NovelToon NovelToon
Return

Return

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:873
Nilai: 5
Nama Author: AiMila

Radella Hafsah dan Delan Pratama memutuskan mengakhiri pernikahan mereka tepat pada satu tahun pernikahan mereka. Pernikahan dari perjodohan kedua orangtua mereka yang tidak bisa ditolak, tapi saat dijalani tidak ada kecocokan sama sekali pada mereka berdua. Alasan yang lain adalah, karena mereka juga memiliki kekasih hati masing-masing.
Namun, saat berpisah keduanya seakan saling mencari kembali seakan mulai terbiasa dengan kehadiran masing-masing. Lantas, bagaimana kisah mereka selanjutnya? Apakah terus berjalan berbeda arah atau malah saling berjalan mendekat dan akhirnya kembali bersama lagi?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon AiMila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Linglung

Matahari tersenyum cerah mengawali pagi hari, dengan suasana hangat yang membuat orang-orang bersemangat memulai aktivitas paginya. Waktu sudah menunjukkan padatnya aktivitas, jalanan sudah mulai dipadati para penggunanya. Kendaraan berlalu lalang menuju ke tempat tujuan masing-masing.

Kecerahan dan kehangatan di luar ternyata tidak mampu menembus sampai ke dalam kamar seorang perempuan. Suasana ceria di luar berbanding terbalik dengan suasana hati perempuan itu yang sudah terlihat mendung sejak mata itu terbuka. Dia menutup mata dengan hujan dalam diam dan kembali membuka dengan mendung yang belum juga menghilang.

Dia Radella, di tangannya menggenggam berkas yang sudah disiapkan sejak satu minggu yang lalu. Akhirnya, hari ini berkas itu keluar dari tempat awalnya dengan senyuman nanar menghiasi wajah sang pemiliknya. Tangan kanannya juga memegang ponsel yang menampilkan ruang pesan bersama Delan, dirinya menatap linglung pesan itu.

Setelah satu minggu tidak ada kabar, semalam tiba-tiba saja Radella mendapatkan pesan dari Delan. Perempuan itu terkejut melihat nama yang tertera, gurat senyuman langsung muncul begitu saja sebelum tangannya membuka pesan tersebut. Dalam sekejap, senyumannya berubah menjadi kesedihan karena rasa sesak menyeruak setelah membaca pesan dari Delan.

Malam itu dia berteriak kesal karena tidak ingin hari ini terjadi, dia ingin mengakui kalau dirinya sudah terlanjur nyaman dan tidak menginginkan perpisahan. Nyatanya, jari lentiknya malah membalas mengiyakan begitu saja. Lantas pagi ini, Delan kembali mengabari akan segera sampai untuk menjemput dirinya.

"Kak, ada bang Delan di bawah!" Rasyafa masuk seperti biasa, memberitahu kakaknya kalau seseorang yang tidak diinginkan kehadirannya oleh Radella sudah sampai di rumahnya.

Gadis itu mengernyit melihat kakaknya melamun dengan wajah sedih, kehadirannya belum disadari oleh Radella. Rasyafa berjalan lebih dekat, matanya jatuh pada amplop coklat yang digenggam kuat oleh Radella. Lalu tangan kanannya memegang ponsel yang masih menyala, menampilkan ruang pesan entah dari siapa, karena tidak terlihat jelas dari tempat Rasyafa berdiri.

"Kak, ada bang Delan di bawah!" tegur Rasyafa kembali.

Tangan gadis itu bahkan langsung melambai di depan wajah Radella membuat perempuan itu mengedipkan mata karena terkejut. Wajah mendungnya menoleh dan mendapati sang adik yang menatapnya heran. Keluarganya belum ada yang tahu kalau hari ini mereka akan ke pengadilan untuk menyerahkan berkas sekaligus mendaftarkan perpisahan mereka.

"Kakak, baik-baik saja?" tanya Rasyafa. Meski gadis itu begitu jahil dan suka menggoda Radella, tetap saja sebagai adik dia memiliki keterikatan kalau kakaknya sedang banyak pikiran hingga melamun sedari tadi.

Radella mengangguk, buru-buru mematikan layar ponselnya sebelum Rasyafa semakin dekat dan tahu ruang pesan siapa yang dia buka barusan. "Ada apa?" tanyanya menatap sang adik yang malah tertawa kecil.

"Kakak sedang tidak baik-baik saja, aku datang Kakak melamun sampai tidak mendengar ucapanku," balas Rasyafa membuat Radella tertegun. Dia merasa seperti orang linglung sekarang, otaknya sama sekali tidak merespon kehadiran Rasyafa entah sejak kapan.

"Ada apa, Kak. Apa semuanya baik-baik saja?" tanya Rasyafa penuh perhatian. Dia adik yang menyebalkan tapi sangat manis dan perhatian.

"Iya, aku tadi hanya sedikit melamun." Radella tersenyum tipis dan terlihat dipaksakan. Rasyafa hanya bisa menghela napas, tidak lagi memaksa saat kakaknya belum siap bercerita.

"Ada bang Delan di bawah, Kak!" ujar Rasyafa membuat jantung Radella semakin tidak karuan.

"Ayo, turun!" Radella beranjak dan berlalu begitu saja meninggalkan Rasyafa yang menatapnya dengan sedih.

