Novel INDA dari episode 1-133 (Tamat)
Part selanjutnya Sequel dari Novel INDA.
-----
Ciuman tanpa disengaja menyebabkan wanita bernama Amrita Venisa harus menikah dengan pria bernama Aziz.
Amrita yang jaim kerap kali mengerjai suaminya. Dan Aziz yang baik hati dia tidak pernah marah akan tindakan konyol sang istri. Seiring berjalannya waktu, benih-benih cinta pun tumbuh dalam hati keduanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asni J Kasim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
INDA. Episode 13
Happr reading❤
-------------
Hari yang ditunggu tunggu pun tiba. Kini, para tamu undangan baik dari sanak saudara maupun dari rekan kerja Aziz, Pa Sofyan maupun Tante Eka terlihat begitu bahagia menghadiri acara pernikahan Amrita dan Aziz. Bukan hanya mereka, teman sekolah dan anak mapala, bahkan Bapa Kos dan istrinya pun ikut hadir dalam acara pernikahan Amrita Venisa dan Aziz Zakri.
Acara pernikahan berlangsung di Graha Pena Makassar. Amrita mengenakan baju pengantin warna abu-abu. Begitupun dengan Aziz Zakri, ia mengenakan baju jas yang senada dengan warna gaun pengantin yang dikenakan Amrita. Keduanya berdiri di depan pelaminan, menyapa satu persatu tamu undangan.
"Kakak!" sorak Amrita. Air mata haru berhasil menetes saat ia melihat Kak Yuli, Kak Stela, Kak Arini dan anak kos lainnya yang sempat hadir diacara pernikahannya.
"Selamat sayang. Semoga menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warahmah" kata Kak Yuli dengan senyum manisnya. Aziz hanya bisa tersenyum manis menyapa semua tamu undangan.
"Terimakasih sudah hadir diacara pernikahanku" kata Amrita pada keluarga pondok mega.
"Amrita sayangku, cintaku, manisku! Akhirnya kamu tidak jomblo lagi" sorak Hanin sembari memeluk sahabatnya saat keluarga pondok mega telah kembali ke tempat duduk mereka masing-masing.
"Hahahaha. Bisa aja kamu" balas Amrita sembari membalas pelukan sahabatnya.
----------------
Seusai acara pernikahan, Aziz membawa Amrita di Perumahan Citraland Hertasning. Dalam perjalanan Amrita terus diam, begitupun dengan Aziz. Tak membutuhkan waktu lama, mereka pun sampai di perumahan. Aziz membukakan pintu mobil untuk
"Apa kamu butuh bantuanku?" tanya Aziz menatap Amrita.
"Tidak. Aku bisa jalan sendiri" balas Amrita.
Mendengar jawaban istrinya, Aziz pun mendahului sang istri untuk membuka pintu rumah. Sedang Amrita mengikuti langkah kaki Aziz dari belakang. Sesampainya di dalam, Aziz menghentikan langkahnya, berbalik menatap lekat manik mata wanita yang baru beberapa saat menyandang status Nyonya Zakri.
"Amrita, jaga diri kamu baik-baik. Ada motor Scopy digarasi. Dan ada ATM serta kunci motor di atas nakas " kata Aziz. Setelah mengatakan itu, Aziz melangkah ke luar dari rumah. Berjalan melewati Amrita yang diam mematung.
"Akhirnya, aku bisa menepati janjiku" batin Aziz saat melangkah. Namun langkahnya terhenti saat ia sudah berada di depan pintu.
"Om mau ke mana?" tanya Amrita berbalik menatap Aziz.
"Sesuai janjiku dua hari yang lalu" balas Aziz tanpa menatap Amrita.
"Jaga dirimu baik-baik. Pergunakan uang yang di ATM untuk biaya kuliahmu. Maaf untuk kesalahan yang pernah aku perbuat. Jika ibu datang ke sini, buatlah alasan agar ibu tidak curiga" ujar Aziz. Ia keluar dari rumah dan masuk ke dalam mobil.
Aziz melajukan mobilnya menuju jalan raya. Ia tidak tahu harus kemana dan akan bermalam di mana malam ini. Aziz sendiri tidak tahu, apakah perubahan itu karena ia jatuh cinta pada istrinya. Atau karena istrinya berstatus yatim piatu.
--------------------
Perumahan Citraland Hertasning
Amrita membuka gaun pengantinnya. Ia tersadar jika semua pakaiannya masih berada di pondok mega. Ia pun memilih duduk dibibir ranjang.
