NovelToon NovelToon
Cinta Setelah Perceraian

Cinta Setelah Perceraian

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:13M
Nilai: 5
Nama Author: Mizzly

Maya dan Leo menikah di usia yang masih belia. Persoalan rumah tangga terasa sulit dihadapi karena belum matangnya usia mereka. Hingga perceraian tak mampu mereka hindari. Kini mereka bertemu kembali. Mampukah benih-benih cinta mempersatukan mereka lagi ?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Media Sosial 2

Siang ini aku dan Ibu Sri sedang mengupasi bawang di teras rumahku. Ibu Sri juga ikutan ngupasin bawang daripada bengong lebih baik ada kerja sambilan.

"Eh May, nanti sore mau ke taman lagi enggak? Siapa tau dapet cokelat dari someone." Ibu Sri mengingatkanku tentang janjiku pada Angga nanti sore.

"Kayaknya iya deh. Bukan karena mau dikasih cokelat aja sih. Tapi memang udah janji, enggak enak kalau dibatalin." kataku beralasan.

"Iya tuh bener. Kita juga jadi enggak enak kalau enggak dapet jatah cokelat gratis dari kamu." celetuk Ibu Sri lagi.

"Ih emangnya siapa yang mau bagi Bu Sri? Ih ge er!" ledekku.

"Oh gitu nih! Jadi enggak ada uang tutup mulut nih? Oke!" ancam Bu Sri.

"Ya jangan dong, Bu. Dia mah gitu sih. Nanti kalau dapet cokelat Maya bagi deh." sogokku. Bisa ribet nanti urusannya kalau Leo tau. Bisa mikir negatif tentangku, padahal aku senang aja bisa temenan sama teman yang sebaya, enggak dengan ibu-ibu julid melulu.

"He...he...he... Takut juga kamu May. Bohong saya. Tenang aja. Walau saya tukang ngomongin orang tapi saya mah sama temen solidaritasnya tinggi. Saya enggak mau ngerusak rumah tangga orang. Santai aja." kata Bu Sri sambil memilihkan bawanh untuk dikonsumsi sendiri.

Bu Jojo memang mengijinkan kami para pengupas bawang untuk mengambil sedikit untuk dipakai masak. Tapi sedikit aja ya, kalau banyak-banyak ngelunjak namanya.

"Saya bagi kok Bu tenang aja. Kan saya udah janji bakalan traktir balik Bu Jojo dan Bu Sri yang udah sering bantuin saya."

"Ngomong-ngomong kita belum selfi nih hari ini." ajak Bu Sri.

"Ya jangan sambil ngupasin bawang Bu fotonya Selain viewnya kurang bagus juga bisa gawat kalau Leo sampai tau kalau Maya kerja."

"Iya juga ya. Nanti aja sore deh kita selfi di taman. Biar viewnya bagus seperti kata kamu. Saya update statusnya sore aja deh jadinya." Bu Sri menaruh lagi Hp yang sudah Ia keluarkan dari sakunya.

"Memangnya harus ya Bu update status di medsos setiap hari?" tanyaku penasaran.

"Ya enggak harus sih. Tapi saya seneng aja ada yang komentarin. Kan jadi punya banyak teman kalau kita main medsos. Iya gak?" jawab Bu Sri bangga.

"Iya juga sih. Tapi Maya udah lama enggak update status Bu."

"Lah kenapa? Maya enggak punya temen apa enggak punya medsos?" tanya Bu Sri penasaran.

"Maya punya dua-duanya, Bu. Maya malu, Bu. Leo aja tau kalau Maya buka medsos Maya suka sedih. Liat temen-temen Maya yang masih asyik ngemall dan nongkrong, sementara Maya malah disini lagi ngupasin bawang hanya demi dapat uang 8 ribu doang." kataku dengan mata berkaca-kaca.

"Sabar, May. Itung-itung kamu lagi menghapuskan dosa atas kesalahan kamu dulu. Kalau kamu rendah diri dan sedih terus kapan kamu bisa move on?" tanya Bu Sri.

"Ibu tau apa itu move on?" tanyaku tak percaya.

"Tau-lah May. Saya kan gaul. Masa move on aja enggak tau sih? Anak saya yang kemarin habis ditolak cewek aja saya suruh move on. Apalagi kamu yang sedih kayak gini." jawab Ibu Sri dengan santainya.

"Anak Ibu ditolak cewek? Yang SMP kelas 1 itu? Udah ditolak cewek? Sini Bu biar Maya ajarin caranya pendekatan sama cewek biar enggak ditolak." kataku penuh semangat.

