NovelToon NovelToon
Pria Kedua

Pria Kedua

Status: tamat
Genre:Romantis / Contest / Patahhati / Janda / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:3.8M
Nilai: 5
Nama Author: Lisa

Aira tidak pernah berharap menikah untuk kedua kalinya. Namun dia menyangka, takdir pernikahan pertamanya kandas dengan tragis. Seiring dengan kepedihan hatinya yang masih ada, takdir membawanya bertemu dengan seorang pria.


"Aku menerimamu dengan seluruh kegetiran dan kemarahanmu pada seorang lelaki. Aku akan menikahimu meski hatimu tidak tertuju padaku. Aku bersedia menunggu hatimu terbuka untukku," ujar pria itu.

"Kamu ... sakit jiwa," desis Aira kesal sambil menggeram marah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bimbang

"Kita minum di cafe dulu, yuk," ajak Yeri.

"Tidak, aku ..." Aira ingin menolak.

"Sudah, jangan menolak. Hanya di dalam mall saja. Tidak jauh. Tidak kemana-mana. Lagian kan satu arah dengan area parkir motor kita." Yeri menggandeng lengan Aira. Memaksa.

"Sebentar, ya..." Aira mempertegas.

"Iya," jawab Yeri yakin.

Ibrar juga mulai berkemas akan pulang. Tiba-tiba Yuta muncul di ambang pintu.

"Kenapa tidak ada penjelasan soal kamu yang merampas roti dan airku, Brar?" tegur Yuta.

"Masalah itu tidak perlu di jelaskan. Aku lapar dan haus. Hanya itu." Ibrar menata berkas yang di ambil dari gudang tadi. Yuta masuk ke dalam ruangan Ibrar. Pria ini sedikit mirip dengan big boss, Wira. Meskipun dulu bukan teman sekolah, karena mereka sama-sama teman Wira, mereka jadi akrab.

"Tidak biasanya kamu bertindak seperti itu. Walaupun memang kamu lagi kelaparan, sepertinya bukan kebiasaanmu merampas milik orang."

"Soal roti dan air mineral saja ribut, sebentar lagi aku traktir kamu kopi." Ibrar mengambil keputusan. Yuta nyengir mendapat traktiran. "Ayo, kita keluar. Demi protes karena aku merampas makanan kecilmu, kamu sampai ke kantorku," cibir Ibrar.

Yuta terkekeh.

Kantor MB memang dekat dengan outlet-otlet makanan. Setelah menuruni anak tangga, mereka akan langsung di sambut dengan area city walk. Dimana outlet makanan saling berhadapan.

Mata Ibrar tertuju pada salah satu outlet. Dia melihatnya di sana. Perempuan itu. Bibirnya tersenyum tipis menanggapi temannya bicara. Sesaat Ibrar terpaku. Membuat Yuta yang sejak tadi bertanya akan mengajaknya kemana, berhenti berbicara dan menoleh.

Bola mata Ibrar masih melihat ke arah yang sama, yaitu perempuan itu. Aira. Yuta mengikuti arah mata Ibrar dan menemukan obyek yang membuat kawannya lupa bahwa saat ini mereka sedang berdua.

"Hei, aku ada disini teman," ujar Yuta membuyarkan perhatian Ibrar yang hanya tertuju pada perempuan.

"Aku tahu," ucap Ibrar bisa segera bersikap biasa walaupun sudah ketahuan sedang memandangi seseorang.

"Mata lelaki memang tidak bisa di pungkiri saat melihat perempuan." Yuta berkomentar.

"Kamu sedang memikirkan seseorang?" tanya Ibrar ingin mengalihkan pembicaraan mereka. Yuta mendengkus.

"Bukan aku, tapi kamu," tuding Yuta blak-blakan. "Kamu sedang terpesona pada seseorang disana. Perempuan itu. Aira."

"Oh, ya?"

"Kamu bisa membantah, tapi matamu tidak. Mata itu sejak tadi memandanginya dengan kagum. Sampai lupa bahwa aku masih berdiri di sebelahmu." Yuta menggelengkan kepala. Mereka memasuki kedai kopi yang pemiliknya adalah seorang artis ibu kota yang berasal dari kota ini.

Ibrar hanya tersenyum mendengarnya. Benarkah aku begitu? Mungkin. Mungkin tadi aku sempat tersihir sejenak saat melihatnya tersenyum. Setelah aku melihatnya menangis, kali ini aku bisa melihatnya tersenyum. Manis. Ini sedikit ... membuatku senang.

"Sudah aku bilang, mata tidak bisa berdusta. Kamu begitu tertarik padanya." Yuta mencondongkan tubuhnya ke Ibrar.

