NovelToon NovelToon
Kolor Sakti

Kolor Sakti

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Spiritual / Balas Dendam / Dikelilingi wanita cantik / Mengubah Takdir / Anak Lelaki/Pria Miskin
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: aiza041221

Seorang pria yang mendapat warisan leluhur setelah diceraikan oleh istrinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aiza041221, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

15

Suparman langsung masuk kedalam air dan mulai berenang bersama Jaenab dengan penuh canda tawa, keduanya seperti sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara, bahkan Jaenab sama sekali tidak peduli jika Suparman terus menatap dua buah semangka yang dia bawa, dia justru seolah memberikan kode kepada Suparman untuk menikmati buah semangka miliknya.

" Hehehehe.. aku jadi merasa seperti saat kita masih kecil Man? Kita dan anak-anak desa masih sering bermain dan berenang di sini, tidak seperti anak jaman sekarang yang lebih suka bermain game daripada berpetualang seperti saat kita masih kecil." ucap Jaenab sambil tersenyum manis kepada Suparman.

" Hehehehe. Semenjak kamu merantau dan pulang-pulang membawa Hasan, kita jadi jarang bermain kesini ya? baru dua hari ini kita bisa bermain bersama lagi disini." balas Suparman sambil mendekati Jaenab.

" Hehehehe.. aku jadi ingat dulu kamu yang paling jail, apalagi dengan Sarmin dan Mona yang tidak bisa berenang, kamu pasti akan selalu menjaili mereka hingga salah satu atau keduanya menangis." sahut Jaenab sambil terkekeh kecil.

" Jaenab, apa kamu tau kalau Sarmin sebentar lagi akan menikah dengan Mona?" tanya Suparman sambil memeluk Jaenab dari belakang.

" Benarkah? Darimana kamu tau berita itu Man? Setauku mona terus menolak lamaran dari Sarmin." balas Jaenab sambil tersipu malu saat Suparman memeluknya.

Jaenab sedikit gugup saat Suparman memeluknya, apalagi dia dapat merasakan jika cangkul yang Suparman bawa sudah dalam keadaan siap untuk bekerja. Jaenab tidak menyangka kalau ternyata cangkul Suparman masih siap untuk bekerja padahal mereka tengah berada di dalam air.

" Tadi pagi sebelum kamu datang, Sarmin datang kerumah dan mengabariku berita gembira itu?" balas Suparman sambil tangannya memeriksa keadaan buah semangka milik Jaenab dengan lembut.

Jaenab begitu menikmati sensasi luar biasa dari buah semangkanya yang sedang diperiksa oleh Suparman. Jaenab yang sudah lama tidak mendapatkan perhatian dari suaminya, sehingga ia tidak bisa menahan diri lagi dan langsung memutar tubuhnya.

" Suparman, apakah kamu mau mencangkul sawahku? Sudah cukup lama sawahku tidak dicangkul oleh Hasan," bisik Jaenab sambil menatap tajam ke arah Suparman.

" Apakah kamu yakin?" tanya Suparman dengan senyum manisnya.

Jaenab tanpa berkata apa-apa, tatapannya menyala-nyala penuh gelora. Dengan kecepatan kilat, ia melompat dan menyerang bibir Suparman dengan serangan terbaik miliknya. Bukan hanya itu, ia bahkan mengeluarkan cangkul Suparman dan dengan semangat mulai merawatnya.

Suparman, yang terkejut dengan serangan tiba-tiba itu, segera bangkit dengan reaksi yang sama ganas. Ia menarik semangka milik Jaenab dengan satu tangan, sementara tangan lainnya segera menyusuri sawah Jaenab, mencari tahu kondisi tanaman yang lain..

Jaenab merasakan denyut nadi berpacu cepat di dalam dadanya, suara bisikannya hampir tertelan oleh gemuruh air terjun. "Ayo, ke balik air terjun saja. Lebih sepi, tak ada yang melihat," ujarnya, menahan rasa gugup yang menjalar ke seluruh tubuhnya.

Di matanya terlihat kilatan penuh harap. Suparman mengangguk pelan, matanya menyiratkan kesepakatan yang sama. Mereka berdua kemudian meluncur ke dalam dinginnya air, menembus tirai air terjun yang memisahkan mereka dari dunia luar.

Jaenab duduk bersila di atas batu sambil memandang Suparman dengan tatapan mendalam. " Man, lihat sawahku ini, kamu lihat nggak gimana rapihnya rumput yang baru aku pangkas?" tanyanya sambil mengarahkan jari ke arah sawah yang tersembunyi.

Suparman memperhatikan sawah tersebut, tersenyum lebar, mata berkilat penuh kekaguman. "Iya, benar-benar rapi. Sawahmu tampak lebih indah, Jaenab. Boleh aku mulai merawatnya sekarang?" sahutnya dengan antusias.

Jaenab menatap tajam ke arah Suparman, mata menyala-nyala dan napasnya terengah-engah, penuh dengan urgensi. "Suparman, mengapa kamu masih bertanya? Bukankah sudah terang bahwa aku ingin kamu yang mengurus sawah ini!" katanya dengan suara berat, penuh emosi. Pipinya memerah, tanda betapa dia ingin Suparman bergerak cepat.

