NovelToon NovelToon
Two Bad

Two Bad

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Selingkuh / Murid Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Bad Boy
Popularitas:746
Nilai: 5
Nama Author: Aalgy Sabila

"Yang kalian lakukan salah."

Baik Meyra maupun Fero tidak mempedulikan apa yang mereka lakukan itu salah atau benar. Yang mereka tau ialah mereka senang dan puas karena melakukan hal yang mereka inginkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aalgy Sabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Problem

Memang kalau good looking bikin otak jadi gak bisa thinking. —Mayra

◻️◻️◻️

Hari ini hari selasa, tak perlu terlalu terburu-buru karena tak akan ada upacara seperti kemarin. Bel masuk pun lebih lambat beberapa menit dari hari Senin, jadi Mayra bisa lebih bersantai ria. Kini dihadapan kaca rias besar, ia memandangi wajahnya dengan decak kagum.

"Aduh, kok gue makin sini makin cantik aja sih."

Adakah yang seperti itu? Yang memuji dirinya sendiri di depan kaca?

Pasti banyak yang satu spesies seperti Mayra, bahwa dengan lebih banyak mengaca dan memuji dirinya sendiri maka wajahnya akan benar-benar cantik seperti ucapannya.

"Muka gue makin glowing aja sih," ucapnya sambil mengoleskan sunscreen ke wajahnya dilanjut dengan memakai lipbalm—oh iya, tidak lupa dengan mulutnya yang tak berhenti memuji-muji kecantikannya sendiri.

"Lo tuh kebiasaan deh Kak, ngebacot sendiri sambil dandan depan kaca," ucap seseorang di depan pintu.

Mayra berdecak pada Darren yang sudah memakai seragam lengkap smpnya. "Suka-suka gue lah, sering ngaca itu bisa meningkatkan kepercayaan diri Darren."

Darren memutar bola matanya jengah. "Lo mau sarapan gak? Semua orang udah ada di meja makan."

"Biasanya juga mereka makan tanpa ada gue, udah pergi sana."

Darren akhirnya pergi dari sana. Mayra dapat bernapas dengan lega. Saat ini Mayra sedang pulang ke rumahnya, eh rumah ayahnya maksudnya. Di rumah ini hanya pada Darren lah ia sering berinteraksi, tidak pada yang lainnya. Semua penghuni rumah ini, kecuali Darren tentunya—sangat memuakkan bagi Mayra. Mereka semua menjijikan, dengan sikapnya yang selalu membuat Mayra mual.

Kepalanya menggeleng ke sana kemari, jangan sampai dengan memikirkan mereka membuatnya muntah di pagi hari. Ia melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 07. 25. Segera saja Mayra bergegas mengambil tas dan menenteng sepatu lalu pergi ke dapur yang harus melewati ruang makan tentunya.

"Mayra, makan."

Mayra memutar bola matanya jengah, "Ogah, ntar disuruh bayar lagi," jawab Mayra pada seseorang yang selalu setia dengan tatapan datarnya. Siapa lagi kalau bukan ayahnya.

"Biarin lah Yah, orang gak bisa diatur kayak dia jangan digubris."

Decakan Mayra memenuhi ruang makan yang berhadapan langsung dengan dapur. "Siapa juga yang mau dianggap."

Mayra mengambil roti di kitchen shet dan mengambil beberapa bahan lainnya untuk membuat sandwich.

"Kenapa kamu gak makan sama-sama?" tanya si ibu tiri sok baik.

"Gak usah cari muka deh lo," jawab Mayra.

"Mayra!" Seru sang Ayah.

"Apa? Udah kalian makan aja, ada atau gak adanya gue juga kalian tetep makan."

Begitu selesai dengan pekerjaannya, Mayra meletakkan uang dihadapan si ibu tiri yang suka cari muka.

"Nih, sebelum ditagih gue bayar. Gue yakin ini uangnya pas, gue udah ngitung tadi pake kalkulator. Jadi jangan nagih-nagih gue lagi."

Dapat dilihat dari sudut matanya, sang Ayah menatap tajam Ibu tirinya. Ia mengedikkan bahu acuh. Ia duduk di atas kursi depan pantry sambil memakai sepatunya.

"Apa lo liat-liat?"

Hasna menatapnya sedih.

Cih! Cari muka. Anak sama Ibu sama aja.

"Tenang, gue gak bakal balik ke rumah ini kok. Gue juga gak bakal minta uang sama ayah lagi, gue mau kerja. Mau cepet-cepet minggat dari rumah inu, gedeg gue liat muka kalian."

