NovelToon NovelToon
LINTASAN KEDUA

LINTASAN KEDUA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / SPYxFAMILY / Identitas Tersembunyi / Roman-Angst Mafia / Persaingan Mafia
Popularitas:21.3k
Nilai: 5
Nama Author: Nana 17 Oktober

Warning!
Bagi yang berjantung lemah, tidak disarankan membaca buku penuh aksi laga dan baku tembak ini.

Sejak balapan berdarah itu, dunia mulai mengenal Aylin. Bukan sekadar pembalap jalanan berbakat, tapi sebagai keturunan intel legendaris yg pernah ditakuti di dunia terang & gelap. Lelaki yg menghilang membawa rahasia besar—formula dan bukti kejahatan yg diinginkan dua dunia sekaligus. Dan kini, hanya Aylin yg bisa membuka aksesnya.

Saat identitas Aylin terkuak, hidupnya berubah. Ia jadi target. Diburu oleh mereka yg ingin menguasai atau melenyapkannya. Dan di tengah badai itu, ia hanya bisa bergantung pada satu orang—suaminya, Akay.

Namun, bagaimana jika masa lalu keluarga Akay ternyata berperan dalam hilangnya kakek Aylin? Mampukah cinta mereka bertahan saat masa lalu kelam mulai menyeret mereka ke dlm lintasan berbahaya yg sama?

Aksi penuh adrenalin, intrik dunia bawah, dan cinta yg diuji.

Bersiaplah menembus "LINTASAN KEDUA"—tempat di mana cinta & bahaya berjalan beriringan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Demi Negara

Lampu tidur temaram. Bayangan siluet dua tubuh yang saling mendekat.

Akay membelai rambut Aylin.

"Aku nggak tahu kamu bisa menyamar kayak gitu…"

Aylin bersandar nyaman di dada Akay, namun lelah.

"Aku juga gak nyangka kamu bisa mengenali aku dalam penyamaran…"

Akay mengusap pipi Aylin lembut. "Mana mungkin aku tak mengenali wanita yang menjadi pemilik hatiku."

Aylin terdiam, namun pelukannya di tubuh Akay mengerat. Dalam hati ia bergumam, "Akay, aku ingin menjalani hidup tenang bersamamu. Tapi sepertinya itu tak mungkin. Biarkan aku menikmati moment-moment hangat ini sebelum badai itu datang."

"Tapi...aku benar-benar cemburu bayangin kamu keluar rumah pakai baju seksi kayak tadi. Jadi..."

"Kamu mau apa?"

"Aku akan menghukummu agar kau tak berani lagi memakai baju seksi keluar rumah."

"AKAAAY! AKU CAPEK!"

***

Pagi itu, cahaya matahari menyelinap lembut melalui celah tirai apartemen, menari di atas ranjang yang kusut. Aylin menggeliat pelan, selimut melorot hingga memperlihatkan bahunya yang penuh bekas ciuman dan gigitan kecil. Napasnya berat, tubuhnya pegal luar biasa.

“Akay… badanku pegal semua,” keluhnya, suaranya serak dan manja.

Akay, masih terbaring telentang sambil menatap langit-langit, menyeringai tanpa dosa. “Makanya, jangan nyerang suami sendiri kayak mau bunuh.”

Aylin duduk sambil meringis, memijat lehernya yang kaku. “Itu refleks. Lagian kamu muncul tiba-tiba kayak hantu.”

“Hantu tampan,” sela Akay santai.

Aylin mendecak, lalu melempar bantal ke wajahnya. “Pede banget.”

Dengan gerakan ringan, Akay memeluknya dari belakang. Dagu kokohnya bertumpu di bahu Aylin, napasnya hangat di kulitnya.

“Jadi… penyamaran tante-tante seksi itu bagian dari kerjaan istri cantikku, ya?”

Aylin buru-buru menoleh. “Jangan keras-keras! Nanti tetangga dengar.”

