NovelToon NovelToon
Istri Kontrak Tuan Mafia

Istri Kontrak Tuan Mafia

Status: tamat
Genre:Balas Dendam / Single Mom / Anak Genius / Tamat
Popularitas:1.3M
Nilai: 4.6
Nama Author: medusa

lola adalah gadis cantik lugu yang dilamar untuk menjadi istri seorang ceo mafia yang terkenal tempramental dan kejam setelah ditinggal oleh sang kekasih....

bagaimana kisah lanjutan lola,yuk mampir dan baca🙏😇.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB~16²

...❣️❣️❣️...

"Nona." Panggil kepala pelayan tiba-tiba, membuat Bastian ikut menoleh ke belakang.

...Lola hanya membalas panggilan itu dengan senyuman kaku yang tak sampai ke mata, seolah ada beban tak kasat mata yang menekan kedua bibirnya. Kemudian, ia kembali berjalan perlahan menuju dapur, langkahnya terasa berat, seperti setiap ayunan kaki adalah upaya keras untuk mengabaikan tatapan menusuk dari Bastian. ...

...Udara di ruang makan terasa membeku, dingin merayap di kulit, seolah ketegangan antara mereka berdua telah mengusir kehangatan pagi....

...Melihat kepergian Lola, Bastian langsung menegurnya, suaranya terdengar lebih berat dari biasanya, menghentikan langkah Lola. ...

"Kamu mau ke mana?"

...Lola berbalik, tatapannya kini sedingin es yang baru pecah, menembus langsung ke mata Bastian. Sebuah gumpalan tak terlihat seolah menyangkut di tenggorokannya. ...

"Mau bekerja, Tuan. Permisi," jawab Lola singkat, suaranya nyaris tanpa emosi, lalu kembali membalikkan badan, seolah tak ada yang bisa menghentikannya.

...Bastian mengepalkan tangan, jemarinya memutih di balik kepalan. Frustrasi mendidih di dalam dadanya. ...

"Biarkan para pelayan yang bekerja. Kamu istirahat saja," ucap Bastian, nada suaranya mengalun seperti perintah, bukan sebuah tawaran.

...Lola kembali membalikkan badan, seulas senyum getir terukir di bibirnya, tipis dan penuh kepahitan. ...

"Aku baik-baik saja, Tuan. Tidak perlu merasa kasihan," ujar Lola, lalu berjalan pelan pergi.

...Setiap langkahnya terdengar jelas di keheningan ruang makan, seolah menantang kehendak Bastian....

"Cih!" Bastian mendecih, bau kopi yang seharusnya menggoda kini terasa hambar di hidungnya.

Amarah menyengat di dalam dirinya.

"Terserah. Aku sudah berbaik hati menegurmu, tapi kamu berlagak seperti itu, maka itu urusanmu," batin Bastian, denyutan tajam di pelipisnya menandakan kekesalan yang mendalam.

...Ia bangkit dari kursi, meninggalkan sarapan yang menguarkan aroma lezat itu begitu saja di atas meja, lalu melangkah pergi, hentakan kakinya bergema di lantai marmer....

...Setelah kepergian Bastian, kepala pelayan menghampiri Lola yang sedang mencuci, membawa nampan penuh sarapan. Aroma roti panggang dan telur mata sapi yang menguar dari nampan itu sedikit mengurangi ketegangan yang masih tersisa di dapur....

"Nona, mari sarapan dulu." Panggilnya lembut, suaranya bagai embusan napas lega setelah kepergian Bastian.

...Lola mengangguk pelan, matanya sedikit meredup, lalu mencuci tangan dan menghampiri kepala pelayan. ...

"Terima kasih, Bi," ucap Lola, bibirnya menarik senyum tulus untuk pertama kalinya pagi itu.

...Ia tersenyum, lalu menyantap sarapan yang dibawakan oleh kepala pelayan dengan lahap, seolah tak ada beban yang menghimpitnya. ...

...Setiap suapan terasa menghangatkan kerongkongan dan jiwanya. Namun, saat sedang asyik makan, tiba-tiba ia melihat kepala pelayan menitikkan air mata. ...

...Sebuah rasa dingin menjalar di punggungnya, dan nafsu makannya langsung sirna. Lola terkejut dan langsung berhenti makan....

"Ada apa, Bi? Kenapa Bibi menangis?" tanya Lola, suaranya bergetar samar saat mengusap air mata sang kepala pelayan yang memudar di pipi keriput.

"Tidak, Nona. Bibi hanya kelilipan," elak kepala pelayan, suaranya sedikit serak, berusaha menyembunyikan getar emosi di baliknya.

"Astaga, Bi... Sini, Lola tiup," ujar Lola, nada cemas terdengar jelas, sambil meniup pelan mata kepala pelayan. Angin lembut napas Lola terasa hangat di wajah tua itu.