Suparman, merasakan beratnya permintaan itu, bergegas mendekati sawah milik Jaenab. Dengan kelembutan dan ketekunan, dia mulai mempraktikkan tekniknya yang mumpuni dalam merawat sawah.

Jaenab merasa terhanyut dalam kagum dan kegembiraan dengan apa yang dilakukan oleh Suparman. Dia memejamkan mata, tersenyum lebar, menyerap setiap detil dari kepiawaian Suparman. "Sungguh, Suparman, kau memang ahli dalam hal ini," Jaenab berbisik, masih dengan mata tertutup dan tangan terus merawat semangkanya, merasakan kepuasan yang belum pernah dirasakannya sebelumnya..

Suparman terus asyik menjalankan tugasnya di sawah milik Jaenab. Dengan penuh ketekunan, dia menerapkan metode unik yang dikenal dengan 'tarian lidah' serta 'teknik jari sakti' untuk meningkatkan hasil.

" Aduhhhh Man, tolong berhenti sejenak, aku butuh istirahat sebentar..!" seru Jaenab dengan napas tersengal-sengal. Dia terkejut bahwa kombinasi teknik unik Suparman sudah membawanya pada ambang kelelahan yang amat sangat.

Sementara itu, Suparman tetap konsentrasi, terus mengayunkan jari-jarinya dengan metode yang telah dia kuasai, hingga akhirnya sawah milik Jaenab mengeluarkan cairan hasil yang berlimpah..

Jaenab bergerak mendekati Suparman yang berdiri di atas batu besar, wajahnya tidak dapat menyembunyikan kekaguman. “Kamu benar-benar hebat, Man. Sekarang biar aku yang merawat cangkulmu yang unik itu.” Kata-kata itu meluncur dari bibirnya saat kedua kakinya merasakan sejuknya air.

Suparman menyerahkan cangkul besar dan sedikit bengkok itu kepada Jaenab, senyuman lebar menghiasi wajahnya. “Nah, ini dia! Luar biasa, kan? Tunggu sampai kamu mencobanya di sawahmu,” serunya dengan nada bangga.

" Wooowwww amazing.. aku sungguh tidak menyangka kalau cangkulmu begitu besar dan panjang, Man?" ucap Jaenab sambil memegang cangkul Suparman.

Dengan penuh semangat, Jaenab mulai merawat cangkul tersebut. Gerakannya cekatan, seolah dia sudah lama berkecimpung dalam urusan perawatan alat pertanian.

" Man, kita langsung saja, ya? Aku tidak bisa menaklukkan cangkulmu sampai selesai dengan perawatan ku " ucap Jaenab, napasnya memburu, merasa lelah telah sekuat tenaga merawat cangkul Suparman yang terasa berat dan solid di tangannya.

" Baiklah, kita ke batu besar itu saja." Suparman menimpali sembari mengarahkan pandangan ke sebuah batu raksasa yang berada tak jauh dari mereka.

Jaenab mengikuti arah tunjuk Suparman dan berjalan cepat menuju batu tersebut. Dengan penuh semangat, ia mencari posisi paling nyaman untuk beristirahat sejenak.

Jaenab, lalu berbaring di atas batu yang ternyata cukup rata, lalu dia membuka kedua kakinya lebar-lebar. Rasa syukur mengisi pikirannya karena tempatnya kali ini membuatnya bisa benar-benar rileks untuk menikmati cangkulan Suparman.

Jaenab menatap Suparman dengan mata yang berbinar-binar, penuh harapan. "Pelan-pelan saja, Man. Cangkulmu itu besar dan panjang, pasti akan sedikit susah untuk mencangkul sawahku ini. Sudah lama sekali tidak tersentuh oleh Hasan," ucapnya lembut.

Dengan senyum mengembang, Suparman mengangguk paham dan mengambil posisi di tepi sawah Jaenab.  Di balik Air terjun yang menyuarakan gemuruhnya, menjadi latar bagi upaya Suparman.

Dengan napas teratur, dia mulai menekan cangkulnya ke dalam sawah Jaenab yang sudah lama tidak diolah. Setiap gerakan cangkul menuntut kekuatan ekstra, membuat keringat membanjir di dahinya.Suparman menghabiskan lebih dari lima menit yang terasa berjam-jam hanya untuk menggali tanah sawah milik Jaenab dengan cangkulnya. Keringat mengucur deras, sementara nafasnya berat terengah-engah.

"Ohhhhhh...! Luar biasa, Man! Kayaknya sawahku ini terbelah dua oleh cangkulmu," katanya dengan mata yang terbuka lebar, penuh kekaguman.

Suparman yang masih dalam semangat kerja hanya tersenyum simpul, tanpa mengalihkan perhatiannya dari tanah yang kini mulai terbelah. "Sabar ya, Jaen, nanti juga kau akan merasakan keajaiban yang lebih dari ini," sahutnya dengan suara serak, sembari terus mengayunkan cangkulnya, lebih cepat dan kuat.