"Jangan, May. Nanti Dia kecentilan kayak kamu. Biarin aja ditolak cewek. Kencing aja masih belum lurus udah mau pacaran aja tuh anak. ****** aja masih mamanya yang cuciin udah kenal-kenalan pacar aja." gerutu Bu Sri.

"Biarin aja sih Bu. Biar pengalaman. Kan bisa jadi Don Juan." kataku mengompori.

"Kagak dah. Harus jadi anak alim. Nanti saya pesantrenin aja Dia biar nggak bangor."

"Emang punya duit buat nyekolahin anak Ibu di pesantren?" tanyaku lagi.

"Ya di ada-adain lah. Orang tua mah May kalau buat anak tuh kepala jadi kaki, kaki jadi kepala. Segala cara diusahain, makanya jadi anak jangan durhaka sama orang tua." cerocos Bu Sri panjang lebar.

Deg.

Kok aku tersindir ya.

Kan aku juga anak durhaka kayak yang Ibu Sri bilang.

"Kenapa kamu May? Saya enggak nyindir kamu, May. Saya cuma asal ngomong aja kayak biasa. Kamu jangan sedih dong!" kata Bu Sri penuh sesal.

Terlambat. Air mataku sudah merembes dan membasahi wajahku.

"Huaaaa..... Maya sedih.... Maya kangen Bapak sama Ibu....." tangisku.

"Cup...cup...cup... Jangan nangis, May. Maafin Ibu ya. Maya enggak durhaka kok. Kan Maya udah minta ijin buat nikah tapi orang tua Maya aja yang enggak ngerestuin. Orang tua Maya yang udah durhaka tuh sama Maya." Bu Sri mencoba menghiburku karena merasa bersalah.

"Ya ampun anak orang kamu apain Sri sampai nangis begitu?" tanya Bu Jojo yang tiba-tiba nongol.

"Saya keceplosan, Bu. Saya ngomong tentang anak durhaka eh Maya malah nangis." kata Bu Sri mengakui.

"Huaaaa.... Maya emang anak durhaka, Bu....." tangisku lagi.

"Hush... Udah ah May. Malu diliatin nanti sama tetangga!" omel Bu Jojo.

"Bu Jojo mah enggak peka. Orang nangis bukannya dihibur malah diomelin." omel Bu Sri.

"Iya. Enggak peka nih Bu Jojo kayak suami saya aja." sahutku sambil masih terisak.

"Kalau nyerang saya aja kalian kompak ya. Udah ah jangan nangis terus. Kapan kelarnya nih kupas bawang?" omel Bu Jojo lagi.

"Tapi matanya pedes Bu.... Tiupin." aku lupa tadi mengucek mataku dengan tangan yang habis mengupas bawang. Akhirnya sekarang mataku perih.

"Sini! Saya tiupin! Makanya lagi ngupasin bawang jangan kegayaan pake nangis segala. Enggak usah nangis juga bakalan nangis kalau ngupas bawangnya banyak." sambil ngomel Bu Jojo juga meniupi mataku sampai tidak perih lagi.

"Saya enggak ditiupin Bu?" tanya Bu Sri meminta perhatian Bu Jojo.

"Ogah. Pake kipas angin aja sana tiupnya." kami bertiga pun tertawa mendengar Ibu Jojo yang ngomel-ngomel.

*****

Sesuai janji, Kak Rian meneleponku saat sudah sampai rumah Ibu. Aku harap-harap cemas menunggu telepon masuk darinya.

Saat Hp-ku berbunyi dalam dering kedua setelah kulihat kalau Kak Rian yang menelepon langsung kuangkat.

"Hallo, Kak." jawabku penuh semangat.

"Wah telepon Kakak disambut banget ya sama kamu." ledek Kak Rian.

"Ibu gimana Kak? Sehat? Maya bisa ngomong sama Ibu nggak?" kuberondong Kak Rian dengan banyak pertanyaan.

"Sabar atuh May.... Kalem.... Woles... Ibu sehat dan sekarang Ibu ada di samping Kakak. Nih kamu ngomong langsung sama Ibu. Enggak sabaran banget dah." gerutu Kak Rian.

Kak Rian memberikan Hpnya pada Ibu.

"Maya... Hiks..." Baru satu kata keluar dari mulut Ibu, beliau sudah langsung menangis.

"Bu.... Maya kangen...." aku juga langsung berurai air mata.

"Kamu sehat Nak?" memang ya jiwa seorang Ibu, selalu menanyakan keadaan anaknya terlebih dahulu.

"Sehat, Bu. Ibu gimana? Ibu sehat kan? Ibu jangan kebanyakan mikirin Maya ya. Nanti Ibu sakit..."