"Bagaimana mungkin aku mengganti gaun ini jika pakaianku berada di kos" gumam Amrita. Matanya menatap lemari yang tak jauh dari tempat duduknya. Amrita menghampiri lemari yang ia tatap sejak tadi. Ia membuka lemari tersebut, berharap ada pakaian yang bisa ia kenakan untuk sementara waktu.
"Kenapa bisa ada pakaian wanita di sini?" gumamnya sembari menyentuh pakaian yang tersusun rapih di dalam lemari. Anehnya, pakaian itu cocok dan pas untuk Amrita.
Ting... satu notifikasi masuk. Amrita mencari ponselnya dan ternyata ponselnya berada di atas nakas bersamaan dengan kartu ATM dan kunci motor. Amrita mengambil ponselnya membuka pesan lalu membacanya.
"Pakaian yang ada di dalam lemari adalah pakaianmu. Jika kamu tidak suka, kamu bisa memberikannya pada orang yang membutuhkan" pesan dari Aziz.
Amrita diam membisu, rasa bersalah menghantuinya. Namun ia berusaha untuk menolak rasa bersalah itu. Karena niatnya menikah adalah membalaskan dendamnya atas perbuatan Aziz padanya. Amrita hanya membaca tanpa membalas pesan dari laki laki yang belum lama menjadi suaminya.
Waktu menunjukan pukul 02:00 A.M, Amrita masih terjaga. Ia belum terbiasa tinggal di rumah sendirian. Berbagai macam gaya tidur sudah ia coba namun tetap saja, matanya tidak bisa diajak kompromi.
"Om Aziz tidur di mana? Tidak mungkin Om Aziz tidur di rumah Tante. Tidak mungkin dia tidur di rumah sakit" batin Amrita.
"Biar bagaimana pun, Om Aziz sudah menjadi suamiku. Haiss! Kenapa aku harus perduli padanya. Harusnya aku bahagia. Aku yakin, dia pasti tersika. Punya istri tapi tidak bisa ia sentuh" Amrita berkelut dengan pikirannya.
Waktu sudah menunjukan pukul 02:21 A.M, Amrita masih tetap terjaga. Ia mengambil ponselnya, membuka Aplikasi watshap. Ada nama Om Aziz distatus, Amrita pun membuka lalu melihat apa yang diposting Aziz.
"La Tahzan. Innallaha Ma'ana" Itulan status story watshap Aziz Zakri.
Amrita membaca postingan Aziz. "Aku yakin, Om Aziz sedang di luar dan tidur di dalam mobil" gumam Amrita. Tanpa menunggu lama, Amrita menghubungi Aziz.
Pantai Losari
Setelan berkeliling bagaikan orang bodoh, Aziz memakirkan mobilnya di dalam area parkiran yang berada dipantai Losari. Membuka pintu mobil, membiarkan angin sepoi sepoi yang bertiup riuh mengenai tubuhnya. Ia menatap jauh ke pantai, melihat orang-orang sedang bersantai di waktu yang menurutnya sudah sangat larut. Aziz tersadar dari lamunannya saat mendengar ponselnya berdering. Tanpa berpikir panjang, Aziz menjawab panggilan yang baru saja masuk.
"Assalamualaikum. Ada apa menelpon?" tanya Aziz.
"Waalaikumsalam. Om dimana?" tanya Amrita.
"Aku di mobil. Kenapa? Apa kamu takut?" Aziz kembali bertanya.
"Om buat apa di mobil?" Amrita kembali bertanya.
"Tidak buat apa-apa" balas Aziz.
"Cepat pulang ke rumah, aku takut. Besok pagi baru kita bicarakan lagi" kata Amrita.
"Aku tidak mau. Aku tidak mau kamu terganggu karenaku" ujar Aziz.
"Aku tidak mau tahu! Om harus pulang sekarang juga!" ketus Amrita.
Aziz memutuskan panggilan secara sepihak. Ia kembali menatap pasangan kekasih yang saling bertatap muka lalu tersenyum bersama-sama
"Andai kamu tidak lari dan membiarkanku terlihat seperti orang gila dikantor agama, mungkin sekarang kita sudah memiliki anak dan hidup bahagia" batin Aziz.
"Anaya, aku sudah menikah. Nama wanita itu Amrita. Dia tidak meninggalkanku tapi dia menikah denganku karena ingin membalas dendamnya. Dia dendam padaku, dia tidak mengatakannya tapi aku mengetahuinya. Dia tersenyum ramah padaku juga sering mengerjaiku, senyumnya membuatku lupa bahwa ada kebencian di dalam dirinya" ucap Aziz dalam hati. Pandangannya masih tertuju pada pasangan yang ada di hadapannya.