NovelToon NovelToon
TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

TRANSMIGRASI : AKU JADI NYAI

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Mengubah Takdir / Transmigrasi ke Dalam Novel / Transmigrasi / Era Kolonial / Nyai
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Dhanvi Hrieya

Sekar tak pernah menyangka, pertengkaran di hutan demi meneliti tanaman langka berakhir petaka. Ia terpeleset dan kepala belakangnya terbentur batu, tubuhnya terperosok jatuh ke dalam sumur tua yang gelap dan berlumut. Saat membuka mata, ia bukan lagi berada di zamannya—melainkan di tengah era kolonial Belanda. Namun, nasibnya jauh dari kata baik. Sekar justru terbangun sebagai Nyai—gundik seorang petinggi Belanda kejam—yang memiliki nama sama persis dengan dirinya di dunia nyata. Dalam novel yang pernah ia baca, tokoh ini hanya punya satu takdir: disiksa, dipermalukan, dan akhirnya dibunuh oleh istri sah. Panik dan ketakutan mencekik pikirannya. Setiap detik terasa seperti hitungan mundur menuju kematian. Bagaimana caranya Sekar mengubah alur cerita? Apakah ia akan selamat dari kematian?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dhanvi Hrieya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 14. BUKAN MANUSIA

Benar saja apa yang dikhawatirkan oleh Sekar, Joyo dan Wati datang ke Batavia. Sementara keduanya duduk di teras rumah, Lasmi bersembunyi di sudut kamar menggigil ketakutan. Ratna menemani Lasmi di dalam kamar, tampaknya kehadiran Joyo merupakan ancaman untuk diri Lasmi. Ia benar-benar ketakutan, trauma berat pada Joyo.

"Kamu sudah tau bukan alasan kenapa kami datang ke sini," kata Joyo dengan ekspresi tegas.

Sekar melirik ke arah Joyo sekilas, lalu atensinya bergerak ke arah wajah ibunya, wanita paruh baya itu terlihat sangat kurus. Ada beberapa bekas lebam di tulang selangka, pergelangan tangan, kecuali wajahnya. Seakan-akan Joyo menghindari melukai wajah cantik istrinya, wanita yang dulunya terlihat jauh lebih ceria kehilangan gairah untuk hidup.

"Suruh Lasmi keluar, dia sudah menikah dan suaminya mencarinya ke rumah. Kamu harus memulangkan adikmu itu kembali pada suaminya," sambung Joyo dengan nada kesal.

Istri bodohnya itu malah mengacaukan rumah orang lain, membantu putri mereka yang sudah dinikahkan untuk kabur. Sudah dapat ditebak ke mana larinya Lasmi, putri keduanya itu akan langsung meminta bantuan pada putri sulung mereka. Karena kaburnya Lasmi dibantu oleh Wati, pria tua yang jauh lebih tua dari Joyo datang marah-marah ke rumah meminta uang yang dibayar sebagai mahar dikembalikan.

Bagaimana bisa Joyo memberikan lelaki tua itu uang, semua uangnya telah habis di meja judi. Joyo murka sekali, hingga melampiaskan amarahnya untuk pertama kalinya pada sang istri. Menyeret istrinya ke Ibu Kota untuk membujuk Lasmi kembali ke desa, jika tidak bisa maka Joyo sendiri yang akan menyeret Lasmi kembali ke desa. Mau atau tidak mau, Lasmi harus kembali ke rumah pria tua bangka tersebut.

"Wah! Baru kali ini aku melihat seorang pria seperti Anda Pak Joyo. Tak cukup menjualku saja, Anda bahkan menjual Lasmi juga. Apakah uang yang Anda dapatkan dari Jendral tidak cukup. Apakah yang ada di otak Anda itu hanya judi dan judi, hah!" seru Sekar marah, kepalanya bahkan menggeleng tak percaya pada Joyo.

Joyo mendengus, "Kenapa aku harus punya putri yang bodoh, dikasih hidup bahagia malah maunya hidup susah. Semua yang aku lakukan itu demi kalian berdua juga, agar bisa menikmati kehidupan mewah. Kamu menjadi Nyai yang memiliki kedudukan tinggi. Tinggal di Ibu Kota dengan kehidupan mewah, lalu Lasmi tinggal di desa menjadi istri muda pemilik kebun kopi. Hidup damai tanpa takut kehabisan uang, apa yang salah. Untuk uang yang aku terima itu sudah bentuk kompensasi, aku yang membesarkan kalian. Harusnya kalian berdua bersyukur, di desa keluarga mana yang bisa membesarkan para putri sepertiku, huh? Tidak ada."

Dengan bangganya Joyo menjawab, bagaimana hebatnya ia memilih suami untuk putri-putrinya. Bahkan menghidupi putrinya dengan kehidupan lebih baik dari keluarga mana pun, uang yang dia dapatkan dari mahar adalah haknya sebagai orang tua.