...Kepala pelayan mengangguk pelan, membiarkan Lola meniup matanya yang sebenarnya tidak kelilipan. Di balik mata yang terpejam itu, ia menahan isak tangis. Hatinya teriris perih melihat gadis lugu seperti Lola terus-terusan menjadi sasaran kekejaman Bastian, tuannya itu. ...

...Bau sabun cuci dan uap sarapan yang hangat memenuhi udara, namun tak mampu menghapus perasaan pilu yang menyelimuti kepala pelayan....

*

*

*

...(Satu bulan kemudian)...

...Lampu-lampu kota menari-nari di balik jendela restoran mewah. Suara dentingan gelas dan tawa renyah menyelimuti ruangan, menciptakan suasana hiruk-pikuk yang kontras dengan niat dingin Sonia....

...Ia, yang sedang makan malam dengan teman-temannya di sudut yang lebih tersembunyi, tidak sengaja melihat Bastian di antara kerumunan pria berjas, dikelilingi oleh para partner kerjanya. Seketika, tatapan Sonia berubah tajam, fokusnya terpaku pada sosok Bastian. Sebuah senyum licik merekah di bibirnya yang dipoles merah....

...Ia pun menghampiri salah satu pelayan, langkahnya anggun namun cepat, dan dengan gerakan halus, ia menyelipkan sejumlah uang dan sebuah botol kecil berisi obat ke tangan pelayan tersebut....

"Apa maksudnya ini, Nona?" tanya pelayan, matanya membelalak bingung saat melihat isi tangannya.

...Aroma parfum mahal Sonia menusuk hidungnya....

"Kamu masukkan obat itu ke dalam minuman pria berjas hitam yang ada di sana, dan ini uang untukmu," jelas Sonia, suaranya rendah namun penuh otoritas, sambil menyodorkan uang dan obat yang ada di tangannya.

...Dinginnya uang kertas terasa di telapak tangan pelayan....

...Pelayan itu menatap ke arah Bastian, keringat dingin mulai merembes di punggungnya. Perasaan takut mencekam hatinya. ...

"Tidak, Nona, saya takut. Tuan itu adalah langganan tetap kami." Tolaknya, suaranya sedikit bergetar.

Sonia kesal, alisnya sedikit berkerut.

...Ia mengeluarkan sejumlah uang lagi, dua gepok tebal yang membuat mata pelayan itu langsung berbinar penuh keserakahan. ...

"Bagaimana dengan ini?" yanya Sonia, nadanya kini lebih menekan.

...Melihat tumpukan uang itu, segala ketakutan pelayan seolah lenyap ditelan nafsu. ...

"Baiklah, Nona, saya akan melakukannya," sahutnya, suaranya kini lebih mantap, tangannya dengan cepat meraih uang itu.

...Pelayan itu pun memasukkan obat ke dalam minuman Bastian dengan gerakan cekatan dan tersembunyi, lalu menyuruh pelayan lain yang tidak tahu apa-apa membawa minuman itu kepada Bastian....

...Bastian meminumnya sampai tandas, rasa pahit aneh menyebar di lidahnya namun tak terlalu dihiraukannya. Tak lama, keringat dingin mulai membanjiri dahinya, dan sensasi tidak nyaman menjalar di sekujur tubuhnya, seolah ada api yang membakar dari dalam....

"Apakah Tuan Bastian baik-baik saja?" Tanya salah satu partner kerja Bastian, raut wajahnya sedikit cemas.

...Bastian yang tahu apa yang sedang terjadi, otot-ototnya menegang, langsung berdiri dari kursi. Napasnya memburu, dan pandangannya sedikit kabur. ...

"Aku sedang tidak enak badan, jadi kita akan bertemu lagi besok," ucap Bastian, suaranya terdengar berat dan serak, lalu berbalik pergi meninggalkan mereka semua.

...Langkah kakinya terasa gontai, namun ia berusaha menahan diri....

...Dari jauh, Sonia yang melihat itu diam-diam tersenyum puas, bibirnya melengkung membentuk seringai kemenangan. Ia mengikuti Bastian dari belakang, bayangannya menyelinap di antara kerumunan. ...

...Setelah sampai di parkiran mobil, Bastian hendak masuk ke dalam mobilnya. Udara malam yang dingin terasa menusuk kulitnya yang panas. Tiba-tiba, Sonia muncul dari belakang dan langsung memeluk erat Bastian, tangannya melingkar posesif di pinggangnya. Bastian dan asistennya terkejut, mata Bastian membulat marah....

"Tuan... aku tahu Tuan sedang tidak enak badan. Aku bisa membantumu, Tuan," tawar Sonia dengan nada manja yang dibuat-buat, jari-jarinya yang panjang mulai meraba dada bidang Bastian, seolah ingin mengklaimnya.

...Bastian membalikkan badan dengan gerakan cepat dan penuh amarah, mendorong Sonia dengan keras sampai Sonia terpental jauh dan jatuh ke lantai. Suara berdebam pelan terdengar saat tubuh Sonia menghantam aspal yang dingin. ...

