Pradivta Anugra putra seorang pria yang belum menikah tiba-tiba mempunyai seorang putri yang sedang mengalami sakit.
Di pertemukan dengan seorang wanita bernama Ersya putri, seorang janda yang baru saja di ceraikan oleh suaminya satu bulan yang lalu dan di tinggal bertunangan.
Karena pertemuan mereka yang tidak terduga itu, membuat mereka terjebak ke dalam hubungan yang rumit
NB :
Maaf karya ini mungkin nanti up-nya tidak bisa setiap hari ya, harap maklum dan jangan di tagih up nya ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menjenguk Fe di rumah sakit
“Rangga
!” gumam Felic, ia pun segera meletakkan ponselnya begitu saja. Matanya
langsung tertuju pada pria itu.
Rangga
pun berjalan mendekati Felic, ia berdiri tepat di samping Ersya, “Fe …,
bagaimana keadaanmu?’ tanya Rangga.
“Sudah
lebih baik!”
“Syukurlah
kalau begitu!”
Ersya
yang sedari tadi melihatb suasana yang menjadi tidak begitu enak itu pun
memilih untuk mundur dan membeiarkan metreka untuk bicara,
“Gue
mau lihat-lihat dulu ya …, kalian ngobrol aja, anggap kalau gue nggak ada …!”
ucap Ersya lalu memilih berkeliling ruangan yang sangat luas itu. Bahkan
ruangan itu bukan seprti rumah sakit lebih mirip seperti apartemen mewah atau
hotel berbintang.
“Sya__!”
cegah Felic tapi Ersya menggelengkan kepalanya.
“Gue
cuma di situ!” ucap Ersya sambil menunjuk ruangan lain di ruangan itu. Ia ingin
tahu ada ruang apa saja di dalamnya.
Walaupun
sudah menjauh tapi Ersya masih bisa mendengarkan pembicaraan mereka, ia bisa
mendengar bagaimana Rangga masih sangatb mempedulikan Felic walaupun ia tahu
jika Felic sudah menikah dengan orang lain.
Setelah
cukup lama membiarkan Rangga dan Felic bicara, tiba-tiba pintu kembali terbuka,
seseorang menghampiri mereka.
“Hgrremmmmm
…! Selamat sore!” sapa pria itu, dia adalah suami Felic. Ersya yang melihat
kedatangannya segera bertindak. Ia takut sampai suami sahabatnya itu salah faham
jika dia tidak bersama dengan Felic.
Ersya
pun segera mendekat pada dokter Frans, senyum dokter Frans memang isa
mengalihkan dunia siapapun termasuk Ersya.
“Sore
dokter!” sapa Ersya menyambut sapaan dokter Frans. Dokter Frans
mendekatkanntubuhnya pada Felic dan mencium kening Felic.
“Frans!”
Felic terlihat begitu terkejut karena tiba-tiba saja suaminya itu menjadi
sangat manis. Ersya pun ikut syok, ia sampai menutup mulutnya yang tidak
sengaja membulat sempurna.
“Bagaimana
keadaanmu sayang?” tanya dokter Frans pada Felic membuat Felic terkejut dengan
ucapan suaminya yang terkesan di buat-buat.
Dokter
Frans beralih menatap Rangga, pria yang pernah di cintai oleh istrinya dan
mungkin masih sangat di cintai, Ersya yang melihat itu segera mencolek
sahabatnya itu yang juga sedang terkejut.
Bakal ada perang dunia nih kayaknya
…, kayaknya nggak tepat deh gue ngajak Rangga ke sini …., batin
Ersya.
“lama
tidak bertemu, Rangga! Bagaimana kabar anda?” tanya dokter Frans dengan nada
formalnya.
“Saya
baik!” jawab Rangga dengan wajah piasnya.
“Tapi
saya rasa akan lebih baik jika anda tidak terlalu dekat dnegan istri saya!”
ucap dokter Frans.
Rangga
merasa tidak terima dengan ucapan dokter Frans, “Dokter …, atau siapapun kamu,
sebelumnya saya tidak mengenal anda tapi saya begitumengenal Felic lebih dari
anda. Saat ini status Felic memang istri anda tapi bukan berarti anda berhak
atas appun terhadap Felic!”
Melihat
pembicaraan mereka semakin panas, Ersya mun segera menyuruh sahabatnya itu
untuk melerai dua pria yang seang ribut memperebutkan sahabatnya itu.
“Fe
…, kalau gitu aku pamit pulang dulu ya, seperrtinya suasananya menjadi tidak
enak!” ucap Rangga.
Ersya
sebenarnya masih ingin di sana, tapi ia tadi nebeng sama Rangga. Ia harus
bareng rangga agar pulangnya tidak jalan kaki.
