Bukan terlahir dari keluarga miskin, tidak juga terlilit hutang atau berada dalam situasi yang terdesak. Hanya saja alasan yang masuk akal bagi Alexandra menjadi simpanan bosnya karena dia telah jatuh hati pada karisma seorang Damian.
Pertentangan selalu ada dalam pikirannya. Akan tetapi logikanya selalu kalah dengan hatinya yang membuatnya terus bertahan dalam hubungan terlarang itu. Bagaimana tidak, bosnya sudah memiliki istri dan seorang anak.
Di sisi lain ada Leo, pria baik hati yang selalu mencintainya tanpa batas.
Bisakah Alexandra bahagia? Bersama siapa dia akan hidup bahagia?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kuswara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alexandra (Simpanan Bos) 14
Pagi ini Leo mendapatkan surat pemecatan dari perusahaan untuk alasan yang sebenarnya terlalu mengada-ada. Namun bersamaan dengan pemecatannya Leo mendapatkan uang dengan nominal dalam jumlah besar sebagai pesangon.
Tidak bisa mengajukan keberatan apalagi menolak karena surat pemecatan itu sudah ditandatangani oleh pemilik perusahaan, Pak Novel. Leo hanya bisa menerimanya dengan banyak pertanyaan yang tersimpan di dalam hati.
Dia mengemasi barang-barangnya, memasukkannya ke dalam kardus kecil. Shasa dan Widya datang menghampirinya.
"Serius kau dipecat?."
"Iya."
"Tapi semuanya baik-baik saja 'kan?."
"Aku juga tidak tahu kenapa aku dipecat."
"Ini sangat aneh. Tapi yang membuat Pak Noval dan Pak Damian menandatangani surat itu?."
Leo mengangkat bahunya. Dia sendiri tidak memiliki jawaban atas apa yang dipertanyakannya juga. Widya dan Shasa tidak bisa bicara lagi, mereka membantu Leo sampai selesai. Leo pamit pada kedua teman satu ruangannya, mereka sudah banyak melalui suka duka dalam menjalankan pekerjaan.
Dari luar gedung Leo menatap bangunan tinggi menjulang itu. Tempat di mana mengais rezeki dan merasakan cinta yang luar biasa untuk Sandra. Tapi sekarang dia harus pergi dari tempat itu namun tidak menyurutkan perasaannya kapada Sandra. Dia bisa tetap mencintai Sandra dari mana pun dan kapan pun. Cintanya pada Sandra sangatlah besar.
Di lain tempat, Pak Noval sudah merasa lega karena telah menyingkirkan Leo dari perusahaannya. Sebelumnya tidak terlintas dalam benaknya untuk memecat Leo tapi karena melihat Sandra sangat serius ingin menikah dengan pria itu. Maka itu dilakukannya supaya akan memudahkannya mendekati Sandra.
Sahabat dari Pak Novel, Pak Arya belum bisa memaklumi tindakan yang telah dilakukan sahabatnya itu.
"Hanya karena seorang perempuan kau tidak bekerja dengan benar."
"Aturan itu aku yang membuatnya jadi tidak masalah kalau aku sendiri yang merubahnya. Betul bukan?."
"Benar kau yang membuat aturan itu dan perusahaan itu juga milik dirimu. Tapi seharusnya kau bisa berpikir rasional apalagi kau seorang pebisnis hebat. Kalau sampai ada yang tahu, reputasimu pasti dipertanyakan."
"Aku tidak peduli, aku hanya dapat kembali merasakan cinta yang begitu kuat terhadap seseorang dan aku jujur saja aku ingin memilikinya."
"Iya, aku paham. Tapi kau tidak perlu bertindak sejauh itu. Apalagi dia masih muda dan bukan saingan dirimu."
Pak Novel menggeleng, menyangkal ucapan sahabatnya. "Kau tidak melihat saat matanya sangat berbinar ketika dia berbicara mengenakan pernikahannya. Mata itu sudah dipenuhi oleh cinta untuk pria itu. Sedangkan aku menginginkan mata itu hanya berbinar karena cintaku."
Kali ini Pak Arya yang menggelengkan kepala, cukup tidak habis pikir. Tapi ya itulah cinta, sahabatnya sedang merasakan keindahan tersebut.
Kembali pada Leo, dia sudah tiba di rumah. Mamanya yang memang seorang IRT langsung menodongkan pertanyaan pada putranya dengan penuh kekhawatiran.
"Kau sudah pulang? Apa sedang tidak sehat?."
Wajah Leo yang sejak tadi dipenuhi kecemasan, kekecewaan seketika tersenyum lebar, tidak ingin membuat sedih sang Mama. "Aku baik-baik saja, Ma. Aku pulang karena aku bekerja di luar dan sudah selesai jadi bisa pulang lebih awal."
