NovelToon NovelToon
Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Mengejar Cinta Gadis Bercadar Gamon

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Duda / CEO / Cinta Paksa / Beda Usia
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Cengzz

KISAH PERJUANGAN SEORANG LAKI-LAKI MENGEJAR CINTA GADIS BERCADAR YANG BELUM MOVEON SAMA PRIA MASA LALUNYA.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cengzz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

"Ada apa ini?" Suara beberapa orang menyentak, memotong perkataan Bella, memecah keheningan malam yang tegang. Aksi Bella terhenti seketika, ia menoleh dan wajahnya mendadak pucat dibalik cadar.

Orang-orang mulai berkumpul, satu persatu memasuki rumah sambil membawa obor dan senter, wajah-wajah mereka dipenuhi amarah dan kecurigaan yang dibuat-buat sekenyataan mungkin. Seolah ini bukan kemarahan spontan, melainkan skenario yang dijalankan.

"Mereka... mereka berzina di kampung kita!" teriak seseorang dari kerumunan. Bella menelan ludahnya susah payah, panik tak karuan.

Desas-desus langsung menyambar seperti api membakar jerami. Suasana mendadak panas.

Lucky berdiri tegak, rahangnya mengeras. "Kau jangan sembarangan bicara!" bentaknya, menunjuk tajam ke arah pria itu. "Kami tidak melakukan apa-apa." Suaranya berat, penuh tekanan emosi. Mimik wajahnya tegas nyaris seperti adegan klimaks disinetron. Sekilas, orang-orang terpaku. Acting lucky barusan bak pemain sinetron lihai yang jago memainkan peran sang pahlawan yang difitnah.

Lucky mengedipkan sebelah mata, memberi kode agar melanjutkan adegan ini. Bukannya melanjutkan, ibu-ibu serta gadis-gadis desa justru terpana dengan ketampanannya. Namun disini tidak hanya ada perempuan saja, ada laki-laki yang siap melanjutkan skenario drama.

"Kalian berdua harus di nikahkan malam ini! Kalau tidak. kampung kami akan kena azab atas perbuatan mesum kalian!" Ujar pak rt, melayangkan tatapan tajam pada dua orang itu, seraya membenarkan kopiah diatas kepalanya.

"Apa? Menikah?" Pekik Bella terkejut.

"Pak, kami tidak melakukan perzinahan disini!" Elak lucky, wajahnya dibuat sepanik mungkin.

Bella mengganguk, menimpali. "Saya ha-"

"Hanya berduaan dikontrakan? Lalu berzina dikampung kami?" Tanya Bu RT sinis.

Bella terbelalak dan menggeleng cepat, seolah membantah tuduhan tersebut.

"Tertutup doang, tapi kelakuannya seperti kupu-kupu malam!" Kata ibu-ibu sesuai perintah lucky.

Hati Bella nyeri, dadanya sesak.

"Kamu wanita paling memalukan yang pernah saya temukan! Bikin aib dikampung yang selama ini menjunjung tinggi adat dan agama!" Salah satu ibu-ibu, mendekat menatap tajam Bella, acting.

Kerumunan makin liar. Desakan emosi makin terasa. Seorang ibu-ibu maju ke depan, matanya tajam menatap Bella dari atas ke bawah mengolok-olok.

"Dasar wanita murahan. Pakaian doang yang tertutup, tapi rela menyerahkan kesuciannya terhadap laki-laki yang bukan mahram. Apa kamu nggak berpikir kalau nanti hamil gimana? Anak yang dikandung kamu, anak hasil diluar nikah!" Ucap ibu-ibu pedas menghayati peran.

Hati Bella tersayat mendengar ucapan mereka. Air matanya tumpah tanpa mampu ia tahan. Kepalanya menunduk dalam-dalam, ia menutup matanya dengan kedua telapak tangan, terisak tak suara sambil memainkan logikanya sebisa mungkin ditengah ketegangan. Didepannya, Lucky berdiri, hanya bisa terdiam. Dilema, antara kasihan dan juga senang dengan akting mereka yang begitu jago tak terbantahkan.

"Ayo! Kita nikahin saja mereka!" Teriak satu orang. Semua orang menyahut kencang, menyetujui usulannya.

"Kita arak saja mereka, pak! Jangan sampai gara-gara mereka. Kampung kita diazab tuhan!" Seru salah satu laki-laki, dan disambut sorakan menggema dari beberapa orang.

Seorang tetua kampung akhirnya melangkah maju, suaranya parau tapi tegas, "Cukup! Kita bawa ke balai dulu. Jangan bertindak seperti setan, kalian semua masih manusia!"