"Bagaimana Ibu bisa tidak mikirin kamu Nak? Ibu khawatir dengan kamu. Apa kamu sudah makan?" suara Ibu bergetar menahan tangisnya.

"Udah, Bu. Ibu enggak usah khawatir. Leo sekarang udah kerja. Udah bisa menghidupi Maya. Maafin Maya yang selalu buat Ibu khawatir ya Bu..."

"Iya, Nak. Gimana dengan kandungan kamu? Kamu punya uang tidak untuk memeriksa kandungan?" lagi-lagi feeling seorang Ibu selalu benar. Tau saja Ibu kalau aku tarik ulur untuk periksa kandungan karena masalah biaya.

"Udah, Bu. Bayinya sehat kok." kataku berbohong. Aku enggak mau membuat Ibu makin khawatir.

"Syukurlah. Semoga kalian sehat semuanya ya. Leo gimana?" semua Ibu absenin. Memang Ibu adalah wanita penyayang ya.

"Leo juga sehat Bu. Bapak gimana, Bu?" tanyaku membuat Ibu hening sejenak.

Mungkin Ibu sedang menimang-nimang apakah akan jujur dan berterus terang atau tetap diam saja.

"Bu?" kataku membuyarkan lamunannya.

"Iya, May. Bapak.... Bapak marah besar sama Ibu. Bapak menutup semua akses Ibu untuk membantu kamu. Yang membuat Ibu tenang adalah kamu membawa semua perabotan dari kost-kostan yang sudah Ibu sediakan. Dengan begitu Ibu yakin kalau kamu masih bisa hidup nyaman. Maaf ya May kalau Ibu tidak bisa membantu kamu." Ibu kembali terisak sambil berbicara.

"Maafin Maya ya Bu.... Maya belum bisa membahagiakan Ibu tapi malah udah bikin Ibu sedih. Andai Maya dikasih kesempatan untuk menebus dosa Maya sama Ibu...."

"Sst.... Udah May. Udah. Ibu memaafkan kamu kok. Kamu tinggal dimana? Ibu mau nitipin sesuatu sama Rian buat dikasihin ke kamu. Ada yang mau dibawain enggak?" tanya Ibu.

"Ada, Bu. Maya kangen masakan Ibu. Maya mau sambal cumi buatan Ibu. Buatin ya Bu..." membayangkan sambal cumi asin buatan Ibu saja sudah membuatku meneteskan air liur. Ah masakan Ibu yang satu itu memang tiada duanya.

"Oh kamu mau itu. Baiklah Ibu akan langsung ke pasar dan buatin buat kamu ya. Nanti makan yang banyak ya Nak."

"Makasih, Bu. Maya sayang Ibu."

****

Aku butuh udara segar. Aku butuh melihat tanaman hijau yang bisa mengosongkan pikiranku. Di satu sisi aku senang bicara dengan Ibu, namun di sisi lain timbul rasa rindu yang membuncah.

Dadaku terasa amat sesak setelah menutup telepon dari Ibu. Dengan memakai celana pendek dan kaos serta sandal jepit aku berjalan ke arah taman.

Udara di taman memang benar-benar segar. Melihat anak kecil berlarian sambil tertawa lepas membuatku bahagia. Nanti anakku akan sebahagia itu, aku janji pada diriku sendiri.

"Nungguin cokelat gratis ya, Neng?" suara seorang cowok tiba-tiba mengagetkanku.

"Angga?"

"Kamu mau nagih jatah cokelat ya? Makanya kamu datang kesini sore ini." sindir Angga.

"Ih ge er. Aku tuh lagi nyari udara segar tau. Lumayan kan ngilangin penat di otak aku."

"Penat kenapa sih? Mikirin pernikahan kamu? Makanya jangan suka bohong pake bilang udah meried. Padahal mah masih anak kuliahan. Pakai ngaku-ngaku lagi hamil segala lagi." ternyata Angga masih belum percaya dengan perkataanku kemarin.

"Tau ah. Dibilangin nggak percayaan. Padahal tadi aku udah gak kepikiran loh masalah cokelat. Tapi karena kamu ngingetin ya udah aku tagih aja deh sekalian. Mana nih jatah cokelat aku?"

Angga tersenyum. "Aku tahu kok kamu bakalan nagih. Makanya aku udah bawain nih."

"Bawa berapa? Jangan bilang cuma satu doang ya. Soalnya aku harus bagi-bagi ibu-ibu nih untuk uang tutup mulut."

"Ibu-ibu? Maksudnya Mama kamu?" tanya Angga bingung.

"Bukan. Ibu-ibu kampung yang suka ngegosip bareng sama aku. Ibu aku mah nggak tinggal di sini tapi di kampung sana."

