Dia.. anak, Kakak, saudara dan kekasih yang keras, tegas dengan tatapannya yang menusuk. Perubahan ekspresi dapat ia mainkan dengan lihai. Marcelline.. pengendali segalanya!
Dan.. terlalu banyak benang merah yang saling menyatu di sini.
Happy reading 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S.Lintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. -
Drtt..
Azri menjawab telepon dari Anggi, ia bersandar di kepala ranjang.
"Kenapa Bun?" tanyanya lembut.
"Kamu nggak mau pulang ke rumah Dek? Bunda kesepian. Kakak pergi ke Jepang nggak tau sampai kapan. Pulang ya, temenin Bunda," pinta Anggi sedih.
Azri diam. Marcelline ke Jepang tapi tidak ada memberinya kabar, kapan Kakaknya itu berangkat dan kapan akan kembali?
"Dek," panggil Anggi yang tidak mendapat sahutan.
"Nanti Azri pulang, Bun," papar Azri lembut sebelum panggilan selesai.
Azri mengecek ponselnya dan memang tidak ada kabar apapun dari Marcelline tentang keberangkatan-nya ke Jepang.
Sebulan setelahnya.
Keanu tersenyum lebar saat melihat Marcelline yang menuruni anak tangga dengan dress casualnya itu.
"Cantik sekali. Calon Nona Muda Jefferson memang selalu tampil cantik," puji Keanu saat Marcelline sudah berdiri di depannya.
Wajah datar Marcelline itu sama sekali tidak menyambut wajah hangat Keanu yang selalu seperti itu saat bertemu dengannya.
"Kau ada di sini untuk melakukan pekerjaan, bukan untuk mengeluarkan semua omong kosong mu itu!" Marcelline berkata dengan tegas, selalu tegas di setiap saat.
Marcelline duduk di sofa single nya. Di ruang tamu ini sudah banyak tamu VVIP yang melakukan kerja sama dengan perusahaan Hart. Dan rapat serta persentase kali ini di adakan langsung di mansion megah keluarga Hart, dikarenakan Marcelline yang baru saja tiba satu jam lalu dari perjalanan bisnisnya yang sebulan ini selalu bepergian ke berbagai negara. Jepang, Singapura, Malaysia, Filipina, Korea dan Amerika.
Jadi Afandi menyiapkan dan meminta agar semuanya dilakukan di rumah saja. Agar tidak membuat tubuh putrinya semakin kelelahan.
"Silahkan duduk, Tuan," kata Delano mempersilahkan Keanu untuk duduk.
Keanu berjalan, tapi bukan untuk duduk, melainkan berdiri di hadapan Marcelline, yang membuat gadis itu mendongak. Masih dengan wajah tanpa ekspresi itu.
"Masih ada sofa yang tersedia, mari duduk di situ, berdua. Kalau kau duduk di sini, aku tidak bisa duduk di samping mu," ucap Keanu berkata lembut namun masih tetap angkuh.
"Jangan membuang waktu ku, Tuan Muda," desis Marcelline tajam.
"Rapat tidak akan berjalan kalau kamu tidak pindah tempat duduk, sayang."
"Berhenti memanggilku seperti itu!" tegas Marcelline tidak suka.
"Duduk, Kean!" tegas Arviz menitah putranya agar tidak membuat keributan. Bisa kacau kalau Marcelline sampai mengamuk dan semuanya batal, perusahaan akan rugi besar.
"Aku tidak akan duduk kalau Celline tidak pindah!" kata Keanu tak kalah tegas.
"Patuhi Ayahmu," ucap Marcelline menyandarkan punggungnya.
"Kamu saja yang mengalah, Kak," kata Afandi pula yang membuat Marcelline langsung memberi tatapan tajam tidak terima.
Karena tidak ingin berdebat dan ingin semua cepat selesai, jadi Marcelline menurut. Ia berdiri, dan berpindah duduk. Bersama Keanu yang duduk di sampingnya tentunya.
Keanu menggenggam tangan Marcelline erat, tidak membiarkan Marcelline melepaskan genggaman itu.
"Jaga batasan mu, Keanu!" seru Marcelline marah.
"Hanya menggenggam tangan, bukan hal yang di luar batas. Sebaiknya kita mulai saja rapat nya," ujar Keanu menghiraukan.
"Rasanya aku ingin membunuhnya," batin Marcelline sengit, lalu fokus pada pekerjaan.
"Di wilayah Bogor, sudah berjalan 80%, sedangkan di Yogyakarta sudah...."
"KAKAKKKK, ADEK MAU CERITA!!"
Suara dari salah satunya terpotong dengan suara menggelegar Azri yang sangat bersemangat dengan wajahnya yang ceria dan tampak sangat bahagia hari ini. Namun raut nya berubah seperkian detik saat menyadari ruang tamu ini penuh dengan tamu Ayah dan Kakaknya.
"Sorry," ucap Azri memberi hormat sebentar, lalu menatap sang Kakak, dan langsung fokus pada genggaman tangan itu.
Marcelline langsung melepas paksa genggaman itu, tersenyum pada adiknya. Dan Azri membalas senyum itu. Senyum yang selama sebulan ini tidak Marcelline lihat. Marcelline merindukan adiknya yang seperti ini. Karena inilah yang membuatnya semangat hidup.
"Nanti kalau udah kasih kabar ya, Adek tunggu sampai Kakak selesai," ucap Azri masih tetap excited. Lalu ia berjalan menuju ke kamarnya.
Marcelline menatap punggung adiknya itu sampai benar-benar hilang dari pandangannya.
"Akhirnya setelah sebulan, dia kembali.. menjadi Adekku lagi. Yang tidak menjauh lagi. Aku merindukan itu," batin Marcelline berdiri.
Keanu juga ikut berdiri.
"Tunda atau lakukan tanpa aku," ucapnya dan berlari menaiki anak tangga lagi.
"Marcelline!" teriak Keanu memanggil.
"Jaga nada bicara mu di rumah ku ini, Keanu!" tegas Marcelline berhenti sejenak, sebelum melanjutkan langkah lebarnya.
Tangannya terkepal marah. "Anak pungut sialan, kau selalu mengganggu waktuku bersama Celline," batinnya.