"Siap, Mbah. Maafkan kami yang keterlaluan. Tapi ini salah mereka berdua, berzina dikampung kita. Mau tak mau harus dipaksa nikah! Kalau tidak, kampung kita akan tenggelam seperti kampung sebelah!" Karang salah satu bapak-bapak yang ditimpali para pemuda.

"Dasar perempuan gak tahu malu, kamu!" Sentak ibu-ibu menunjuk tajam. Hati Bella nyeri, sesak dan malu.

"Cukup! jangan hina dia!" Teriak lucky bak heroik, semua orang menoleh kearahnya. "Saya akan bertanggung jawab. menikahi dia.

sekarang juga!"

Kata-kata lucky barusan membuat Bella tersentak. Matanya membelalak, nafasnya tercekat.

"Kamu memang harus bertanggung jawab, anak muda!" Kata tetua kampung.

Lucky mengganguk, melirik Bella yang menatapnya, dengan tatapan sulit ditebak, diiringi gelengan kepala yang seolah mengatakan 'tidak mau'.

Namun, lucky tak mengerti. "Jika memang hanya itu caranya, saya siap menikahi dia malam ini juga. Saya tidak akan kabur setelah merusak." Ia beralih menatap kerumunan. Tekadnya sudah bulat. Malam ini harus tuntas segalanya, ini kesempatan satu kali seumur hidup untuk mendapatkan Bella dari trik esktrim yang diberikan Tama.

"Bagu-"

"Tidak usah pak." Bella memotong cepat, menggeleng cepat.

Suasana hening, tatapan semua orang tertoleh pada gadis yang duduk disofa kayu tersebut. Beberapa saling berpandangan, ragu dan bertanya-tanya.

"Kenapa tidak usah, nak? Mohon maaf, sebelumnya. emangnya kamu rela dirusak sama laki-laki?" Tanya tetua kampung, serius sekaligus bingung.

Ia menghela nafas sejenak, "Kenapa harus tidak rela, Mbah? Laki-laki ini suami saya. Jadi, wajar saja." Ucap Bella setelah menemukan strategi membalikkan keadaan.

Lucky mengerjab-ngerjabkan, tak menyangka namun ia baper diakui 'suami'. Para warga setempat saling berpandangan, bertanya penuh kebingungan lewat tatapan.

Padahal, Dalam hati, ia menolak mentah-mentah. Bella tak Sudi menikah dengannya. Pernyataan barusan, bukan pengakuan cinta. Melainkan strategi yang ia ciptakan untuk menyelamatkan dirinya dari tekanan, bukan hanya tekanan sosial, tapi tekanan batin.

Sungguh, Bella tak mau dinikahkan dengan laki-laki yang tidak ia cintai. Ia mau menikah, bahkan siap dinikahkan detik ini juga, tanpa ragu dan tanpa penolakan. Asalkan arhan orangnya.

Selain itu, tidak! siapapun laki-lakinya— mau sebaik, setulus, sesempurna apapun dia. kalau bukan arhan, ia tidak mau. Cuma arhan yang Bella inginkan. Karena arhan adalah typenya. Bagi Bella, Arhan itu bukan hanya sekedar tampan saja lebih dari itu. Dia baik, lembut, tegas, tenang, dewasa, memiliki jiwa pemimpin yang tidak dimiliki semua orang. Tatapannya teduh, senyumnya indah menawan, sangatlah manis. Dia typikal laki-laki pelindung, setia, tidak genit, selalu menundukkan pandangan dan tak mudah tergoda.

'hanya dia yang bisa menyentuh hatiku..... Arhan, kamu pria paling indah yang pernah aku kenal. Andai saja kamu itu suamiku.... Aku tak akan pernah lelah mencintaimu, melewati hari-hari bersamamu. Hanya satu yang aku inginkan, arhan. Selalu disisi kamu, apapun masalahnya. Mau susah atau senang aku gak masalah. Sekalipun kamu tidak punya harta, aku tidak peduli. Cintaku bukan tentang dunia, tapi tentang kamu.... Astaghfirullah, aku mikir apa!' batin Bella langsung sadar ketika ia sempat melewati batas.

"Jangan bohong, mbak! Kalian ini bukan suami istri!" Kata pak rak RT. Tentunya, tak percaya.

lucky planga-plongo. Ia menggelengkan kepala, mencoba sadar. "Pak RT, kami orang asing! Dia bohong!" Kata lucky pelan. Pak RT dan Bu RT pun paham.

"Kalian orang asing! Kalau kalian suami istri mana buktinya? Coba tunjukan! Buktikan depan kita, agar kita percaya, paling juga ngarang!" Kata Bu RT, tersenyum smirk. Meremehkan, mana bisa Bella membuktikan.

Bella tersenyum licik dibalik cadar, ia mengangkat tangan kirinya. "Saya tidak pernah ngarang bapak-bapak, ibu-ibu. Ini bukti cincin nikah kami." Jari manis yang terlilit sebuah cincin, terpampang jelas didepan mata.

