Kenneth memutuskan untuk mengasuh Keyra ketika gadis kecil itu ditinggal wafat ayahnya.
Seiring waktu, Keyra pun tumbuh dewasa, kebersamaannya dengan Kenneth ternyata memiliki arti yang special bagi Keyra dewasa.
Kenneth sang duda mapan itupun menyayangi Keyra dengan sepenuh hatinya.
Yuk simak perjalanan romantis mereka🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 13. Di Atas Perut
13
.
Keyra menghempaskan diri ke kasur, masih terbakar perasaan melihat Ken dan Madame Elvira bicara begitu lama. Ia mencoba mengalihkan kekesalannya, cara tercepat untuk tidak memikirkan Ken adalah… hiburan.
Ia menarik laptopnya, membuka tutupnya, dan segera menyalakan layar.
“Udah lah… nonton aja,” gumamnya kesal.
Ia membuka folder tersembunyi yang telah ia siapkan. Folder yang ia pakai untuk menyimpan film-film dewasa yang direkomendasikan temannya. Yaitu aplikasi biru yang diceritakan sebagai “pendidikan percintaan”.
Namun…
Keyra menegang.
Aplikasinya hilang.
Ia menggerakkan mouse cepat-cepat, mencari ikon itu dari ujung ke ujung layar.
Tidak ada.
Ia membuka folder lain.
Tidak ada.
Ia buka menu pencarian…
Mengetik: LO......
Hasil:
0 items found
Keyra ternganga.
“…Nggak mungkin.”
Tatapannya mengeras.
Ia buka tab unduhan.
Hasilnya juga kosong.
Firasat buruk langsung menerjangnya seperti palu godam,
KEN.
“KENNETH CEDRIC MILES!!”
Keyra hampir melempar laptop itu ke kasur.
Ia membuka pengaturan, berniat men-download ulang aplikasi itu. Namun…
Muncul peringatan:
Parental Control Active
You do not have permission to download this content.
Contact your device administrator.
Administrator:
Kenneth Cedric Miles.
Keyra menatap layar dengan mulut melongo, lalu berubah menjadi ekspresi tidak percaya yang amat sangat.
“…oh my God.”
Panas di wajahnya bukan lagi cemburu.
Ini murni kemarahan.
“Kenneth bener-bener… BENER-BENER... aaargghhh!!!”
Ia berdiri dari kasur, rambut acak-acakan, wajah memerah, telapak kaki menghentak karpet.
“Dia hapus APPS itu?! Terus dia aktifin kontrol orangtua?!”
Keyra memukul bantal.
“Aku udah TIGA JAM download itu kemarin! TIGA JAM!!”
Ia ingin berteriak.
Ingin menendang udara.
Ingin keluar kamar dan menuntut Ken bertanggung jawab atas kesembronoan moral yang ia kontrol seenaknya.
Namun ia hanya bisa menggeram keras,
“KEN!! Kamu bener-bener keterlaluan!!”
Keyra akhirnya jatuh terduduk ke karpet, memegang kepala, merasa hidupnya benar-benar dirampok oleh pria satu itu.
“Ken ini siapa, sih… penjaga moral atau babysitter?!”
Ia merenggut boneka kelincinya dan memukulnya lagi.
Rasanya sangat tidak adil.
“Dia ngobrol mesra sama Madame Elvira, tapi aku mau download app aja dilarang?!”
Kemudian ia mendengus keras.
“Ken makin ngeselin…”
Tapi di balik amarah itu… pipinya memanas lagi.
Kalau Ken ngapus itu… berarti Ken lihat, dong?
Keyra spontan menampar pipinya sendiri.
“Jangan mikir yang aneh-aneh, Keyra!!”
Tapi wajahnya semakin merah.
Ia tergeletak di kasur, menendang-nendang udara dengan kesalan yang tidak menemukan tempat.
“KENNNN!!!!”
.
Rumah sudah sunyi.
Lampu-lampu lantai bawah padam, hanya cahaya redup dari koridor lantai dua yang tersisa. Madame Elvira tampaknya sudah masuk kamar tamu sejak setengah jam lalu. Struktur rumah itu selalu terasa hangat setelah jam sembilan malam, tidak ada suara TV, tidak ada obrolan, hanya keheningan yang menenangkan.
Kenneth menghela napas panjang, akhirnya bisa merebahkan diri setelah hari yang melelahkan.
Ia sudah ganti baju, mengenakan kaos abu-abu longgar dan celana rumah yang nyaman. Di tangan kanannya masih ada buku tentang manajemen bisnis yang sedang ia baca. Ia setengah berbaring, bersandar pada kepala ranjang, mata hampir terpejam.
Ia benar-benar butuh waktu tenang.
Namun ketenangan itu hanya berlangsung tiga puluh detik.
BRAK.
Pintu kamarnya terbuka sedikit terlalu keras.
Ken langsung tersentak bangun.
