[Terbit Novel]
Perjalanan cinta unik antara Psikiater dan CIA bernama Justin, untuk mendapatkan informasi mengenai mafia yang menjadi targetnya ia harus berpura-pura menjadi pasien dari Psikiater cantik bernama Jessy.
Bukannya berjalan dengan lancar sesuai rencana, ia malah harus terjebak bersama Jessy. Pertengkaran layaknya Tom & Jerry selalu mengisi pertemuan mereka. Tak menyangka, hal itu justru membuat mereka saling jatuh cinta.
Saat keduanya memutuskan untuk menikah, Justin tidak bisa menjawab pertanyaan Jessy 'Apa pekerjaan mu?' semua semakin rumit saat Justin mendapatkan misi tentang pembunuhan berantai yang disusul oleh kematian Larissa, sahabat Jessy. Kesalahpahaman dan kecurigaan mulai muncul. Akankah semuanya terpecahkan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhea Novita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ayah Justin
Jessy panik. Setelah perlakuan Justin tadi, ia masih belum berfikir jernih, dan gilanya ia mengatakan hamil.
Sebenarnya siapa Justin? Memiliki asisten pribadi? Apakah anak seorang pengusaha? Tapi semua itu tidak mencerminkan sosok Justin, ia terlalu brengsek dan petakilan untuk ukuran pria kaya.
"Sam!" Teriak Justin lagi-lagi ia dengar, terlihat Sam mulai menghubungi seseorang dan berlari naik, Justin pun ikut berlari mengejar Sam, meninggalkan Jessy seorang diri ditangga yang sepi.
"Hei, tunggu aku!" Pekik Jessy spontan, ia berlari mengejar keduanya.
"Hallo Mr.Franz, ada berita yang cukup mengejutkan disini. Seorang wanita hamil datang meminta pertanggung jawaban Justin." Justin semakin kencang menaiki tangga, pria itu benar-benar mengatakannya pada ayahnya? Sial!.
Justin menarik paksa ponsel itu dari Sam. Mendekatkan ponsel pada telinganya.
"Ayah, aku dijebak." Ucap Justin cepat.
"Kau ini memang pembuat masalah! Bagaimana jika wanita itu melaporkan mu dan membuat nama baik ku hancur!" Justin menghela nafasnya, mana mungkin pria tua akan mendengarkannya?.
"Terserah apapun yang kau katakan, yang jelas aku tidak melakukan apapun pada wanita itu."
"Berikan ponsel Sam kembali, aku ingin berbicara padanya. Biar aku yang menyelesaikan masalah ini." Dengan perasaan kesal Justin memberikan kembali ponsel milik Sam. Ia menatap tajam pada Jessy yang baru selesai berlari mengejarnya.
"Ini semua gara-gara kau!"
"Kau yang memulai ini semua!" Pekik Jessy tak ingin kalah.
"Aku benar-benar menyesal sudah membuat lelucon itu." Gumam Justin frustasi, ia memijat keningnya sendiri dan bersandar pada dinding. Ia terjebak oleh ulahnya sendiri.
"Lelucon adalah alasan klasik. Kau memang pria mesum yang suka meniduri wanita!"
"Astaga, jika saja yang meminta pertanggung jawaban ku adalah seorang wanita lemah lembut dengan wajah bidadari mungkin aku akan senang hati." Gerutu Justin. Jessy yang mendengar itu hendak mencubit Justin kembali, namun pria itu segera menghindar.
"Tidak ada lagi kekerasan seperti itu wanita galak!."
"Kau baru saja mengatakan aku jelek? Dan sekarang kau mengatakan aku galak?!"
"Ya! Itu memang kenyataannya. Dan aku tegaskan sekali lagi, AKU. TIDAK. SUKA. WANITA. GALAK!" Jessy melipatkan kedua tangannya didada, ia tertawa ketus.
"Dan aku tegaskan juga pada mu." Jessy menunjuk wajah Justin dengan telunjuknya.
"AKU. TIDAK. SUKA. PRIA. BRENGSEK!"
"Kau tidak suka tapi kau malah mengejarnya? Bukan kah itu sesuatu yang munafik? Aku akui memang aku tampan, tapi tidak usah mengejar ku sampai seperti ini."
"Baik Mr.Franz, mereka kini sedang beradu mulut." Sam mengatakan semua yang ia lihat, ia sudah dibayar mahal untuk menjadi Asisten Pribadi Justin, jadi tidak boleh ada yang ia sembunyikan. Mungkin untuk kasus penculikan Alicia harus ia sembunyikan, itu sangat sensitif untuk diceritakan.
"Nona, maaf bolehkah aku tau nama lengkap mu?"
Ucapan Sam menghentikan pertengkaran mereka, Jessy sedikit bingung namun tetap ia jawab.
"Jessy Edellyn." Jawab Jessy.
"Namanya Jessy Edellyn."
"Baiklah, aku sedang di New Haven. Aku akan menuju New York sekarang juga, kau cari tau mengenai wanita itu, pastikan kau mendapat poin penting kekurangan dan kelebihan wanita itu, aku ingin mendapatkan keuntungan walaupun kecil." Sam mengerti keuntungan yang dimaksud, apakah keluarga Jessy terpandang? Ia sosok wanita yang sempurna? Atau apapun yang dapat membuat Alex tidak merasa dirugikan atau ditipu.
"Baik tuan. Akan aku kabari segera jika sudah mendapatkan informasi." Panggilan itu pun terputus, Sam memasukkan ponselnya kesaku dalam jasnya. Kini ia seperti guru yang mengadu pada orangtua murid karena anak-anak kelasnya berkelahi.
"Mr.Franz sedang menuju kemari, ayo kita pamit terlebih dahulu pada Alicia dan Richard. Kemungkinan kita akan menginap semalam lagi disini."
Justin lagi-lagi menarik nafasnya.
"Kenapa kau begitu menyebalkan? Tidak bisakah kau diam dan tak memberitahu ayah ku sekali saja."
"Tidak bisa. Aku sudah mendapatkan gaji besar untuk mengawasi mu." Sam berjalan terlebih dahulu, menaiki anak tangga dan mencari jalan keluar dari tangga darurat ini.
bingung aku...
mohon pencerahannya para readers sekalian
semangat terus berkarya author
tp aku lebih suka visual jessy yg di cerita tentang Alicia