Nafas mereka tertahan, suasana hening sesaat, dilema antara ragu dan percaya. Lucky bergeming.

'hah? Sejak kapan? Nikah saja belum Bella!' batin lucky, syok berat. Ia tak menyangka. Ternyata Gadis bercadar itu benar-benar memiliki otak yang cerdik.

"Kamu seriusan? Lalu?" Bu RT menelan ludah, lidahnya terasa kelu, sulit berucap.

"Saya seriusan Bu. Kami sudah menikah. Makanya saya bingung sama kalian-kalian yang menuduh saya melakukan perzinahan dikampung ini. Padahal, saya dan dia suami istri." Jelas Bella membuat lucky tercengang bukan main.

"Astaghfirullah, maafin saya mbak!" Beberapa warga yang percaya, mulai meminta maaf padanya dengan raut wajah bersalah.

"Cincin kamu, kemana mas? Kok nggak ada? Katanya kalian sudah menikah?" Celetuk ibu-ibu meneliti jari kelingking lucky, kosong tak ada apa-apa.

"Iya, Benar. Mana cincin kamu mas? Bukannya kalian suami istri ya? Terus tadi kenapa ribut-ribut. Lengan kamu juga berd4rah-d4rah. Saat kami datang kesini, kalian berantem habis-habisan. Bahkan istri kamu, berteriak-teriak sambil menangis-nangis." Cerocos bapak-bapak, menggaruk kepalanya semakin bingung.

Lucky menoleh, bibirnya bergetar, terbuka hendak menyampaikan.

Namun, Bella langsung berkata. "Oh, kami sedang punya masalah pak. Jadi gini ceritanya, suami saya ngebuang cincin nikah karena dia memiliki wanita lain diluar sana. Dia berselingkuh dan ingin menikah sama dia. Saya sebagai istri kan cemburu dan sakit hati atas sikap dia. Dan akhirnya saya ngamuk-ngamuk, sakit banget diselingkuhin dibelakang pak, Bu." Jelas Bella nadanya bergetar, tangisnya pecah, sengaja dibuat-buat tuk meyakinkan.

Suasana kembali hening. Semua orang tertegun mendengar curhatan sedih dari Bella. Tak ada yang menyangka gadis seanggun yang berstatus istri itu, diselingkuhin suaminya sendiri. Semua Pasang mata langsung terhunus pada lucky yang terdiam membisu, menatap bella. kepalanya menggeleng pelan, seolah tak percaya dengan apa yang ia dengar. Sehebat ini Bella membalikkan keadaan. Lebih tepatnya. Tak rela dijadikan tokoh paling jahat dalam kisah yang bukan miliknya.

'fitnah terkejam dihidup gue. Bikin reputasi gue hancur Dimata masyarakat sini, padahal gue gak pernah gitu tuh.' oceh lucky membatin.

"Bener mas? Kamu selingkuh dari istri kamu?" Tanya Bu RT dengan suara meninggi. Sesama perempuan ia bisa merasakan betapa sakitnya hati Bella.

'semenjak kapan gue selingkuh! Pas istri gue belum meninggal aja. Kagak pernah selingkuh sama sekali. Gue setia Bu, jangan percaya sama dia!' batin lucky tanpa berani berkata secara langsung.

"Gue kecewa sama lu, bang. Tega banget Lo nyelingkuhin istri sendiri sama wanita lain. Jangan Mentang-mentang Lo punya kekuasaan, terus bisa seenaknya bertindak sesuka hati tanpa mikirin perasaan orang lain, bang!!" Kata si gondrong tampak kecewa berat.

"Dasar laki-laki baj1ngan! Istri secantik ini diselingkuhin! Apa sih yang kamu cari? Hah?" Sentak ibu-ibu berang.

"Otak di benerin mas! Jangan selangkangan Bae yang dipikirin! Kesenangan nafsu cuman sesaat."

"Nurutin nafsu nggak ada kelarnya, bang. Lo bisa aja selingkuh sana-sini. Tapi selingkuhan Lo kagak bisa Nerima kalau Lo jatuh miskin, yang ada ditinggalin. Beda sama istri, dia pasti mikir, terutama mbak ini. Dia kelihatan tulus loh. Astaghfirullah bang, bang. Cewek cadaran gini Lo sia-siain!" Teman si gondrong menyerocos dengan nada penuh kekecewaan dan kekesalan.

Hampir semua orang menghakimi lucky. Yang dihakimin hanya bisa melongo tanpa diberi kesempatan untuk meluruskan dan membantah fitnah ini.