"Kerja apa kamu Mayra?" tanya sang Ayah.

"Apa jangan-jangan kamu kerja di klub malam yang sering kamu datangi itu?" tanya si  menjelek-jelekan Mayra di depan Kriss.

"Ah, elah. Perduli apa lo, gue kerja jadi lonte kek penari striptish kek—"

"Mayra!"

Entah sudah berapa kali ayahnya memanggilnya dengan nada bicara seperti itu.

"Udahlah jangan pada banyak ngebacot, gue pusing dengernya," ujar Mayra datar sambil mengangkat telpon dari seseorang.

"Bentar, gue ke depan."

Mayra meraih tasnya dan segera memasukkan bekal yang dibuatnya tadi serta snack besar lalu sebotol air minum.

"Bye semua! Semoga gak pernah ketemu lagi!" pamitnya pada semua orang.

Begitu melihat seseorang yang sudah siap dengan mobilnya, Mayra segera bergegas menghampirinya. Yang tak lain dan tak bukan adalah Annisa.

◻️◻️◻️

"Si anjim, kok gue mendadak lupa sama pelajaran ini," ucap Mayra sambil mengetuk-ngetuk kepalanya menggunakan pulpen dengan kesal.

"Jangan banyak bacot, kerjain aja napa."

Mayra menoleh cepat pada Zidan. Dasar sialan! Kemarin manggil sayang, sekarang malah seperti tak mengenalnya.

"Emang lo bisa ngerjain ini?" tanya Mayra sarkas.

Zidan nyengir kuda.

Mayra berdecak, "Gue yakin lo gak ngerjain satu soal pun."

"Tau aja lo, emang lo udah ngerjain berapa soal?" tanya Zidan sambil melirik kertas ulangan Mayra.

Mayra secepat kilat menutup kertas ulangan miliknya dengan buku agar Zidan tak dapat melihatnya.

"Kepo lo!" seru Mayra sambil melotot.

"Punya mata sipit aja sok-sokan melotot!"

"Serah gue lah! Awas lo kalau mau nyontek lagi sama gue, gak akan gue kasih!"

"Bodo amat!" balas Zidan tak mau kalah.

"Sialan—"

"Ada apa itu ribut-ribut?" tanya Bu Dian, selaku guru Biologi yang saat ini sedang mengadakan ulangan harian dadakan.

"Zidan bu, dia mau nyontek," tuduh Mayra sambil menunjuk Zidan dengan pulpennya.

Bu Dian menghampiri mereka berdua. "Benar itu Zidan?"

Zidan gelagapan. "A-anu bu ... "

Mayra menyeringai jahat. "Mayra udah beres bu, ini kertasnya." Ia menyerahkan kertas miliknya pada bu Dian, walaupun ada satu soal yang sedikit ngasal. Tapi tak apa lah, Mayra yakin jawabannya yang lain pasti benar.

"Ya sudah kamu keluar, dan Zidan kerjakan dengan benar jangan coba-coba untuk menyontek!"

Sebelum menutup pintu dan keluar dari kelasnya, Mayra memeletkan lidahnya pada Zidan.

Sialan!

Mayra tertawa jahat, biasanya ia akan memberi sedikit contekan pada Zidan maupun Babon. Tapi sekarang tidak, karena ia sendiri tak yakin dapat mendapatkan nilai sempurna.

"Aduh, gue ngapain ya. Gabut ginii," ucap Mayra pada angin lalu.

"Apa gue ke lapangan aja ya, nonton yang ganteng-ganteng gitu,"

Tak lama senyum terukir di wajahnya, "Good idea."

"Gue ambil makanan gue dulu di tas ah."

Mayra kembali ke kelas dan meminta izin pada Bu Dian untuk mengambil makanan di tasnya. Setelah diperbolehkan, Mayra mengambil kotak makannya dan snack besar. Sebelum pergi, ia sempat-sempatnya memberikan bocoran pada Zidan.

"Jawaban no 1 sama 4 beda dikit. Saling berkebalikan, materi yang sempat gue bilang sama lo kemarin, itu jawabannya."

Zidan itu sebenarnya tak bodoh-bodoh amat, hanya malas saja. Ingatannya bisa dibilang bagus, makannya Mayra memberikan clue padanya.

Mayra menenteng kotak makannya yang berada dalam paper bag kecil, sedangkan di dadanya ia mengapit snack miliknya itu.

