dengan jari-jarinya sendiri, seolah masih tak percaya bahwa bibir itu baru saja disentuh oleh pria yang sangat ia cintai. Itu… adalah ciuman pertamanya. Ciuman yang ia simpan sepanjang hidupnya, dan kini ia berikan pada Feng Jian.
Di sisi lain, Feng Jian berdiri mematung sejenak setelah kepergian Qin Aihan, menatap langit malam dengan senyuman yang tak kunjung surut. Ciuman itu juga… adalah yang pertama baginya. Meskipun dirinya kini memiliki tubuh yang kuat dan jiwa seorang petarung, di dalam hati Feng Jian tetaplah pria yang baru saja merasakan getaran cinta yang sejati.
Ia berjalan menyusuri jalan berbatu yang mengarah ke Penginapan Anggrek Merah. Langkah kakinya tenang namun mantap, dan senyuman tak pernah lepas dari wajahnya. Saat akhirnya tiba di kamarnya, ia menutup pintu perlahan, duduk di ranjang, dan menghembuskan napas panjang.
Bayangan wajah Qin Aihan terus menari dalam pikirannya mata indah yang memejam lembut, napas hangat di antara mereka, dan bibir merah muda yang menyatu dengan miliknya dalam keheningan malam. Feng Jian berbaring, menatap langit-langit kamar dengan pikiran yang masih melayang.
"Begitu lembut… dan manis." bisiknya pelan. Hatinya terasa penuh. Cinta yang perlahan tumbuh itu kini seperti meledak menjadi bunga-bunga yang bermekaran dalam dadanya.
Sementara itu, Qin Aihan telah kembali ke kamar pribadinya di penginapan keluarga. Ia menutup pintu dengan perlahan, lalu bersandar pada kayu pintu sambil menggenggam dadanya. Napasnya masih belum stabil, dan wajahnya tak kunjung kehilangan rona merahnya.
Ia berjalan pelan ke tempat tidurnya, lalu menjatuhkan diri ke atas kasur empuk itu. Wajahnya ia tenggelamkan dalam bantal, menahan senyum yang tak tertahankan. Ingatannya kembali ke momen itu tatapan Feng Jian, sentuhan jemarinya, dan akhirnya… ciuman lembut yang membawa jiwanya melayang.
"Aku... mencium Feng Jian..." bisiknya pelan, seperti menyanyikan puisi rahasia. Kedua tangannya menutupi wajahnya yang terus memanas, tetapi hatinya… hatinya terasa ringan, hangat, dan damai.
Malam itu, dua insan yang telah saling mengikat hati mereka lewat satu ciuman pertama, tertidur dengan senyum di wajah. Dalam mimpi, mereka kembali bertemu, seolah dunia pun tahu… cinta mereka baru saja dimulai.
Di kamar Penginapan Anggrek Merah yang sunyi dan diterangi cahaya redup dari lentera batu roh, Feng Jian duduk bersila di atas ranjang. Udara malam masih mengandung hangatnya kenangan bersama Qin Aihan, namun kini pikirannya mulai beralih ke sesuatu yang tak kalah penting, sistem di dalam dirinya.
Dengan niat yang mantap, ia memanggil sistem dalam benaknya.
[Sistem Terbuka…]
[Menampilkan Informasi Status…]
Seketika, layar berkilauan biru keemasan terbuka di dalam pikirannya, menyajikan informasi detail tentang tubuh dan kemampuannya:
...----------------...
[Nama: Feng Jian]
[Usia: 18 tahun]
[Tingkat Kultivasi: Belum Masuk Jalur]
[Potensi Bakat Spiritual: Tidak Terukur]
[Fisik: Tubuh Abadi Dasar]
[Teknik Kultivasi:Teknik Naga Menggulung Awan (Peringkat Biru), Teknik Alkemis Langit Hijau (Tingkat Biru)]
[Keterampilan: Tinju Naga Pemutus Langit (Peringkat Biru), Langkah Angin Bayangan (Peringkat Biru)]
...----------------...
Mata Feng Jian menyipit penuh perhatian ketika melihat satu nama baru terukir di bagian Teknik Kultivasi, Teknik Alkemis Langit Hijau. Teknik alkemis tingkat biru. Ini bukan teknik biasa yang bisa ditemukan dengan mudah di pasar pelelangan atau bahkan di sekte-sekte besar. Teknik ini hanya bisa dimiliki oleh para alkemis yang telah menembus batas-batas pemahaman tentang dunia spiritual dan obat-obatan.
Ia mengepalkan tangannya perlahan. “Sistem ini... benar-benar luar biasa.”
Dengan teknik itu, ia kini bukan hanya seorang kultivator biasa, tapi memiliki jalan menuju keahlian sebagai alkemis tingkat tinggi. Sebuah jalan yang sangat jarang ditempuh oleh pemuda seusianya.
Ia mengingat kembali percakapannya bersama Qin Aihan tentang alkimia betapa hangat dan nyambung pembahasan mereka, seolah keduanya adalah bagian dari takdir yang sama. Kini, dengan teknik baru ini, ia tidak hanya bisa menyamai Aihan… tetapi mungkin bisa berdiri sejajar sebagai pasangan sejati di dunia kultivasi dan alkimia.
Senyum tipis terukir di bibirnya.
“Qin Aihan... Aku akan menjadi pria yang pantas untukmu. Dengan kekuatan dan keterampilan yang mampu melindungimu, mendampingimu, dan berdiri di sampingmu menghadapi dunia ini.”
Dengan hati yang penuh tekad dan pandangan yang tajam seperti mata naga, Feng Jian menutup status sistemnya. Malam itu, ia kembali memejamkan mata. Tidak hanya dengan cinta dalam dadanya, tetapi juga dengan tujuan besar yang kini membara dalam jiwanya.