NovelToon NovelToon
Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Gerbang Tanah Basah: Garwo Padmi Dan Bisikan Malam Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Poligami / Janda / Harem / Ibu Mertua Kejam / Tumbal
Popularitas:11.5k
Nilai: 5
Nama Author: Hayisa Aaroon

Di Era Kolonial, keinginan memiliki keturunan bagi keluarga ningrat bukan lagi sekadar harapan—melainkan tuntutan yang mencekik.
~
Ketika doa-doa tak kunjung dijawab dan pandangan sekitar berubah jadi tekanan tak kasat mata, Raden Ayu Sumi Prawiratama mengambil jalan yang tak seharusnya dibuka: sebuah perjanjian gelap yang menuntut lebih dari sekadar kesuburan.
~

Sementara itu, Martin Van der Spoel, kembali ke sendang setelah bertahun-tahun dibayangi mimpi-mimpi mengerikan, mencoba menggali rahasia keluarga dan dosa-dosa masa lalu yang menunggu untuk dipertanggungjawabkan.

~

Takdir mempertemukan Sumi dan Martin di tengah pergolakan batin masing-masing. Dua jiwa dari dunia berbeda yang tanpa sadar terikat oleh kutukan kuno yang sama.

~

Visual tokoh dan tempat bisa dilihat di ig/fb @hayisaaaroon. Dilarang menjiplak, mengambil sebagian scene ataupun membuatnya dalam bentuk tulisan lain ataupun video tanpa izin penulis. Jika melihat novel ini di

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hayisa Aaroon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Panunggaling Sukmo

Sementara di sisi lain kota, Martin van der Spoel memutuskan untuk meninggalkan pesta begitu melihat Sumi pulang, ia kehilangan minat pada jamuan yang semakin malam semakin riuh itu.

Beberapa orangtua Eropa mulai mengerumuni Martin, memperkenalkan putri-putri mereka dengan antusiasme yang terlalu kentara. 

Bisik-bisik tentang kekayaan keluarga van der Spoel semakin jelas terdengar, bahkan tanpa berusaha disembunyikan. 

Van Reijden sendiri sudah berkali-kali mencoba mengarahkannya pada putri Asisten-Residen dari Semarang—gadis berpipi merah yang tertawa terlalu keras dan selalu menyentuh lengan Martin saat berbicara.

"Maaf, Tuan Van Reijden," Martin akhirnya berkata setelah gelas sampanye keempatnya, "saya rasa saya harus pulang. Kepala saya mulai pusing."

"Tapi pesta baru saja dimulai, Tuan van der Spoel!" protes Van Reijden. "Nona Elisabeth bahkan belum sempat menunjukkan kemampuan pianonya!"

Martin tersenyum tipis, matanya melirik gadis Belanda yang dimaksud—yang kini sedang mempersiapkan diri di sudut ruangan, di depan piano besar. 

"Mungkin lain kali. Saya benar-benar tidak enak badan."

Setengah jam kemudian, kereta kudanya sudah melaju meninggalkan rumah Karesidenan. Martin memijat pelipisnya yang berdenyut. 

Baru sebulan kembali ke Hindia, tubuhnya belum beradaptasi dengan baik. Udara tropis yang panas dan lembap membuatnya terus berkeringat.

Begitu tiba di rumah, Martin segera memerintahkan pelayan menyiapkan air dingin untuk mandi. 

Ia melepaskan pakaiannya dengan tergesa—jas, rompi, kemeja, dan seluruh atribut formal yang terasa mencekik—dan melemparkannya sembarangan ke atas ranjang.

Kamar mandi rumah keluarga van der Spoel adalah salah satu kemewahan modern yang hanya bisa ditemui di rumah-rumah elit. 

Didesain mengikuti gaya Eropa dengan bathub porselen besar, lengkap dengan shower bergaya Inggris.

Martin mencelupkan kakinya ke dalam bathtub berisi air dingin, lalu perlahan merendamkan seluruh tubuhnya. 

Sensasi dingin seketika menyegarkan kulitnya yang kepanasan. Ia menghela napas lega, merasakan ketegangan perlahan meninggalkan ototnya yang lelah.

Berendam dalam air telah menjadi kebiasaan Martin sejak kecil. Tidak seperti kebanyakan orang Eropa yang takut air, Martin justru merasa air memberikannya energi baru. 

Di Leiden, ia sering menghabiskan berjam-jam berendam di bathub apartemennya setelah seharian berkutat dengan buku-buku tebal di perpustakaan.

"Tuan muda perlu sesuatu lagi?" tanya Naryo yang berdiri di ambang pintu dengan handuk bersih di tangan.