“Fe
…, gue ikut Rangga ya, nggak bawa mobil sendiri soalnya!” ucap Ersya, “semoga
cepat sembuh ya!”
Ersya
pun segera mengejar Rangga yang sudah lebih dulu keluar dari ruangan Felic.
Langkah Rangga terlalu lebar sehingga ia sulit untuk mengimbangi langkahnya.
“Ga
…, Ga …., tunggu!” dengan begitu kesulitan Ersya mengejar langkah Rangga.
Akhirnya Rangga berhenti juga di depan pintu lift.
Ersya
pun berhenti tepat di samping Rangga. “Lo apa apaan sih …, main cabut aja …!”
Rangga
yang terlanjur kesal tidak mempedulikan ocehan Ersya. Ia memilih untuk tetap
diam dan masuk ke dalam lift saat pintu lift erbuka. Ersya pun mengikuti
langkah Rangga.
Mereka
masih saling diam hingga sampai di tempat parkir. Ternyata di luar sudah sangat
gelap.
“Ga
…, jangan marah aja dong!” ucap Ersya.
“Aku
nggak marah …!”
“Nggak
marah kok diam aja sih?”
“lagi
males bicara aja!”
“Jangan
males dong …!”
“Ihhh
kenapa lo cerewet banget sih!?”
“Udah
dari sononya …, gue lapar!”ucap Ersya sambil memegangi perutnya, “Kitamakan
dulu ya!”
“Kebiasaan
ya kamu ini …!”
Mereka
pun masuk ke dalam mobil, dan mobil pun mulai melaju meninggalkan lapangan
parkir itu dengan di bantu oleh petugas parkir.
Sepanjang
perjalan menuju ke tempat makan, Ersya terus saja mengoceh. Ia memang tidak
punya teman untuk di ajak bicara di rumahnya. Hanya ada dia dan suaminya dan
juga asisten rumah tangga, itu pun hanya datang pagi dan sore hari untuk
bersih-bersih saja.
“Mau
makan apa?” tanya Rangga.
“Apa
aja boleh lah …!”
Rangga
pun menghentikan mobilnya di pinggir jalan, di sana ada banyak tenda penjual
berbagai makanan.
“Kita
makan lalapan saja!” ucap Rangga saat mereka sudah turun. Mereka memilih untuk
masuk ke tenda dengan tulisan lalapan. Ada berbagai macam lalapan di sana mulai
dari lalapan terong, ayam, bebek, puyuh, lele, jeroan.
Rangga
pun mengajak duduk Ersya di tikar yang di gelar di pinggir pinggir taman itu.
“Lo
mau makan apa?” tanya Rangga.
“Gue
mau jeroan aja deh!”
Rangga
pun kembali berdiri dan menyebutkan pesanannya, Rangga memilih lele sebagai
menu makan malamnya, tidak lupa Rangga juga memesan minumannya, dua gelas teh
hangat.
Tidak
berapa lama, makanan mereka pun datang. Mereka segera mencuci tangannya dan
makan menggunakan tangan.
“Oh
iya Ga, gue ampir lupa! Gimana keadaan Iyya? Apa dia sudah sehat? Maaf ya
kemarin gue buru-buru!”
“Kenapa
memangnya nanyain Iyya?” tanya Rangga.
“Nggak
kenapa-napa! Hanya saja, Iyya itu anak yang begitu manis, jadi kangen sama Iyya!”
“Kok
bisa samaan sih!”
“Samaan?
Maksudnya samaan sama lo?”
“Nggak
…, samaan sama Iyya …! Iyya begitu sadar langsung nanyai lo, dia smapai nangis
ngajakin nyariin lo! Gue sampek bingun, apa bagusnya lo sih?!”
“Ye
…, enak aja …, gini-gini gue berhati tulus! Ahhhh …., gue jadi nyesel, kenapa
nggak nunggu Iyya sadar sih …!”
“Lo
emang bener pernah marah-marah di depan Iyya?” tanya Rangga bingung.
“Nggak
tahu …, gue lupa …!”
Mereka
pun menyelesaikan makannya sambil terus mengobrol membicarakan banyak hal. Bahkan
sekarang Ersya tahu jika Rangga ebkerja di gedung yang atapnya selalu di
jadikan tempatnya menyendiri.
“Sudah
kan? Sekarang kemana lagi?” tanya Rangga.
“Sudah
…., sudah kenang, jadi bisa langsung pulang!”
Mereka
pun segera kembali ke mobilnya, masuk ke dalam mobil dan Rangga pun mulai
menghidupkan mesin mobilnya.
Mobil
melaju memejah hirup pikuk jalanan yang sangat padat.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan ke author dengan memberikan like dan komentarnya ya, kasih vote juga yang banyak biar tambah semangat
follow ig aku juga ya
tri.ani.5249
Happy Reading