Tawa pelan Akay menggema di telinganya. Tapi nada bicaranya berubah saat ia melanjutkan, pelan dan serius.

“Tapi beneran, Ay… kamu gak pernah cerita. Kamu ngumpetin banyak hal.”

Aylin terdiam. Tangannya mengusap lembut lengannya sendiri, seakan mencoba menenangkan pikirannya.

“Aku gak mau kamu kena masalah… Tapi, sepertinya aku gak bisa terus-terusan sendiri.”

Akay mengangkat wajahnya. “Jadi kamu ngajak aku kerja bareng?”

Aylin menoleh dan mengangkat satu alis. “Kerja bareng nyamar jadi tante dan om sugar baby?”

Akay tergelak. “Berarti kamu sugar mommy-nya. Aku tinggal pasang gigi palsu sama perut buncit.”

Tawa Aylin pecah. Ia menyandarkan kepala di dada Akay, mendengar detak jantungnya yang stabil—satu dari sedikit hal yang terasa aman di hidupnya yang tak pasti.

“Thanks ya…” gumamnya pelan. “Meski semalam aku hampir bikin kamu gegar otak…”

Akay mengusap rambut Aylin dengan lembut. “Asal tiap kali kita ribut, baikan kita selalu kayak semalam… aku rela tiap hari tawuran.”

Aylin menatapnya dengan mata membulat. “Dasar gila!”

“Gilanya cuma buat kamu,” jawab Akay cepat.

Aylin mencubit perutnya. “Nih, gilanya dikurangin dikit, biar sadar.”

Akay mengerang berlebihan. “Aduh! Sakit! Gak nyentuh tante-tante lagi selain kamu, sumpah!”

Aylin mendengus geli. “Ya iyalah. Cuma aku yang bisa ganti-ganti karakter, tapi tetap jadi istrimu.”

“Dan cuma aku,” kata Akay dengan senyum penuh makna, “yang bisa bikin kamu nyerah di ranjang.”

Aylin membelalak. “Eh?”

“Mau pembuktian ronde dua?” goda Akay sambil mengangkat alis.

Dengan panik Aylin menarik selimut, menutup kepalanya rapat-rapat. “TIDAAAK! Aku masih trauma!”

Tawa Akay menggema di kamar. “Ayolah… demi negara.”

“Negara mana yang butuh kita tidur bareng, sih?!” protes Aylin di balik selimut.

“Negara kita sendiri—Rumah Tangga Republik Mesra,” jawab Akay dengan nada dramatis.

Beberapa jam kemudian.

Aylin duduk di depan cermin, menyeka rambutnya yang masih basah. Di belakangnya, Akay masih terlelap, tubuhnya setengah tertutup selimut, kelelahan setelah malam dan pagi liar yang tak terlupakan.

Sorot mata Aylin jatuh ke arah sebuah laci kecil di sudut meja rias. Ia membuka perlahan, mengeluarkan sesuatu yang terbungkus kain beludru hitam—liontin kecil, logamnya berpendar redup saat cahaya lampu dimatikan.

Tangannya meremas liontin itu pelan. Tatapannya kosong.

Kata-kata Akay tadi pagi bergaung di benaknya:

“Kamu ngumpetin banyak hal, ya?”

Aylin menarik napas dalam. “Maaf, Kay…”

Ia membuka ponselnya. Sebuah pesan masuk, tanpa nama pengirim. Tapi ia tahu siapa itu.

Jek. Teman lama dari dunia balap yang kini menjual alat survival dan senjata ilegal.

“Pesanan sudah ada. Temui gue di tempat kemarin. Malam ini.”

Kode. Singkat, namun jelas.

Aylin mengunci layar. Detik itu juga, ia tahu: malam ini, langkahnya akan menembus batas antara aman dan bahaya. Dan tak ada lagi jalan kembali.