"Tidak, terima kasih. Kau bisa istirahat," jawab Martin tanpa membuka mata.

Setelah Naryo pergi, Martin menyandarkan kepala ke tepian bathub yang dingin. Aroma sabun lavender yang dibawanya dari Belanda memenuhi ruangan. 

Kombinasi efek alkohol, kelelahan, dan air yang menenangkan membuat kelopak matanya semakin berat.

Perlahan, Martin terlelap dalam posisi setengah duduk di dalam bathup.

Dan kemudian, mimpi itu datang dengan cepat, membawanya ke tempat yang terasa familiar. 

Pepohonan tinggi yang berdesir ditiup angin, dan suara air yang beriak pelan. Dalam remang-remang malam, ia melihat perempuan berdiri membelakanginya.

Perempuan itu mulai melucuti pakaiannya satu persatu. Pertama selendang yang menutupi bahunya, lalu kebaya yang membungkus tubuh rampingnya. 

Dengan gerakan yang anggun namun sensual, jari-jari lentiknya membuka ikatan kain yang melilit pinggangnya, hingga akhirnya ia berdiri tanpa sehelai pun benang, memamerkan setiap lekuk yang membuat Martin kesulitan menelan ludah.

Pemuda itu terpaku, tak mampu mengalihkan pandangan. Ada daya tarik magis dari sosok itu, sesuatu yang membuatnya tak bisa bergerak maupun berbicara—hanya mengamati dari kejauhan.

Kemudian, bisikan itu muncul—suara pria tua yang berbisik tepat ke telinganya, namun anehnya, lehernya kaku, tak bisa melihat siapa yang ada di belakangnya.

Hee … Martin van der Spoel ....

Sun awe-awe soko kadohan

Sun cekel sukmamu sing lagi lelana

Sun tuntun marang dalan kang wis tinatah

Hee ... sukma lanang sing durung manggih jodho

Iki dina ketemu garising lelakon

Wadon ayu sing sun pilih kanggo sliramu

Sukma loro dadi siji ing banyu kang suci

Hee ... banyu Kedung Wulan, dadi seksi panunggaling sukma

Bulus keramat dadi pangiket janji

Anakmu mengko bakal miyos saka banyu lan lemah

Lemah sing wis nampani getih suci

Hee ... Martin van der Spoel lan Raden Ayu Sumi

Sukmamu wis dadi siji ing alam antara

Ragamu durung gathuk nanging wis kapasthi

Wijine wis tumiba ing papan kang bener

 Sun putus aji panunggal sukma

Sak lir kumandhanging angin

Sak geter lemah teles

Sak langgeng jagad gumelar

Hai ... Martin van der Spoel

Aku memanggil dari kejauhan

Aku pegang sukmamu yang sedang mengembara

Aku tuntun ke jalan yang sudah ditakdirkan

Hai ... sukma lelaki yang belum menemukan jodoh

Hari ini bertemu dengan garis takdirmu

Perempuan cantik yang kupilih untukmu

Dua sukma menjadi satu dalam air yang suci

Hai ... air Kedung Wulan, jadi saksi penyatuan sukma

Bulus keramat menjadi pengikat janji

Anakmu kelak akan lahir dari air dan tanah

Tanah yang sudah menerima darah suci

Hai ... Martin van der Spoel dan Raden Ayu Sumi

Sukmamu sudah menjadi satu di alam antara

Ragamu belum bertemu tapi sudah dipastikan

Benih sudah jatuh di tempat yang benar

Aku lepaskan ajian penyatuan sukma

Sejauh kumandang angin

Sekuat getaran tanah basah

Seabadi jagad semesta

Seolah terhipnotis, Martin mengikuti bisikan itu, kakinya melangkah sendiri menembus keremangan. 

Ia kini bisa melihat sebuah struktur batu kuno dengan undakan tangga yang mengarah ke sebuah kolam air besar—sendang yang dikelilingi bebatuan berlumut.

Perempuan itu perlahan menuruni undakan tangga, kulitnya berkilau diterpa cahaya senja keemasan, menciptakan siluet yang membuat jantung Martin berdebar kencang. 

Tanpa sadar, ia pun mengikuti, langkahnya ragu-ragu namun terdorong oleh hasrat yang tak ia pahami.

Air sendang yang gelap menelan perempuan itu hingga sebatas pinggang. Ia berbalik perlahan, dan Martin akhirnya melihat wajahnya—Raden Ayu Sumi Prawiratama. 

Namun bukan Sumi yang ia temui di pesta tadi, melainkan versi yang lebih bebas, lebih liar, dengan tatapan yang mengundang.

Martin melangkah menuruni undakan tangga, tangannya terulur, meraih bahu Sumi yang basah dan berkilau disorot cahaya senja. 