“Keyra?”
Gadis itu berdiri di ambang pintu dengan wajah memerah karena marah, mata besarnya membara penuh emosi yang ia tahan sepanjang malam. Rambutnya agak berantakan, napasnya memburu, dan ekspresinya… tidak menunjukkan niat baik.
Tanpa menunggu izin, Keyra melangkah masuk.
“Ken,” katanya pelan namun dingin. “Kita perlu bicara.”
Ken menutup bukunya. “Sekarang? Sudah malam, Key.”
Keyra tidak menjawab. Ia menatap Ken dalam-dalam, bergeming, sampai Ken hampir bisa merasakan emosi itu menyengat udara.
“Aplikasinya,” ucap Keyra akhirnya.
“Kenapa Ken hapus?”
Ken menegakkan tubuh, mencoba tenang.
“Aku hapus karena itu tidak pantas untuk anak seusiamu, Keyra.”
“Tidak pantas menurut siapa?”
Keyra mendekat dua langkah, suaranya meninggi.
“Itu laptop aku. Ken nggak punya hak menghapus apa pun!”
“Kamu masih di bawah tanggung jawab Om,” balas Ken lembut namun tegas. “Om tidak mau kamu belajar hal semacam itu dari...”
“KEN MENGATUR SEMUANYA!” Keyra menjerit, suaranya pecah.
“Aku cuma mau nonton! Itu salah?!”
Ken mengusap wajahnya, berusaha tetap rasional.
“Key, mendidikmu itu tugasku. Kamu tidak bisa...”
“Tugas?!”
Keyra mendengus, semakin dekat.
“Kalau mau menghakimiku sebagai wali asuh, katakan di depan wajahku. Dekat.”
Ken baru hendak meminta Keyra keluar ketika gadis itu tiba-tiba naik ke kasur.
“Keyra, tunggu...”
Dan sebelum Ken sempat bergerak menghindar, Keyra langsung duduk di atas perutnya, menunduk, menantang dari jarak yang tidak seharusnya mereka punya.
Ken membeku.
Tubuhnya menegang seketika.
Napasnya tertahan, pikirannya kacau.
Bukan karena terjadi sesuatu yang buruk, tapi karena posisi ini terlalu dekat, terlalu intim, terlalu… berbahaya.
“Key, turun,” suara Ken serak. “Kamu nggak boleh begini.”
“Justru aku mau begini.”
Keyra mencondongkan wajahnya lebih dekat, matanya menusuk.
“Aku mau dengar alasanmu… dari sini.”
Ken menelan ludah, jantung memukul rusuknya.
Ia mengangkat kedua tangannya, bingung harus menyingkirkan gadis itu dari bagian mana tanpa salah sentuh.
“Keyra,” ucapnya tegas namun pelan, “kita tidak boleh berada dalam posisi seperti ini.”
“Kenapa?”
Tatapan Keyra tidak bergeser sedikit pun.
“Ken risih?”
“Ya,” jawabnya jujur, spontan.
“Sangat.”
Keyra terdiam sesaat, seolah memproses jawaban itu.
“Kenapa?” ia bertanya lagi, suaranya melembut. “Karena aku… begini?” Keyra membusungkan dadanya.
Ken memejamkan mata sebentar, mengumpulkan keberanian untuk tetap dewasa dalam situasi yang hampir membuatnya kehilangan kendali.
“Karena kamu… sudah bukan anak kecil lagi,” balasnya perlahan.
“Saat kamu duduk di atas tubuhku seperti ini, aku… merasakan hal yang seharusnya tidak boleh aku rasakan sebagai walimu.”
Keyra tertegun.
Wajahnya memerah samar, tetapi ia tidak langsung turun. Ia terlihat bingung, tersinggung, dan… senang? Semua bercampur jadi satu.
“Kalau begitu,” bisiknya, “kenapa kamu menghapus aplikasiku? Kenapa kamu batasi semua yang bisa aku lakukan?”
“Karena aku peduli,” Ken menatapnya dengan mata yang tegang namun jujur.
“Aku tidak mau kamu mencari jawaban dari hal-hal yang bisa menyesatkanmu… terutama di usia sekarang.”
Hening panjang tercipta.
"Oh, kalo Ken nggak boleh aku belajar dari aplikasi, kenapa bukan Ken aja yang mengajariku secara langsung." Cetus Keyra dengan senyuman nakal.
"KEYRA!!" Ken murka.
Tapi bukannya takut apalagi turun, Keyra malah bertindak nekad.
Apakah yang dilakukan oleh gadis itu?
.
YuKa/ 031225
keburu Keyra digondol Rafael😏
gitu aja terus Ken. sampe Keyra berhenti mengharapkanmu, baru tau rasa kamu. klo suka bilang aja suka gitu loh Ken. sat set jadi cowok. hati udah merasakan cemburu, masih aja nyangkal dengan alasan, kamu tanggung jawabku😭😭😭