Amara Olivia Santoso, seorang mahasiswa Teknik Industri yang sedang berusaha mencari pijakan di tengah tekanan keluarga dan standar hidup di masyarakat. Kehidupannya yang stabil mulai bergejolak ketika ia terjebak dalam permainan seniornya Baskara Octoga.
Situasi semakin rumit ketika berbagai konflik terjadi disekitar mereka. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, persahabatan dan kehidupan kampus.
Day one
Amara mengikat rambutnya kasar, matanya terfokus pada monitor di depannya. Terlihat aura kepanikan terpampang jelas di wajahnya. Jari-jari mungilnya seperti melekat pada tuts keyboard, detak denting suara ketikannya terdengar cepat dan kasar. Pelipisnya basah, keringatnya jatuh bahkan saat AC di Perpusatakaan ada di suhu delapan belas derajat celcius. Sesekali di liriknya jam di kanan bawah monitornya, masih ada waktu tiga puluh menit sebelum kelas di mulai.
“Hayy, aku boleh duduk disini ngga?” Tanya Baskara yang seketika membuyarkan konsentrasinya.
“Ahh iya, duduk aja kak” Jawab Amara sembari membereskan beberapa kertas miliknya yang berhamburan di atas meja,
“Kamu lagi ngerjain apa Ra?” Tanya Baskara yang kini duduk di samping Amara.
“Hmmm semacam buat proposal kak” Jawab Amara.
“Proposal buat apa?” Tanya Baskara yang kini mencondongkan kepalanya karena terlalu kepo.
“Buat tugas Kewirausahaan kak, aduh pusing banget mana minggu depan udah harus simulasi” Keluh Amara sembari tetap mengetik melanjutkan.
“Loh bukannya itu, tugas kelompok yaa?” Baskara mengernyitkan keningnya.
Amara terdiam, sorot matanya mulai menunjukkan ketidaknyamanan. Ia tersenyum cukup canggung, berfikir untuk menjawab pertanyaan Baskara.
“Yaah, karena orang selalu berpikir kalau aku selalu bisa menyelesaikan semua tugas. Teman satu kelompokku lepas tangan gitu aja kak, ngga ada kontribusi dan akhirnya aku sendiri yang harus kerja keras” Jawab Amara.
“Kamu ngga bilang ke dosen? Kelompoknya di tentuin secara acak ya?” Tanya Baskara lagi.
“Ethan udah cabut dari kampus, kelompokku tinggal Sigit aja kak. Dia selalu susah di hubungi, apalagi praktikum dan tugas besar di semester ini banyak banget. Mau ngga mau yaa harus aku yang ngerjain. Kalo dosen tahu malah nilaku bisa D kak, kan udah di bilang penilaiannya bukan cuma soal membangun usaha, tapi juga koordinasi tim dan komunikasi juga” Jelas Amara.
“Harusnya, kamu negur si Sigit. Biar dia juga belajar tanggung jawab Ra” Protes Baskara.
“Iyaa kak percuma, tenggat waktunya hari ini” Amara mulai pasrah.
Sejenak Baskara hanya memperhatikan mimik wajah Amara, terlihat keraguan dan beban yang menyelimuti wajah cantiknya.
Amara menghembuskan nafas gusar, “Selama aku berusaha ngga ada hal yang ngga mungkin kan kak? Itu sebabnya aku ngerjain tugasnya sendirian. Aku seneng kok kalo ada orang lain memiliki ekspektasi yang tinggi terhadapku, aku jadi merasa kalau kehadiranku itu di anggap meskipun aku harus berusaha sekuat tenaga buat memenuhi ekspektasi mereka”.
“Ahh sini aku bantuin. Kamu loh harus belajar gimana cara buat minta tolong ke orang lain” Kata Baskara sembari menggeser laptop Amara sedikit ke tengah.
Baskara menghembuskan nafasnya pelan, di lihatnya proposal Amara sekilas. Sementara Amara hanya terdiam, dia begitu pasrah. Kali ini fikirannya benar benar buntu.
“Ini kan kamu lagi bikin studi kelayakan usaha, nanti coba kamu bikin pake analisis SWOT. Kalo udah, di lanjut Perhitungan modal, biaya operasional, dan potensi keuntungan” Baskara mencoba menjelaskan dengan seksama.
“Udah tau SWOT kan?” Tanya Baskara lagi.
“Tau sih, kayak Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats itu kan?” Jawab Amara.
“Oke good job, ini usahamu bagus sih, artisan tea. Masih jarang banget loh yang jual apalagi yang udah sepaket tinggal sedu gini. Di market place masih bisa di hitung jari kayaknya” Kata Baskara.
Amara tersenyum lega, dia masih terfokus pada penjelasan yang di berikan oleh Baskara.
“Nah untuk selanjutnya, ketika kamu mau nentuin Perhitungan modal, biaya operasional dan lainnya, kamu juga harus paham dulu kayak nentuin ROInya, soalnya payback period dari usahamu ini kan cuma sampai akhir semester, jadi tinggal beberapa bulan lagi. Jangan sampai modal yang kamu keluarin itu ngga bisa balik apalagi minus di akhir nanti. Belum lagi BEP, COGS, margin, CAPEX, OPEX. Dan buat budget marketing itu juga musti kamu hitung, ngga bisa asal. Oke *l*et say kamu promosi melalui Instagram, TikTok itu udah sesuai belum sama target pasarmu? Jangan lupa buat ngitung berapa besar biaya maksimal yang boleh dikeluarkan untuk menarik 1 pelanggan baru, pake CLV” Ucap Baskara panjang lebar yang hanya mendapat anggukan kecil dari Amara.