"Hanya sekedar melihat." Ibrar memberi penjelasan singkat pada akhirnya. Itu berarti dia mengaku tengah memandangi Aira, bukan?

"Jangan berani mendekatinya. Dia punya suami. Mungkin sekitar hampir dua bulan. Masih pasangan hangat." Yuta memperingati. Mereka sudah memesan kopi tadi.

"Kenapa langsung mengarah ke hal itu?" Ibrar melihat Yuta lurus.

"Hanya kasih tahu lebih awal. Lagian kamu juga masih sibuk dengan wanitamu itu." Yuta tahu soal wanita dan jagoannya. "Sorri ... aku belum bisa ke sana buat menjenguk."

"Sudah tidak perlu. Lagian Wira kenapa juga kasih tahu," gerutu Ibrar.

"Itu kan berita bahagia, Brar. Memang pantasnya di bagikan. Bukan di sembunyikan."

"Ya. Itu memang berita bagus."

"Ingat. Jangan dekati Aira untuk hal lain kecuali pekerjaan." Yuta memperingatkan.

"Kamu seperti orangtuanya saja," dengkus Ibrar.

"Aku menjauhkan Aira dari mara bahaya."

"Memangnya aku ini penjahat ..." Ibrar tidak terima dirinya dianggap sebagai orang berbahaya. Yuta terkekeh.

Sepulang bekerja, Aira melihat diruang tamu ada begitu banyak orang. Tidak begitu kelihatan siapa. Hanya saja keramaian di dalam sudah busa di pastikan. Ada acara apakah? Karena tidak ingin mengganggu, Aira membelokkan motornya langsung menuju pintu belakang.

"Ada tamu, Bi?" tanya Aira pada pembantu rumah tangga keluarga ini. Bi Misnah yang sedang membuatkan minuman terlihat terkejut melihat kemunculan perempuan ini.

"Aduh, non. Saya kaget." Aira tersenyum. "Iya, Non."

"Siapa?" tanyaku sambil melepaskan sepatu dan menaruhnya di rak sandal di belakang. Mendengar pertanyaan Aira, bik Misnah kebingungan. Matanya mengerjap berulang-ulang. Perempuan paruh baya ini gelisah. Melihat tanggapan bik Misnah seperti itu, Aira jadi kasihan. "Tidak perlu berusaha menjawab kalau tidak tahu. Bibik ini kenapa, sih." Aira menepuk lengan bik Misnah pelan sambil tertawa geli.

"I, iya. Saya tidak tahu."

"Ya sudah. Terusin saja buat minumannya. Nanti tamunya kehausan lagi." Aira mengatakannya dengan nada sedikit bercanda. Tiba-tiba sebuah suara langkah kaki mendekat dengan terburu-buru membuat Aira menoleh.

"Bi ... Eh, ada Aira. Sudah pulang kerja, nak?" tanya mama terkejut.

"Ya, Ma."

"Sudah, mandi dan ganti baju dulu lalu istirahat di kamar. Biar makannya nanti bik Misnah yang antarin. Mama yakin kamu pasti kelelahan." Tangan mama menyentuh lengan Aira. "Ayo, Bik. Cepat bawa minuman ke depan." Kali ini tangan mama melambai kuat ke bik Misnah. Terlihat mama kurang sabar kali ini.

Mungkin saja tamu itu sudah sejak tadi di sana, tapi bik Misnah terlambat membuatkan minuman. Bik Misnah segera membawa nampan berisi minuman untuk tamu.

Setelah mama, kali ini muncul Kisi dari depan.

"Bisa cepat? Papa mulai tidak sabar," ujar Kisi memberitahu.

"Darimana kamu tahu? Bukannya kamu tidak ikut berbincang di ruang tamu?" tanya mama.

"Aku tidak sengaja lewat. Papa memberi kode untuk segera memberitahu bik Misnah. Hai, Kak," sapa Kisi yang melihat Aira berdiri dengan wajah bingung melihat mereka semua terburu-buru.

"Hai," sahut Aira.

"Segera kesana, Bi." Ucapan Kisi membuat bik Misnah bergegas.

"Istirahat saja, Ai. Setelah kembali dari depan, bik Misnah akan mengantar makanmu." Mama mengatakannya sambil berlalu. Makanan akan di antar ke kamar? Mungkin karena Aira hamil, perlakuan mertuanya begitu berlebihan.

"Tamunya siapa sih, Kis? Kok heboh banget sampai papa marah. Juga, mama terlihat tidak sabar." Aira masih ingin bertanya rupanya. Tangan Kisi yang mencari buah di kulkas terhenti. Setelah berjeda beberapa detik, tangan itu kembali mencari apa yang di carinya.