Tiap gerakannya yang makin tergesa-gesa itu memompa adrenalin Jaenab sehingga ia hampir tak bisa menyembunyikan rasa takjubnya..

Jaenab yang tidak ingin hanya menerima serangan dari Suparman, mulai perlahan mengimbangi pergerakan Suparman. Keduanya bekerja sama dengan sangat Di balik deraian air terjun yang dingin, Jaenab dan Suparman terus bertarung. Jaenab, dengan napas yang terengah-engah, tidak menunjukkan tanda-tanda lelah.

Bahkan setelah tiga kali menguasai puncak pertarungan, matanya masih menyala penuh tekad. "Energi kamu darimana sih, Jaenab? Masih semangat aja!" teriak Suparman, kagum sekaligus kelelahan.

Air terjun itu menambah keganasan suasana, membuat mereka semakin tidak terkendali. Lebih dari satu jam berlalu, tetapi api pertarungan di antara mereka belum juga padam.

Jaenab yang sedang asyik bergerak, menoleh ke arah Suparman dengan tatapan penasaran. "Aku mau keluar lagi, kamu kapan?" tanyanya, suara bergelora penantian.

Suparman menangkap tatapan itu, senyum mengembang di bibirnya. "Sebentar lagi," jawabnya penuh semangat. "Kita keluar bersama saja, pasti lebih menyenangkan."

"Baiklah," sahut Jaenab, tersenyum lebar. Ia mempercepat gerakannya, merasakan sensasi yang semakin intens. "Seperti sebelumnya saja, biar tambah enak."

Tidak lama kemudian, ruangan itu bergema dengan suara kedua mereka yang serempak, sebuah penanda telah mencapai momen bahagia bersama..

" Jaenab, apa tidak apa-apa kalau aku mengeluarkan di dalam?" tanya Suparman sambil memeluk tubuh Jaenab.

" Tidak apa-apa, santai saja. Apa kamu masih ingin melanjutkan perkelahian kita?" sahut Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

" Sepertinya sudah cukup, kita sudah terlalu lama di hutan. Bukankah kamu masih harus menjual jamur itu kepada Viola? Aku yakin Viola sudah berada di rumahku," balas Suparman sambil tersenyum penuh arti.

" Kamu benar, Man. Aku hampir saja melupakan itu, jika kamu tidak menyatakannya," ucap Jaenab sambil bangkit dari atas tubuh Suparman.

Sebelum kembali ke tempat dimana jamur mereka berada, Suparman dan Jaenab terlebih dahulu melakukan perang lidah di balik air terjun. Setelah itu, mereka berenang menuju tempat di mana mereka meninggalkan barang-barang mereka.

Setelah mengenakan pakaian, keduanya berjalan menuju desa dengan senyum lebar menghiasi wajah mereka.

" Man, jika suatu saat nanti aku ingin sawahku dicangkul lagi olehmu, apakah kamu bersedia?" tanya Jaenab sambil tersipu malu.

Jaenab merasa kalau dirinya tak bisa melupakan betapa luar biasanya cangkul Suparman yang besar dan sedikit bengkok itu mengolah sawahnya, ditambah lagi tenaga Suparman yang tampak tak pernah habis, membuatnya sangat puas dengan hasil kerja Suparman mencangkul sawahnya.

" Tentu saja, aku akan bersedia. Lagipula, siapa yang akan menolak jika diminta mencangkul sawah seorang wanita secantik kamu?" balas Suparman dengan santai.

" Aku ingat kata-katamu Man, awas saja jika aku ingin kamu mencangkul sawahku tetapi kamu menolak, aku bakalan menolak juga jika kamu yang ingin mencangkul sawahku." sahut Jaenab sambil tersenyum penuh arti.

Karena berjalan santai sambil mengobrol saat kembali ke desa, Suparman dan Jaenab membutuhkan waktu hampir satu jam untuk tiba.

Ketika mereka sudah tidak jauh dari rumah Suparman, mereka melihat sebuah mobil mewah dan seorang wanita cantik keturunan Chinese yang menunggu mereka dengan senyum manisnya.

1
Hiu Kali
seharusnya MC punya ruang penyimpanan galaksi di kolornya.. jadi tinggal cling, harta sudah berpindah tempat.. keren ini cerita, ringan, menggelitik, ada adegan kulit bertemu kulit dan bulu bertemu bulu yang tidak monoton..upayakan 10rb kata thor per hari..hehehe
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
waaah pak retenya juga main judi
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kalahkan terus bandarnya biar bangkrut
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
udah tahu Linda hamil mau juga man
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
cerdas juga leluhurnya, di kolornya ada tulisan S biar kayak Superman 🤣🤣🤣🤣
🍁FAIZ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ceritanya bagus Thoor, usul per chapter di kasih judul ya.. langsung vote ini
Muji wiyono
Buruk
Yuliana Tunru
Luar biasa
Aqlul /aqlan
ni ada kelanjutanya nggak...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!