Begitu sampai di lapangan Mayra mengambil tempat duduk di tribun tengah. Saat ini ada kakak kelasnya yang sedang bermain basket, bukan bermain basket abal-abal. Tapi memang pelajaran mereka memang materi itu, Mayra juga dapat melihat Pa Gugun yang mengawasi di sudut lapangan. Ia akhirnya menghampiri Pa Gugun sambil membawa makanannya itu.

"Pa Gugun!" Panggil Mayra sambil menyalami Pa Gugun dengan susah payah.

"Ngapain kamu ke sini?" tanya Guru beranak lima itu.

"Mau nonton, gakpapa kan Pa?"

"Kbm di kelas kamu udah selesai?"

"Udah Pa, cuman ulangan aja."

"Ya sudah," ucap Pa Gugun akhirnya.

Mayra duduk di bangku panjang di sana—di sebelah Pa Gugun. Ia mulai membuka paper bag yang berisi satu kotak tupperware dan satu tumblr. Dibukanya tupperware yang berisi beberapa sandwich dan satu kotak susu itu, lalu mulai memakannya. Sebelum makan, ia sempat menawari Pa Gugun yang dibalas gelengan. Mayra memakannya dengan khidmat, dirinya ini sungguh lapar sekali.

Pritt

Mayra hampir saja mengumpat jika saja tak sadar kalau yang membunyikan peluit di samping telinganya adalah Pa Gugun.

Jika saja bukan Pa Gugun, sudah Mayra tendang pantatnya. Kalian tau rasanya? Telinga kalian berdenging nyeri, untuk beberapa detik tak bisa mendengar, pokoknya rasanya seperti kalian akan kehilangan telinga kalian saat itu juga—atau di antara kalian ada yang pernah merasakan?

Semua Kakak kelasnya berkumpul lesehan di hadapan Pa Gugun yang berarti di hadapan Mayra juga.

"Kalian sudah belajar semua tekniknya, sekarang bagi kelompok menjadi dua untuk putra dan tiga untuk putri."

"Baik Pa," ucap murid itu serentak.

"Seperti biasa putri terlebih dulu yang bertanding baru putra."

"Kasian Pa gak ada temennya, masa Kak Putri sendirian. Terus Kak Putra juga gak ada temennya," celetuk Mayra.

"Heh, ngapain lo di sini?" tanya salah satu Kakak kelasnya.

"Mayra, kalau kamu mau ngerusuh mending jangan di sini."

Setelah mendapat teguran dari Pa Gugun, Mayra terdiam cemberut sambil kembali memakan sandwichnya.

"Apaan tuh," tanya Kakak kelasnya, Iphraim.

Iphraim ini merupakan salah satu partnernya dalam berbuat sesuatu yang buruk. Jangan salah sangka, maksudnya sesuatu yang buruk di sini ialah, mereka berdua yang kadang-kadang berkolaborasi dalam membolos, mengerjai para guru, atau kegiatan buruk lainnya.

"Sandwich, mau?"

Iphraim menggeleng. Keduanya duduk berdampingan.

"Kenapa lo gak sama temen-temen lo?" tanya Mayra.

"Lagi ngebucin mereka," Iphraim mengedikkan bahu.

"Oh, iya. Gue lupa, kan lo gak punya pacar."

Iphraim mendelik, Mayra tertawa jahat. "Kenapa lo gak punya pacar, kan lo tuh ganteng. Ganteng yang menurut gue tuh ya gak ngebosenin, soalnya lo ganteng tapi gak ganteng banget,"

"Nyindir lo."

"Asli, jadi lo tuh lebih ke manis sih menurut gue, soalnya kalau manis kan gak ngebosenin diliat."

"Terserah lo. Lagi pula gue gak niat pacaran, mending langsung ajak nikah."

"Gaya lu nikah-nikah, cari duit aja belum bisa."

"Mayra!"

Mayra menoleh cepat pada seseorang yang berteriak memanggil namanya dari kejauhan.

Sebelum seseorang yang berteriak itu kembali berucap, Iphraim berkata.

"Lo hati-hati, dia anak asevil."

Mayra menaikkan sebelah alisnya. Apa maksud Iphraim?

Seseorang yang tadi memanggilnya melambaikan tangan—menyuruhnya mendatangi orang itu.

"Ipha, gue nitip makanan gue ya," pesannya pada Iphraim sebelum menghampiri orang yang memanggilnya itu.

"Ada apa?" tanyanya begitu sampai di hadapan orang itu.

"Lo dipanggil sama Keken," ucap orang itu.

Alisnya terangkat satu, "Keken? Dimana? Ada urusan apa dia sama gue?"