"Aku tidak begitu tahu. Hanya saja memang terlihat penting." Kisi menjawab tanpa menoleh ke arah Aira.

"Hmm... mungkin teman kantor papa, ya?"

"Mungkin."

"Aku masuk ke kamar dulu. Sepertinya aku juga akan merepotkan kalau berdiri saja di sini."

"Kakak, istirahat saja di kamar. Karena bekerja saat sedang hamil, kakak pasti sangat lelah." Kali ini Kisi membalikkan tubuhnya dan menatap Aira.

"Ya. Terima kasih."

Karena letak kamar Aira sedikit berbelok, dia tidak bisa melihat dengan jelas orang-orang yang ada di ruang tamu. Sebenarnya dia masih penasaran, tapi akhirnya masuk ke dalam kamar.

Setelah Aira menghilang masuk ke kamarnya, Kisi mendesah. Seperti menanggung beban yang sangat berat.

Suasana tegang masih terasa di sekitar ruang tamu. Bik Misnah sudah kembali ke ruang makan. Gadis ini melihat Bik Misnah tengah menyiapkan makan untuk kakak iparnya.

"Memangnya kak Aira mau, di bawakan makanan ke kamarnya?" tanya Kisi.

"Kemungkinan ya ndak mau, Non. Tapi kata ibuk, saya harus segera memberikan makanan kepada non Aira, agar non Aira sebisanya tinggal dalam kamar sementara waktu," bisik bik Misnah dengan sesekali menoleh ke arah pintu kamar Aira.

"Jadi harus bisa menahan kak Aira agar tidak tahu situasi ini, yah?" Bik Misnah mengangguk. "Memang begitu sakit jika kakak tahu, tapi ... pantasnya dia memang harus tahu. Bagaimanapun ini akan semakin menyakitinya jika terlambat tahu." Kisi berkata seakan ini adalah sebuah kebimbangan yang sulit.

"Ibuk bilang jangan dulu, non. Memang ... seharusnya non Aira tahu lebih awal." Bik Misnah jadi ikut bimbang. Dia paham situasi sekarang. Aura mendung menyerang keduanya.

1
Inah Ilham
sudah baca 30 episode baru nyadar klo ini karya lady_ Ve, pantes mc nya wanita muda yg tangguh
Lienda nasution
alah....ceritanya bertele tele thor
Tri Lestari Endah
Dari awal sampai disini ceritanya buat greget
banyak pelajaran yang di dapat

berharap ada bonchap sampai aira melahirkan
masih terbawa kesel sm nara dan eros
rasa sakit dan trauma aira belum sebanding sakitnya nara dan penyesalan eros
Latifah Latifah: setujuuu
total 1 replies
Ririnyulianti Yulianti
Luar biasa
Bang Juky
umur 16 si aira dah kerja ya
Anik kartin
banyak pesan moral yg disampaikan pada tiap tokohnya..semoga kita bisa belajar dr tiap kejadian dan mengambil hikmahnya...semangat kak untuk karya selanjutnya..
Anik kartin
bukan cinta....tapi DOSA
Yomita Hervina
agak aneh ibrar jg ngomong wanitaku saat di dpn yuta n wira jg jk ga salah.kl sdh sprti itu kesannya dia mmg pny affair dgn prmpuan tsb,kecuali kl itu dia lakukan di dpn org asing/bukan kenalan.
Sri Widjiastuti
tegas mu telat eros
Sri Widjiastuti
oalah nduk2 sdh tau rasanya jd pencuri. sekarang parno kecurian
Sri Widjiastuti
adakah sosok ibrar beneran, hari gini😇😇
Tiadayanglain
Betul tu nara
Aira masih sangat ingin dekat eros
Buktinya dia masih g bisa move on
Tiadayanglain
Kok aneh perempuan ni udah di sakitin tapi kok susah move on
Kesan nya kayak perempuan bodoh
Tiadayanglain
Aneh kakak kok hri tu ibrar ngaku wanitaku
Tiadayanglain
Nah pelihara anak haram MU eros
Anak dalam nikah meninggal
Jadi aira ga da iktan lagi
seru_seruan
aku ngulang baca entah keberapa kalinya.
kalo Aira, kakaknya Ibrar dijodohin sama Yuta gimana y...?
Nurazmi Azmi
Kok nggak di cerita in Aira itu masih hamil apa keguguran ya, YG jelas dong Thor jangan bikin bingung
Adelia ZahrotusShifa
terus semangat berkarya thoooor
Sriza Juniarti
lanjut kk🥰💕
Sriza Juniarti
alurnya bagus saya suka🥰💕
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!