“Kamu ngangguk gitu paham ngga?” Tanya Baskara.
“Aduhh aku udah buntu kakkkk” Decih Amara pelan dengan menggelengkan kepalanya.
“Aku ada sih laporanku tahun lalu kalau kamu mau baca buat reverensi, Cuma aku kemaren bikin usaha clothing gitu. Emang rada beda sih, tapi garis besarnya kan sama” Hibur Baskara.
Amara menghembuskan nafasnya kasar, kini bibirnya mengerucut sebal.
“Aku mau deh kak, Cuma aku udah mau masuk kelas, ini tinggal bentar lagiii. Kayaknya ngga bakal sempet buat bikin versi perfectnya” Kata Amara.
“Yaudah sini, coba aku bantuin kerjain versi sederhananya aja, besok kalo kamu kosong, mau revisi nanti chat aja pasti aku bantuin” Kata Baskara yang kini dengan sigap mengambil alih laptop milik Amara.
“Ehh tapi aku ngga enak, nanti ngrepotin Kak Bas” Kata Amara cukup lirih.
“Udah sana, kamu cuci muka dulu. Kusut banget kelihatannya. Ini biar aku aja yang lanjutin. Kalo kamu ngerasa ngga enak, besok pas minta di ajarin bolehlah kamu traktir kopi atau artisan tea sekalian belajar buat next step” Kata Baskara dengan segala modusnya.
“Hhmm beneran kak? Makasih yaa. Aku ke toilet sebentar beneran gapapa?” Tanya Amara dengan senyum sumpringah.
“Iyaaa, sana buruan” Jawab Baskara yang kini tengah berkutat dan fokus pada laptop Amara.
Sekitar lima menit kemudian, Amara kembali ke dalam perpus. Sejenak ia mulai mengamati Baskara yang kini tengah fokus di depan laptop.
“Maaf ya kak lama” Ucap Amara yang tiba-tiba sudah duduk tepat di sebelah Baskara lagi.
“It’s okay ini udah mau selesai juga” Kata Baskara.
“Heh serius kak?” Amara terkejut tak percaya.
“Hmm, kenapa?” Tanya Baskara.
“Kenapa ya meskipun aku udah berusaha tapi tetep ngga bisa” Lirih Amara.
“Ada beberapa hal yang emang tidak mungkin terjadi di dunia ini Ra, contohnya kamu yang selau menekan dirimu terus, memaksakan diri melakukan segala sesuatu di luar kapasitasmu tanpa meminta bantuan dari orang lain itu kayak bom waktu. Semangat yang kamu ucapin kalo kamu berusaha kamu pasti bisa melakukannya itu justru cuma akan menjadi beban buat diri kamu. Ada perbedaan antara harapan dan memberi tekanan” Kata Baskara.
Amara hanya terdiam, ia tidak menjawab. Di tatapnya mata Baskara yang kini terlihat biru bercahaya karena terpantul sinar dari monitor laptop di depannya.
“Kamu tahu, aku bukan orang jahat. Tapi belajarlah sedikit tega terhadap orang lain. Kalau dia salah kamu tegur, Jangan hanya diem aja. Kalau kamu butuh bantuan, kamu bilang dan cari bantuan. Aku udah ngamatin kamu dari market day semester lalu. Kamu musti belajar buat mengkonfrontasi secara langsung biar masalah selesai dan ngga berbelit belit. Yaa meskipun orang yang jahatin kamu udah kena batunya sendiri sih” Tambahnya.
Amara menatap sendu, ekspresinya mulai berubah. Bibirnya kini tertekuk kedalam, di susul mata yang kini mulai terpejam. Amara menunduk, ada rasa nyeri di dadanya, ucapan Baskara tidak sepenuhnya benar. Selama ini dia tidak benar-benar diam, dia selalu menggunakan kesempatan dan orang lain untuk membalas.
“Ehh jangan nangis dong Ra, nanti aku dikira ngapain kamu lagi” Kata Baskara panik.
Amara mengangkat wajahnya, di usapnya mata yang kini mulai berkaca-kaca itu.
“Hhmmm Sabtu mau nemenin aku ke daerah Merbabu ngga kak? Aku teraktir artisan tea” Ucap Amara yang seketika sudah kembali tersenyum dengan merekah.
“Iyaa boleh” Jawab Baskara.
Siang itu, entah bagaimana Amara mulai merasakan getaran yang berbeda setiap ia melihat Baskara. Perasaan nyaman dan aman ketika membersamainya, perasaan yang tidak pernah ia rasakan sebelumnya. Tentang Amara yang benci jika ia harus bergantung kepada orang lain, kini mulai bergeser. Ada pengecualian jika orang itu adalah Baskara. Lelaki dengan tatapan penuh ketulusan yang kini duduk tepat di sebelahnya.