Lambat-lambat menyusuri kulitnya terasa dingin namun lembut. Tanpa kata, Martin membungkuk, bibirnya menemukan bibir Sumi dalam remang cahaya. 

Tubuh mereka menyatu, tenggelam bersama ke dalam air sendang yang dingin namun anehnya terasa intim dan menenangkan, tenggelam lebih dalam ke kegelapan yang memabukkan.

Martin tersentak bangun, refleks menarik udara sebanyak mungkin, air bathub terciprat ke segala arah. Napasnya tersengal-sengal dan terbatuk, jantungnya berdebar kencang seperti akan meledak. 

Ia menatap sekeliling dengan panik, memastikan dirinya masih berada di kamar mandi rumahnya, bukan di sendang misterius dalam mimpinya.

Martin mengerjap beberapa kali, mengusap wajahnya yang basah. Namun secara perlahan, rasa panik itu mereda, digantikan oleh sensasi aneh yang menyenangkan. 

Bibirnya melengkung membentuk senyuman saat kelebatan mimpi itu memenuhi pelupuk matanya. 

Tidak seperti mimpi-mimpi buruk tentang sendang yang biasa menghantui, mimpi kali ini terasa ... menyenangkan. 

Ada kehangatan yang tersisa. Martin menyentuh bibirnya sendiri, masih bisa merasakan sensasi ciuman dalam mimpinya—dingin namun membakar, asing namun familiar. 

1
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
ndesone ne mbok diarani Njogo dayoh
kui mangunthalan
😁
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
ndoro ayu belum yakin 100 %
konflik makin rumit bila
Martin terus mendekati ndoro ayu Sumi
tapi ya sama Martin aja wis
Raden Soedarsono lepasin saja
banyak istrii ,jarene tresno
ndoro kanjeng Raden ayu ndesak trs
sopo eruh seng mandull kui malah Soedarsono
Lilih Malihatun
duuhh berat bangey ya jadi sumi
ian
nyesek banget pas jadi bupati malah yang dampingi Retno...
gk apa2lah jadi janda kamu juga orang kaya,dan ada mas martin yang keyeng sama kamu
neng Ai💗
🤓👍🏻👍🏻
🍭ͪ ͩ💜⃞⃟𝓛 S҇ᗩᑎGGITᗩ🍒⃞⃟🦅
chemistry apa Raden ayu Sumi dgn Martin Van der spoel
ian
kereeen sumi😍
ian
loh mungkin iya,istri selain sumi juga gak hamil,mbok yo dipikir mak
Tati st🍒🍒🍒
tekadkan hati dan niatmu dulu,biar g salah langkah,..bertahan sakit,pergi sulit😄
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈
lahh trus piye yooo
🍵𝒚𝒂𝒚𝒖𝒌 𝒋ᷟ𝒖ⷽ𝒐ᷟ𝒔ⷽ𝒔๎🦈: wokeeeee
Ai Emy Ningrum: yooo tinggal tunggu chapter berikut nya
total 2 replies
Eniik
nanti bulusnya minta tumbal gak? kalo iya saya request ibu mertua sumi yang jadi tumbal pertama 😂
Okta Anindita: setuju banget nget🤣tumbal kedua pariyem boleh?
Lilih Malihatun: setuju
total 3 replies
nn.maria
untuk perubahan semoga sumi mau keluar zona nyaman yg udah ngga bikin nyaman
mariant
gara² Pariyem ..kurung aja si Pariyem di kamar jangan di kasih makan/Facepalm/
mariant
aku. menunggu Up mu ndoro author siang dan malam/Drool/
Teh Qurrotha
apa aku bantu aja Ndoro Sumi pakein concealer
Teh Qurrotha
duh Ndoro kok aku ikut tegang, n degdegan. apa kangmas kasi obat tidur aja ya hehe
Amaryn
Waaah ramee ini….kalo ketauan
neng Ai💗
Sumi..harus belajar dari 'sang dalang' dalam bersikap,knp gak putarbalikan fakta dngn sedikit drama,katakan siapa yg akan tenang dan bersikap biasa saja saat perceraian paksa didepan mata,berfikir masa depan dan memutuskan menerima perceraian tentu saja menguras emosi dan sikap yg berani tanpa Martin sekalipun
Hayisa Aaroon: beda karakternya 😄 kalau sang dalang ya sudah wassalam itu ibu mertuanya, apalagi Pariyem
total 1 replies
neng Ai💗
💗💗💗
neng Ai💗
Pariyem ini padahal yg sedikit lebih 'toleransi' keberadaannya dibanding Lestari,tapi....ya,persaingan tetaplah persaingan..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!