'mampus! Rasain! Makan tuh! Harusnya dipukulin aja, ayo pak, Bu! Pukulin dia.... Ini ada toples, lempar aja kemukanya.' batin Bella menjerit-jerit penuh kepuasan. Ia tersenyum licik dibalik cadarnya. Ia hanya duduk terdiam, memerhatikan. Tampak tenang diluar.

Namun dalam hatinya ia bersorak kencang, mengharapkan lucky dikeroyok habis-habisan.

Biarkan orang salah paham. Bella senang mengkambing hitamkan lucky. Baginya, ini balasan yang setimpal, maksudnya sempurna teruntuk sikap kurang ajar lucky yang menyentuh dan menciumnya.

'seharusnya saya tusuk kamu, lucky.' geram Bella membatin. Hatinya sungguh sakit mengingat adegan lucky, nyaris menjamahnya.

*

*

Didalam mobil, Lucky terus-terusan mengumpat dalam hati. Ia kesal setengah mati, sudah difitnah, malu. Rencananya gagal, duitnya terbuang sia-sia lagi. Apapun yang ia harapkan selalu saja tidak sesuai dengan kenyataannya. Selalu ada hambatannya.

"Ehem!" Bella berdehem keras.

Lucky tersentak. Ia Menatapnya dari kaca spion yang mengarah ke belakang. Bella duduk disana, menoleh kearah kaca jendela. Hati lucky mendadak kesal melihat Bella yang tampak biasa-biasa saja, seolah tidak merasa bersalah sedikitpun atas tuduhan terhadapnya yang dilayangkan kepada warga setempat. Tuduhan itu, justru malah dipercaya sama mereka, bukan dianggap kehoakan semata.

"Licik sekali otak kamu dalam membalikkan situasi, Bella. Saya tidak menyangka orang yang terlihat paham agama melontarkan fitnah yang begitu kejam hingga menjelekkan nama saya Dimata mereka tanpa ampun."

Reflek Bella menoleh, menyunggingkan senyum licik. "Kamu pantas menerimanya, lucky. Sikap kamu yang kurang ajar tadi cukup membuat hati saya sakit!" Mata Bella berkaca-kaca, dadanya bergemuruh. "Saya sakit hati lucky dengan sikap kamu yang hampir melecehkan saya tadi.... Harga diri saya hancur, apa yang selama ini saya jaga kamu renggut secara paksa. Seolah saya ini wanita murahan yang bisa kamu permainkan."

"Maaf Bella. Soal itu, saya benar-benar khilaf. Demi tuhan saya tidak ada niatan merusak kamu." Lirih lucky merasa bersalah.

"Maaf kamu nggak ada gunanya. Saya sudah rusak! Itu semua karena ulah kamu. Apa dengan kata maaf bisa membalikkan semua yang saya saja selama ini?"

"Bella...." Tenggorokan lucky tercekat. Hatinya berdenyut perih, dihantui rasa bersalah tak karuan.

"Demi tuhan. Saya nggak ikhlas! Nggak ikhlas! Saya nggak ridho! Meskipun kamu itu suami saya sendiri."

"Cukup Bella! Jangan kurang ajar! Apakah ini sikap wanita yang paham agama?" Lucky tak tahan lagi dengan sikap Bella. "Jika saya menjadi suami kamu, mau nggak mau. Kamu harus ikhlas karena saya suami kamu."

"Saya tidak akan ikhlas menyerahkan tubuh saya untuk orang yang tidak saya inginkan, sekalipun dia suami saya sendiri. Jangan memaksa! Ini hak saya! Kalau kamu tidak terima, silahkan cari wanita lain. Saya nggak peduli." Teriak Bella sesenggukan.

Pandangan lucky menyala. Rahangnya mengeras, dadanya bergejolak. Ia mencengkram setir mobil begitu kuat, hingga buku-bukunya memutih, seolah ingin menguatkan hatinya yang nyaris runtuh oleh penolakan kejam tanpa belas kasihan.

Kalimat tadi terus terngiang-ngiang dibenaknya, menggema tanpa henti. Menghantam harga diri, menerobos langsung ke ulu hati.

"Jangan bawa-bawa agama. Disini saya yang salah. Bukan agama saya. Dewasalah dalam berpikir, lucky."

"Siap sipaling dewasa." Jawab lucky mencoba menahan perih.

Bella tak menjawab. Ia membuang mukanya kesamping, matanya terpejam sesaat. Menahan gemuruh didadanya yang melonjak-lonjak nyaris meledak jika tidak diselingi istighfar dalam diam.

'arhan, Maafin aku. Aku gagal menjaga diri. Hiks. Aku merasa kotor arhan. Terlalu kotor untuk kamu. Aku malu sama kamu. Hiks. Aku takut. Aku takut kamu jijik liat aku' batin Bella tergugu.

'maafin semua kesalahanku, Habibi.' lanjut Bella dalam hati.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!