"Apa ini ada hubungannya dengan perpisahan kalian? Kenapa tidak bilang saja kalau kakak suka sama bang Delan," gerutu Rasyafa merasa hubungan kakaknya dengan sang suami begitu rumit oleh pikiran dan kesalahpahaman mereka sendiri.

"Takut banget jadi orang dewasa," sambung Rasyafa tidak sadar diri kalau usianya hanya terpaut dua tahun di bawah Radella.

***

Selama perjalanan yang sudah berlangsung kurang lebih dua puluh menit, dua orang berbeda jenis kelamin dalam satu mobil itu hanya diam saja. Keheningan menyelimuti perjalanan mereka bahkan sejak kaki mereka keluar dari rumah. Hanya saling lirik dan tidak ada yang berniat memecah keheningan, mereka lebih sibuk dengan pikirannya yang penuh.

Bahkan, lagu dalam mobil pun tidak diputar, yang terdengar hanyalah suara mesin dan napas mereka masing-masing. Membuat perjalanan semakin terasa membosankan, sampai di tempat tujuan yang memakan waktu sekitar empat puluh lima menit. Saat sampai, keduanya turun tanpa bersuara meski hanya sekadar mengatakan mereka sudah sampai.

Gedung pengadilan, tidak menyangka hari ini akan tiba. Hari di mana mereka sudah lama merencanakan hal ini, karena dari awal memang mereka menolak perjodohan yang dilakukan kedua orangtua mereka tapi tidak bisa membantah. Tanpa dikomandoi, kedua pasang kaki mereka melangkah mendekat ke gedung tersebut.

Menyerahkan berkas sambil mendaftar dan mendengarkan tata caranya hingga mereka nanti akan dipanggil untuk persidangan. "Kalian bisa menyewa pengacara untuk memudahkan semuanya!" pungkas sang petugas tersenyum manis dan berkata dengan ramah.

Keduanya mengangguk, setelah memahami prosedurnya, kembali melangkah keluar. Namun, ketenangan tidak mereka dapatkan setelah berkas tersebut sudah masuk ke dalam. Keduanya duduk di dalam mobil dengan linglung, sesekali keduanya kembali menoleh ke gedung seakan tidak rela kalau mereka harus terlibat di dalamnya nanti.

Hampir lima menit dengan keadaan seperti itu, lalu Delan tersadar lebih dulu. "Kamu mau langsung pulang atau ada perlu dulu, biar aku antarkan?" Suara Delan memecah keheningan yang terjadi.

Kalimat panjang pertama yang keluar di antara mereka sejak bertemu pagi tadi. Radella menoleh, menatap hampa Delan sambil tersenyum kecut. Matanya menatap lekat wajah Delan yang terlihat tetap tenang, tanpa perempuan itu tahu kalau Delan berusaha keras seperti itu.

"Tidak ada, nanti malam aku akan keluar dengan Reno!" balas Radella sambil memalingkan wajah.

Delan mengangguk mengerti, mengulas senyum tipis untuk menutupi rasa kecewa dan sakitnya. Tangannya mulai memegang kemudi dan melajukan mobilnya membelah jalanan menuju rumah Radella. Perjalanan pulang terasa lebih cepat, hanya tinggal beberapa belokan tapi Delan mengubah arah mereka.

Radella yang sedari tadi fokus ke jalanan, mengernyitkan kening saat tahu jalan yang diambil Delan bukan ke arah rumahnya. "Mau ke mana?" tanyanya menoleh ke samping.

Radella tertegun saat mendapati wajah dingin Delan, tapi pria itu segera menetralkan kembali saat mendengar suara Radella. Kepalanya ikut menoleh sambil tersenyum singkat. "Temani aku makan sebentar, aku belum sempat sarapan tadi."

***

"Apa tidak masalah kita di sini?" Radella bertanya saat Delan mengajaknya ke restoran yang berada di lingkungan mereka.

Meski tidak dekat dengan rumah keduanya, tapi wajah-wajah orang di sana cukup banyak yang familiar. Bisa saja, mereka mengenali keduanya dan terkejut saat mendapati mereka bersama. Karena, banyak yang tidak tahu kalau mereka memang sudah menikah, hanya beberapa rekan kerja kedua orangtua mereka yang memang diundang.

"Kenapa? Apa Kamu takut kekasihmu tahu?" balas Delan menatap sepenuhnya ke arah Radella.

Mereka sudah duduk di kursi dan menunggu pesanan datang, dan sedari tadi Radella bergerak gelisah. Matanya sesekali melirik ke sekitar terutama saat ada pengunjung yang baru datang. Hingga pertanyaan itu dia lontarkan kepada Delan yang memang sudah memperhatikan Radella sejak mereka turun dari mobil.

Radella menggeleng ragu, sebenarnya dia bukan memikirkan Reno tapi perjanjian mereka. "Tidak, aku hanya mengingat perjanjian kita," akunya jujur sesuai yang dia pikirkan.

"Untuk terakhir kali, sebelum kita benar-benar berpisah!" Delan tersenyum tipis, tapi tidak dengan Radella yang kembali terdiam. Perempuan itu kembali merasa linglung saat mendengar kata mereka berpisah.

"Sebelum berpisah," gumamnya tersenyum kecut.

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Aduh, thor bikin jantungku berdetak kencang
AiMila: Tarik napas pelan-pelan, Kak🙏
total 1 replies
Graziela Lima
Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.
AiMila: Diusahakan Kak, terimakasih
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!