***

Lantai 32, Gedung Cakrawala Selatan.

Langit kota mulai berwarna jingga, membakar cakrawala dengan semburat cahaya senja. Di dalam ruang kantor yang lapang namun terasa dingin oleh kaca-kaca tinggi di sekelilingnya, Akay berdiri dengan sebelah tangan dimasukkan di saku celana, ponselnya melekat di telinga.

Suara di seberang terdengar tegang.

"Target masih berada di apartemen, Bos. Tapi… kami curiga tadi pagi ada orang yang masuk dari lorong darurat dan keluar dari jendela balkon."

Akay menahan napas. Rahangnya mengeras.

"Jangan biarkan satu celah pun terlewat. Semua pintu, semua jendela, bahkan ventilasi kalau perlu. Aku gak peduli secerdik apa dia menyamar—jangan sampai kalian kecolongan lagi."

"Baik, Bos. Kami sudah tempatkan dua tim di sekitar kampus juga."

"Bagus. Tapi dengar baik-baik…"

Akay berjalan perlahan ke dekat kaca, menatap jalanan di bawah seperti mencari jejak yang tak terlihat. Suaranya rendah, tajam.

"Kalau ada orang asing yang keluar dari kampus tapi bukan mahasiswa, bukan staf, bukan siapa-siapa—jangan lepasin. Itu bisa jadi Aylin."

"Kami akan bagi tim. Kelompok satu tetap pantau area kampus. Kelompok dua siaga di titik keluar, siap mengikuti target diam-diam."

Akay mengangguk meski tahu lawan bicaranya tak bisa melihatnya.

"Jangan langsung tangkap. Amati dulu. Laporkan tiap gerak-geriknya. “Istriku bisa nyamar jadi siapa aja. Jangan percaya apa yang kalian lihat."

"Siap, Bos."

Klik.

Sambungan terputus.

Keheningan menyeruak, menyisakan deru lembut dari AC ruangan. Akay menghela napas panjang, mengangkat tangannya dan menyapu wajahnya sendiri, seolah ingin menyeka kegelisahan yang menempel di kulitnya.

Ia mendekat ke jendela, menatap keluar. Kota tampak sibuk seperti biasa, tapi bagi Akay, dunia telah berubah sejak satu hal kecil muncul ke permukaan—liontin itu.

Sejak viralnya liontin misterius yang konon menjadi kunci dari jaringan bawah tanah, Akay memperketat penjagaan terhadap istrinya. Tapi Aylin… wanita itu seperti kabut. Tak bisa digenggam. Licin seperti belut.

“Aku bahkan menyelidiki rumah nenekmu, Ay…” gumam Akay pelan. “Tapi kosong. Gak ada apa-apa di rumah tua bergaya joglo itu. Cuma debu dan kenangan.”

Ia mengetukkan jari ke kaca, satu ketukan lambat yang menggema seperti detak waktu. Tatapannya kosong.

“Kamu berubah sejak pulang dari sana. Ada yang kamu bawa… atau mungkin, ada yang kamu lepaskan.”

Ia menghela napas lagi, lebih berat. Suaranya nyaris seperti doa yang putus asa.

“Aku gak akan bisa maafin diriku sendiri kalau terjadi sesuatu sama kamu, Ay…”

Tangannya mengepal. Ketegangan menjalar sampai ke rahangnya. Ia mencintai Aylin dengan caranya sendiri—keras, protektif, dan kadang terlalu jauh. Tapi bukan karena ia ingin mengendalikan. Ia hanya takut kehilangan.

Dan kali ini, rasa takut itu terasa begitu nyata.

***

Malam hari menyelimuti kota seperti selimut kegelapan yang pekat.

Langit mendung, angin membawa aroma lembap. Di dalam apartemen mewah milik Akay, sosok pria bertubuh tegap dengan hoodie hitam, celana jeans lusuh, dan sepatu sneaker putih, melangkah keluar dari jendela balkon lantai dua dengan kelincahan terlatih. Rambutnya pendek berponi, kacamata tebal membingkai wajah tampannya yang samar tertutup bayang-bayang malam.