"Kamu gaulnya sama ibu-ibu? Kayak nggak ada teman lain." celetuk Angga.

"Lah memangnya kenapa? Kamu juga gaulnya sama ibu-ibu. Aku kan calon ibu-ibu. Emangnya salah? Kalau salah ngapain kamu deketin aku?" kataku dengan ketus.

"Kenapa sih Kamu demen banget ngaku-ngaku lagi hamil? Ngaku sebagai ibu-ibu? Ada juga banyak tuh ibu-ibu yang ngakunya masih anak gadis padahal mah anaknya udah gede udah gitu mukanya juga kelihatan kalau udah turun mesin." cerocos Angga panjang lebar.

"Turun mesin? Emangnya mobil!"

"Bener kok. Makanya kamu jangan suka ngaku-ngaku. Takut banget sih aku deketin. Lagian kamu tuh harusnya senang bisa kenal sama aku."

Sebelum Angga menjelaskan siapa dirinya aku sudah nyeletuk duluan.

"Maksudnya kamu tuh anaknya Bu Laksmi? Anak satu-satunya dari orang yang lumayan tajir di daerah sini? Mau pamer? Mau sombong? Mau riya? Sama aku? Enggak mempan lah ya." kataku sambil mencibirkan bibirku.

"Jadi kamu udah tahu siapa aku? Beneran kamu nggak tertarik? Kalau aku bisa kasih kamu pabrik coklat dan es krim kamu masih nggak tertarik?" pancing Angga lagi.

"Dibilangin percuma masih ngeyel aja. Aku tuh nggak tertarik. Aku udah punya suami. Ngapain juga aku lirik-lirik cowok lain." aku tuh teguh sama pendirian ku. Enggak semudah itu tergoda dengan harta udah. Ya walaupun aku harus sering makan tempe dan harus ngupas bawang tapi setidaknya aku enggak semudah itu lah tergoda.

"Iya aja deh daripada kita ngomongin ginian melulu bosen tau gak. Jadi mau berapa nih cokelatnya?" tanya Angga sambil mengeluarkan tasnya.

"Emangnya ada berapa? Kalau banyak mah mau." aku masih melirik isi tas Angga.

"Udah lupa ya kalau barusan bilang nggak bakalan tergoda? Itu mata melirik terus ke arah tas aku." sindir Angga sambil menahan tawanya.

"Yaudah kalau nggak mau ngasih mah. Aku mau pulang aja."

Baru saja aku hendak berbalik badan dan pergi dari taman, tangan Angga sudah menarik tanganku dan menghentikan langkahku.

"Jangan marah oke? Aku minta maaf deh udah ngeledekin kamu terus. Kali ini bener nih aku kasih, 10 cukup?" Angga mengeluarkan 10 buah cokelat beraneka rasa dan menyerahkannya ke tanganku.

"Kamu beneran ngasih 10? Ih makasih banget. Aku jadi bisa bagi-bagi deh sama yang lain." Aku hendak mengambil cokelat yang Angga berikan tapi langsung Angga tarik kembali.

"Kasih tau dulu apa medsos kamu!" syarat dari Angga jika aku mau cokelat 10 ini. Huft.... memang ya tidak ada yang gratis di dunia ini.

***

Vote dan likenya kakak 😁😁😁

1
Hendri Yani
Luar biasa
Ning Fifi
Top 👍
Erna Wati
luar biasa
Erna Wati
setuju banget thor
Wilda Mawadiyah
Luar biasa
Sukabaca
baguus sekali alur ceritanya
Ade Srimulyani
Luar biasa
Ade Srimulyani
Lumayan
indira kusuma wardani
Luar biasa
✨️ɛ.
Maya-Leo pasangan gesrek, kalo kata Kak Rian.. 🙂‍↕️
Retna chim
Luar biasa
Borahe 🍉🧡
riweh banget ya tuhan. hahahah
Jessica
Luar biasa
ani surani
suka pake bgt. author yg satu ini gk kaleng2 rombeng. cerita selalu bagus. selalu natural. tdk hanya ttg CEO yg kaya raya sj yg duceritaiin. ttg kehidupan org2 menengah krbawah juga. & selalu memberi inspirasi ttg kewirausahaan 👍😍❤🔥
ani surani
seru bgt ceritanya. mizzly is the best 👍😍❤🔥
ani surani
kayaknya baby nya cewek nih 😁
ani surani
momong 2 2 nya, cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
👍👍😍
ani surani
mama Lena & papa Dibyo nti dpt cunak = cucu & anak 😂😂
ani surani
nah kan ...😂😂😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!