Sekar tak tahu harus tertawa atau menangis mendengarnya, Sekar melirik ke arah Wati. Wanita paruh baya itu menutup rapat mulutnya, seakan tak ingin membantah perkataan sang suami.

"Bu, apakah menurutmu benar begitu? Apakah kami para putrimu berhutang pada Ibu dan Ayah? Apakah semua yang kalian berdua berikan pada kami selama ini bukanlah kewajiban kalian sebagai orang tua? Apakah benar kami harus membayar setiap tetes darah, air susu, keringat, pakaian, pendidikan, dan tempat tinggal. Pada kalian berdua kembali, hingga kalian berdua berhak menentukan harga jual kami. Berhak menentukan kami harus menikah dengan siapa, hingga tak punya suara untuk menolak?" Sekar menatap lurus ke arah ibunya.

Wati tak berani mengangkat pandangan matanya, dari zaman ia anak-anak sampai menjadi gadis remaja. Kehidupannya diatur oleh orang tua, tidak boleh membantah orang tua. Saat menjadi seorang istri, Wati harus tunduk dan patuh pada suami tanpa boleh melawan apalagi protes dengan keputusan Joyo.

Ia telah dicekoki ketidak adilan dari masa kecilnya, meskipun jauh di dalam hati Wati merasa tak adil. Namun, bukankah dunia ini memang seperti ini, sebelum menikah diatur orang tua. Setelah menikah diatur suami, Wati menyayangi para putrinya. Akan tetapi apa yang dikatakan oleh sang suami harus dilakukan, Wati peralatan mengangguk.

Senyum kemenangan langsung terbit di bibir Joyo, kedua telapak tangan Sekar mengepal erat hingga buku-buku tangannya memutih. Ia mendengus dan membuang muka, kehabisan kata-kata melihat reaksi ibunya.

"Kamu sudah lihat bukan, ibumu menyetujuinya. Sekarang kamu panggil adikmu, suruh dia keluar. Kami harus kembali ke desa segara sebelum gelap," celetuk Joyo bahagia.

Sekar tak lagi mampu bertahan, ia bangkit dari posisi duduknya mendesah kasar.

"Kalian bukan manusia, tidak pantas menjadi manusia. Bahkan hewan saja tak akan tega pada anak-anaknya," ucap Sekar marah, "kalian membuat kami menderita, Lasmi tak akan kembali ke desa. Jika dia kembali ke desa sudah dapat dipastikan akan mati karena penyiksaan, Lasmi adikku. Aku akan membayar kembali uang itu, ambil lima puluh gulden ini. Dan jangan pernah datang lagi mencari Lasmi."

Sekar membungkuk meletakkan kantong uang dari kain perca di atas meja dengan kasar, tangannya langsung menunjuk ke arah pintu gerbang ke luar. Kedua sisi bahunya naik-turun karena dilanda kemarahan, dahi Joyo berlipat dan mendengus.

"Hanya lima puluh gulden, kamu ingin membawa Lasmi. Tentu saja tidak bisa, bayar seratus lima puluh gulden. Itu kompensasi dari kaburnya Lasmi, untuk pria tua itu seratus gulden. Untukku lima puluh gulden, aku mengeluarkan uang untuk datang ke sini. Kalau kamu tidak bisa membayar sebanyak itu, maka jangan harap aku akan menyerah begitu saja," tutur Joyo mengangkat angkuh dagunya.

Ubun-ubun kepala Sekar rasanya berasap, matanya melotot mendengar uang yang diminta oleh Joyo. Ini namanya pemerasan, Lasmi telah serusak itu baik secara fisik maupun psikis. Pria ini meminta uang seratus lima puluh gulden untuk membebaskan adiknya, sementara Wati menoleh ke arah sang suami dengan pupil mata melebar.

"Ya, ya, ya! Baiklah, aku akan mengambil uangnya lagi untuk Anda!" Kepala Sekar mengangguk seperti ayam mematuk makanan.

Sekar berbalik melangkah masuk ke dalam rumah, tatapan matanya terlihat memerah. Kedua tungkai kakinya melangkah melewati pintu kamar, berkelok dan berhenti di dapur. Beberapa pembantu yang membersihkan dapur dan menyiapkan makanan untuk makan siang melirik ke arah Sekar.

Tangan Sekar meraih gagang pisau dapur dengan kilatan mata tajam, ditariknya pisau dari kotak penyimpanan. Sekar menoleh ke belakang, kedua sisi rahangnya mengeras. Pria itu tidak pantas hidup, dia bukan manusia yang layak untuk terus menghirup udara. Sekar melangkah kembali ke luar, orang-orang di dapur saling berpandangan satu sama lain dengan tatapan bertanya lewat tatapan mata masing-masing.

Bersambung...

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!