"Aku akan mengurusmu besok, dasar wanita jalan!" Umpat Bastian, suaranya menggeram dalam, penuh kemarahan dan jijik.

...Bastian langsung masuk ke dalam mobil, membanting pintu dengan keras, dan disusul oleh asistennya yang langsung mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, ban mobil berdecit nyaring meninggalkan restoran. Di dalam mobil, Bastian mencoba melonggarkan dasi yang terasa mencekik, napasnya masih memburu tak teratur, peluh membasahi kemejanya....

"Kau urus wanita itu besok. Dia sudah berani menjebakku dengan obat murahan." Perintah Bastian, suaranya sarat akan ancaman, menunjuk ke arah belakang dengan dagunya.

...Asisten mengangguk paham, menatap Bastian lewat kaca spion. Wajah Bastian memerah, dengan urat-urat menonjol di lehernya. ...

"Lalu, apa yang harus aku lakukan untuk membantumu, Tuan?" Tanya asisten, nada suaranya penuh kekhawatiran.

"Bawa aku ke mansion, cepat." Ucap Bastian, suaranya mendesak, tubuhnya gemetar menahan efek obat.

"Baik, Tuan." Sahut sang asisten, menambah kecepatan mobil, mesin mobil menderu kencang menelusuri jalanan kota yang sepi.

...Setelah sampai di mansion, Bastian turun dari mobil, langkahnya terhuyung-huyung, dan berjalan masuk. Namun, dia tidak pergi ke kamar miliknya. Sebaliknya, naluri liar membimbingnya menuju kamar Lola. ...

...Setiap langkah di lantai marmer terasa dingin di telapak kakinya yang panas. Setelah sampai di depan pintu kamar Lola, Bastian membuka pintu dengan paksa, suara bantingan keras memecah keheningan malam, lalu masuk ke dalam....

...Lola yang sudah tertidur pulas, terbangun kaget dari mimpinya yang tenang oleh suara ribut yang dilakukan oleh Bastian. Sebuah rasa takut yang dingin mencengkeramnya, jantungnya berdegup kencang di dalam dadanya. Dengan takut, Lola menatap Bastian, siluet tubuh besar itu memenuhi ambang pintu. ...

"Tu-tuan, apakah ada yang bisa ku-kubantu?" Tanya Lola, suaranya bergetar, bibirnya terasa kering dan kaku.

Bastian tidak menjawab. Matanya yang memerah dan berkilat tajam menatap Lola. Dengan gerakan lambat namun penuh ancaman, dia melepaskan baju miliknya satu per satu di hadapan Lola. Suara kain yang jatuh ke lantai terdengar jelas di telinga Lola yang menegang.

...Tubuh kekarnya, penuh dengan tato yang menakutkan, kini terekspos di bawah cahaya remang. Kemudian, Bastian berjalan pelan mendekati Lola yang sedang menutupi dirinya dengan selimut, ketakutan merayap di setiap inci kulitnya, seolah selimut tipis itu adalah satu-satunya perlindungan dari badai yang akan datang....

(Bersambung)

1
Masita Ilyas
cerita ini membuatku berderai air mata akhir ending yg bagus bahagia mantap
Khusnul Khotimah
g rela klo ahirnya lola mau sama bastian,,,,,, barang murahan
Murni Dewita
💪💪💪
Murni Dewita
😭😭😭😭😭
Murni Dewita
jadikan lola kuat dan jodoh kan dengan mark thor
Murni Dewita
jadi lah wanita yang kuat lola
Murni Dewita
👣
Lauren Florin Lesusien
𝚖𝚊𝚏𝚒𝙰 𝚜𝚊𝚖𝚙𝚊𝚑
Rainie Mahadun
thor mohon semak dulu baru update ya..banyak kesalahan ejaan,nama dan kdg ayat yang tertambh..contoh..MOHON JADI MOHONG..ADEHHH
Ati Marini
Tkasih saya sengat suka membaca novel ini hingga tamat. jalan caritanya yang kadang menitikkan air mata.dan terselit juga carita yang panas tepi sudh di maklumi jalan caritanya iyaa../Drool//Rose//Rose//Rose/
telsi sadijani
Luar biasa
Kiki Tedjakusuma
banyak typo thor.tanpa y Thor BKN tampa.kasihan.bkn kasiang.kdg kt bc agak laen.thor org Makassar ya?
Helen Nirawan
buset di mutilasi dah kyk potong ayam aj , kejam , tp bgs biar tau.rasa 😈😈😈
Nita Kusnitawati
baca novel ini bikin emosi
Nita Kusnitawati
koq pelayan bisa kurang ajar gitu sm nyonya rumah
Alma Lina
suami iblis
Diana Nadifah
Luar biasa
Eka Uderayana
cerita yang menarik
sukses selalu
Diana Silaen
katanya Jonas pintar kenapa mamanya di biarin di tindas kelurga daddy-nya ya
Diana Silaen
aduh nangis deh jadinya terharu aku thoor😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!