Orang itu menyeringai. "Gak tau, lo datang aja ke kelas 12 IPS 5."

Tanpa merasa curiga sedikitpun Mayra berjalan cepat mengikuti orang itu ke kelas yang diucapkannya tadi. Kelas itu berada di lantai paling atas  dan paling ujung dekat kamar mandi.

"Capek njir, emang ada urusan apa sih Keken sama gue," keluhnya.

Tak sampai dari sepuluh menit, Mayra sudah ada di depan kelas 12 IPS 5. Tanpa babibu ia segera membuka kelas itu.

Di dalam sana hanya ada seseorang yang tak lain ialah, Keken—fyi, nama aslinya Kenneth. Pria tampan ini, merupakan salah satu pentolan di sekolahnya. Kelakuannya selalu membuat geleng-geleng kepala, hampir mirip seperti Mayra tapi beberapa tingkat lebih tinggi darinya—alias lebih bar-bar. Mayra tak terlalu akrab dengan makhluk yang satu ini, karena ia agak tak nyaman. Dari desas desus yang didengarnya, Keken sering meniduri teman-teman perempuannya atau para wanita bayaran—hampir di setiap angkatan ada saja yang menjadi sasarannya dan anehnya sang perempuan rela saja dipakai oleh Kenneth. Memang kalau good looking bikin otak jadi gak bisa thinking.

Kayak Mayra banget, kalau liat yang good loking suka gak tahan pengen ngarungin terus dibawa pulang ke rumah. Iman Mayra lemah kalau ada cowok macam Kenneth. Jadi daripada hilang imannya—eh, maksudnya hilang kendali atas dirinya mending dijauhin aja, agar tidak menjerumuskannya ke dalam lubang kemaksiatan. Tapi gak tahu deh kalau sekarang, apalagi mereka cuman berdua di sini, bisa-bisa Mayra khilaf.

Cepat-cepat Mayra menggelengkan kepala. Ingat Mayra ada Fero! Jangan keganjenan!

Kelas yang dipijakinya terasa begitu mencekam saat ia masuk ke dalamnya. Lampu yang dimatikan, kelas paling ujung yang terasa lembab, serta penghuni yang sedikit—hanya berdua, membuat kelas ini terasa menakutkan. Namun tidak bagi Mayra, ia berjalan menghampiri Keken di sudut kelas.

"Ada urusan apa?"

Keken tersenyum kecil. "Duduk dulu."

Mayra nurut dan ikut duduk di samping Keken. "Sekarang ngomong, apa yang lo mau?"

Keken menghadap sepenuhnya pada Mayra. "Sebelum kita ngobrol, mending lo cobain dulu ini," ucapnya sambil merogoh sakunya.

Kening Mayra mengernyit dalam saat melihat sebuah benda yang mirip seperti rokok pada umumnya, tapi itu apa ....

"Rokok?"

"Lo harus coba," ujar Keken sambil menyodorkan benda itu.

"No, no, no, masa kakak gue dokter gue ngisep ginian," jelas Mayra.

"Lo mau ngisep yang lain?"

Kepalanya menggeleng cepat. Ini orang otaknya mulai ngeres, gak beres nih. Harus segera dihindari sebelum otak Mayra ikut terkontaminasi.

"Cuman dikit, cobain," bujuk Keken

Lagi. Mayra menggeleng.

"Gue gak bakal ngomong kalau lo gak ngisep ini."

Mayra terdiam pelan, jiwa-jiwa keponya meronta-ronta ada urusan apa sebenarnya Keken dengannya, tapi ia tak mungkin melakukan apa yang Keken inginkan. Tak baik, biarpun ia termasuk perempuan yang agak nakal, jangan sampai ia mengkonsumsi sesuatu yang dapat mengganggu kesehatannya.

Tapi ....

Mayra kepo sangat, apa ia coba saja? Hanya satu isapan saja. Semoga tak berpengaruh apapun pada tubuhnya. Semoga tak ketahuan Kakaknya. Semoga tak ada yang melihatnya.

Keken tersenyum smirk saat melihat Mayra yang terpengaruh. Kembali ia menyodorkan benda itu pada Mayra yang sepertinya sudah terpengaruh.

Mayra menerimanya tanpa ragu. Lalu diapitnya benda asing itu di bibir tipisnya. Keken mulai memantiknya dengan korek api yang ada di genggamannya. Namun sebelum itu, pintu sudah terbuka lebar.

Sial! Sepertinya peringatan Iphraim tadi adalah ini.

◻️◻️◻️

1
Curtis
Terharu...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!