"Tapi ini belum jam makan siang, Leo. Bagaimana kalau nanti perusahaan memecatmu?."
Kemudian Leo memeluk sang Mama, menenangkan hati dan pikirannya yang terus berkecamuk"Tidak akan, Mama. Mama tenang saja."
Mama menepuk-nepuk pelan punggung putranya. "Kau tidak berbohong 'kan?."
Leo hanya menggelengkan kepala. Rasanya sangat nyaman berada dalam pelukan sang Mama. Secepatnya Leo harus mendapatkan pekerjaan lain sebelum Mamanya tahu yang sebenarnya.
Di kantor sedang jam makan siang, Sandra dan Damian berada di ruang meeting. Makan makanan yang dibawakan oleh OB.
"Kau mengatakan begitu pada Papa Noval?."
"Saya tidak punya pilihan lain, bos."
"Tidak apa-apa, setelah saya dan Juwita bercerai kita akan menikah."
"Kau tidak sedang bercanda 'kan, bos?."
"Apa saya terlihat seperti sedang bercanda?."
"Tidak, bos. Tapi jujur saja saya takut ini hanya mimpi."
Cup
Sebuah kecupan singkat mendarat di sela-sela makan mereka. Sandra tersipu malu dengan tindakan dadakan itu. Tapi dia juga sangat senang.
"Bos ini di kantor? Bagaimana kalau ada yang melihat?."
"Tidak akan, CCTV ruangan ini sudah saya matikan."
Keduanya tersenyum dan lanjut memakan makanannya sampai habis. Setelahnya mereka keluar dan kembali ke ruangan kerja masing-masing. Baru juga Sandra duduk di kursi kebesarannya, Shasa datang mengetuk pintu ruangannya.
*
Siang ini Damian dan Sandra sudah tiba di luar kota, menghabiskan waktu libur minggu ini sebab ada pekerjaan yang mengharuskan mereka di sana. Baru saja Sandra mengeluarkan barang bawaan mereka di tempat yang sama karena mereka menempati kamar hotel yang sama.
"Jadwal siang ini masih kosong 'kan?."
"Sebenarnya kosong tapi Pak Arya meminta bertemu dengan dirimu bos katanya ada yang mau didiskusikan mengenai proyek ini."
"Oh iya, hampir saja saya lupa. Tapi Papa juga sudah bicara itu pada saya."
"Hmmm."
"Kau ikut?."
"Tidak, saya istirahat saja di sini."
"Oke, dua puluh menit lagi saya jalan."
Damian langsung masuk ke kamar mandi. Sementara Sandra bersantai di atas tempat tidur sembari memainkan ponselnya. Obrolan grup yang terdapat di dalam ponselnya bersama Shasa dan Widya masih mengenai Leo yang diberhentikan sepihak. Sandra tidak bisa berkata banyak selain turut prihatin atas apa yang menimpa Leo.
"Kalau saya pulang cepat kita pantai."
"Oke, bos."
Damian mengecup bibir Sandra sebelum meninggalkan kamar. Dia hanya berjalan kaki untuk menemui Pak Arya yang sudah datang lebih dulu.
"Maaf, aku terlambat."
"Tidak apa-apa, aku juga karena ada pertemuan lain."
"Kau ke sini bersama Juwita atau sendiri?."
"Sendiri."
"Aku kira bersama Juwita."
Damian hanya tersenyum sembari menggeleng. Mereka mulai mendiskusikan proyek mereka yang ada di kota ini. Dalam waktu dua bulan sudah harus selesai dan bisa beroperasi. Satu jam cukup untuk bicara banyak hal mengenai bisnis, mereka masih duduk santai sembari menikmati kopi panas.
"Noval sangat beruntung memiliki dirimu, kau sangat pintar dan bertanggung jawab untuk setiap pekerjaan. Makanya tidak heran bisnis-bisnis Noval berjalan semua dengan lancar."
"Pak Arya terlalu berlebihan, karena aku juga banyak belajar dari Papa Noval."
"Benar, aku melihat itu dan Noval mengakuinya. Kau memang penghasil uang bagi Noval, semua bisnisnya tidak akan berjalan sempurna tanpa campur tangan dingin dirimu."
"Aku senang bisa membantu Papa dan Pak Arya merupakan salah satu sahabat Papa yang baik yang bisa aku mintai ilmunya."
Pak Arya tertawa.
"Oke, Damian. Aku harus pergi."
"Baik, Pak."
Damian masih santai di sana, dia menunggu Sandra setelah mengirim pesan pada Sandra untuk menemuinya di tempat itu. Tidak berselang lama Sandra datang dengan pakaian tertutup namun tetap mampu menampilkan keseksiannya.
"Saya benci mata mereka yang tertuju pada dirimu."
Sandra mengedarkan pandangannya dan benar saja mereka sedang menatapnya.
entah kalau dia tau damian - sandra 😊🤫