Tapi itu bukan pria. Itu Aylin.

Dengan napas tenang, ia menyentuh dasar tanah dan berjalan cepat ke trotoar.

Sebuah suara lirih dari alat komunikasi di telinga memecah keheningan.

“Target keluar. Sosok pria. Ganteng. Keluar dari balkon. Siap ikuti.”

Anak buah Akay nyaris tertipu jika saja mereka tak mengingat pesan sang bos: “Istriku bisa nyamar jadi siapa aja. Jangan percaya apa yang kalian lihat.”

Aylin memesan ojek online, berdiri di bawah tiang lampu jalan yang temaram.

Bruk!

Tubuhnya tertabrak ringan. Seorang wanita dengan belanjaan menunduk buru-buru.

“Maaf!”

Aylin mengangguk cepat.

“Tak apa.”

Ia kembali melangkah, tak tahu bahwa momen kecil itu menyimpan bom waktu.

...🌸❤️🌸...

.

To be continued

1
abimasta
waaauuu kereenn thor
Fadillah Ahmad
Mudah-Mudahan Bisa Lolos 80 Bab Terbaik Ya Kak Nana. 🙏🙏🙏 Aku Sangat Berharap Loh Kak. 😁😁😁 Dan Kalau Rezeki Syukur-Syukur Msnang Lomba Juga Kak Nana. Aminn.
🌠Naπa Kiarra🍁: Aamiin.🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
Mrs.Riozelino Fernandez
tak bersisa...
Mrs.Riozelino Fernandez
o'ow... 😳😳😳😳
Puji Hastuti
Aylin and the genk /Good//Good/
asih
👍👍👍👍👍 bacanya sampi tegang
Puji Hastuti
Kerreeeennn
syisya
👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼👍🏼 gak bisa berkata" lagi thor
Anonim
Akay keren juga ya punya anak buah yang siap melindungi Bos nya.
Jantung masih aman niihhh..... bacanya sambil nahan nafas wkwkwk
Lilik Aulia
seru banget semangat thor
Mrs.Riozelino Fernandez
itu ternyata 😅😅😅
Mrs.Riozelino Fernandez
😳😳😳😳😳😳
Anonim
waduuuuuhhhh peluru Akay habis jadi semakin m e n e g a ng kan
Hanima
👍👍
Linda Setyo
👍👍👍
Linda Setyo: 🤲amin...
🌠Naπa Kiarra🍁: Aku ikut prihatin, Kak. Semoga cepat pulih dan jaga kesehatan, ya!"
total 4 replies
Anonim
waaahhh Akay cara boncengnya benar-benar membahayakan jiwa ragamu ya.....
Anonim
keren nih othor....
benar-benar mencekam membaca serasa ikut menghindar dari kejaran musuh wkwkwk...dan ikut mensupport Aylin dan Akay untuk menggeber motornya semakin kencang namun tetap waspada demi formula untuk keselamatan banyak orang
Fadillah Ahmad
Sudah Aku Duga,kak Nana Lebih Hebat Membuat Cerita Mafia,ketgangannya dapat Sekali. Semangat Kak Nana...
sum mia
dag dig dug... dag dig dug ... dan tiba-tiba harus berhenti karena to be continued .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Fadillah Ahmad
Lanjutkan Kak Nana, Ceritanya Seru Kak Nana, Semangat Kak Nana. Ayo Aylin Akay,maju Terus Pantang Mundur. Sekali Maju Jangan Pernah Menoleh Lagi Ke Belakang Aylin Akay. Selesaikan Apa Yang Telah Menjadi Keputusan Kalian. Semoga Setelah Misi Ini Dunia akan Damai Kembali. 🙏🙏🙏
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!