PELAKOR ITU IBUKU SENDIRI

Melihat sikap putrinya, Tarjo hanya bisa membuang nafasnya dengan kasar, inilah yang dia takutkan jika anaknya tahu cerita masa lalu yang dialami ibunya yang disebabkan oleh dirinya dan juga keluarga mereka.

"Ayah tahu kamu kecewa nak, maafin ayah yah, ayah sudah berusaha memperbaiki segalanya tapi mungkin luka dihati ibumu tidak bisa hilang begitu saja, jadi dia begitu membenci kita".

Sri tidak menjawab apapun tapi tetap mendengar apa perkataan ayahnya, dia berbalik memunggungi sang ayah karena sangat kecewa.

"Kalian yang berbuat tapi aku yang mendapatkan kebenciannya, kenapa kalian tidak menjauhkan aku saja dari ibu agar aku tidak mendapatkan perlakuan seperti ini darinya??". Cicitnya pelan tapi masih didengar oleh sang ayah.

Tarjo hanya bisa menunduk dan menyesali segalanya, dulu saat dia masih muda egonya sebagai lelaki sangat tinggi, dia memaksa istri yang tidak pernah menyukainya untuk melayaninya sebagaimana kewajiban sebagai istrinya.

Ajaran orangtuanya begitu melekat pada dirinya jika seorang istri harus tunduk dan patuh kepada suaminya, harus melayani suami bagaimana pun keadaannya dan itu dia paksakan pada Siti waktu itu dan sekarang berdampak besar bagi mental dan juga hati mantan istrinya itu.

"Maafin ayah nak, istirahat lah, ayah keluar dulu, kalau ada apa-apa panggil ayah, ayah ada diluar". Ucapnya pelan.

Dia berharap anaknya mau memaafkan kesalahannya dimasa lalu karena biar bagaimanapun semuanya sudah berlalu.

Sri meneteskan air matanya, luka bathin ibunya pasti betul-betul mengguncangkan nuraninya sampai saat dirinya berselingkuh dengan menantunya sendiri pun, ibunya merasa biasa saja.

"Loh mas, kok mas keluar dari ruangan Sri, kenapa?? ". Tanya sang istri begitu melihat Tarjo yang keluar dari ruangan sang anak dalam keadaan lusuh.

"Dia tidak ingin diganggu dek, biarkan dia tenang dulu, dia masih butuh waktu sendiri". Ucapnya dengan lesu.

Melihat ada yang tidak beres dari tingkah suaminya, Niar memandang suaminya dengan penuh tuntutan.

"Apa yang sebenarnya terjadi mas? , jangan bilang jika tidak terjadi apapun, aku mengenalmu tidak sebentar". Ucapnya dengan penuh tuntutan.

Nadanya mulai berubah, dia sangat yakin ada yang disembunyikan oleh suaminya darinya selama ini menyangkut anak sulungnya.

Tarjo yang ditatap seperti itu oleh istri nya hanya bisa menghela nafasnya, dia tahu kalau istrinya tidak akan berhenti sampai dia berterus terang tentang yang terjadi didalam.

"Aku menceritakan semua masa lalu aku dan ibunya pada Sri dan bagaimana luka yang diterima oleh Siti selama ini dan kamu pasti sudah bisa menebak bagaimana reaksinya".

Tarjo memang menceritakan segalanya apda istrinya walau istrinya juga sudah tahu apa yang terjadi dimasa lalu karena dia juga bagian dari kehidupan mereka saat itu.

Mendengar jawaban suaminya, Niar menelan ludahnya bulat-bulat, dia yakin Sri pasti sangat marah kepada mereka semua termasuk pada dirinya karena ada diantara kedua orangtuanya saat itu.

"Ya sudahlah mas, mau bagaimana lagi, kita tidak mungkin selamanya menyimpan rahasia darinya selama ini, dia juga berhak tahu apa yang terjadi sehingga mbak Siti tak pernah mau menerima kehadirannya saat itu.

"Aku pikir, Siti akan menerima dia dek, karena biar bagaimanapun dia adalah putri yang dia kandung dan dia lahirkan tapi ternyata semuanya salah besar, karena kesalahan kami semua, Sri yang menanggung kebencian ibunya, beruntung Siti tidak membunuhnya saat itu".

Tarjo membuang pandangannya dari Istrinya, dia mengadahkan pandangannya dan membayangkan masalah lalu yang pelik dan penuh konflik saat itu.

"Kau harus nurut Siti, aku ini suamimu". Teriak Tarjo muda saat itu.

Saat itu usia mereka memang masih sangat belia tapi pemikiran dewasa untuk seusia mereka sudah melekat sebagai wanita dan pria semestinya.

"Aku tidak mau sudah kukatakan, jangan selalu memaksaku untuk melayani mu, aku ingin mencapai cita-cita ku tapi karena kamu dan keluarga besar sialan itu membuatku terkurung dalam pernikahan dini yang menyesakkan dan memuakkan ini". Teriak Siti tak kalah kerasnya dari sang suami.

"Aku kepala rumah tangga Siti, aku bekerja setiap hari dan memberimu makan, kamu seorang istri yang harus melayani suami dalam keadaan apapun tanpa bantahan". Ucapnya dengan garang.

Emosinya tak bisa dia bendung karena istrinya ini semakin hari semakin melawannya dan tak mau melayaninya, baik urusan bathin maupun lahirnya.

"Aku tidak mau, sudah kubilang aku tidak mau". Bentaknya tidak kalah garang.

"Aku tidak mau tahu Siti, kau harus melakukannya, ayo!! ". Ucapnya menyeret paksa sang istri untuk melayaninya.

Setiap kali mereka melakukan hubungan badan hanya Tarjo yang merasakannya karena Siti selalu dipaksa untuk melayani, dia seperti perempuan bayaran untuk melayani nafsu Tarjo karena selalu dipaksa.

Saat itu Siti pulang kerumah keluarganya dan mengadukan semua yang terjadi dalam rumah tangganya tapi yang dia dapat hanya amarah dan hentakan dari kedua orangtuanya.

"Aku tidak mau lagi bu, tolong bu aku ingin berpisah dengan orang itu, tolong". Ucapnya dengan penuh tangis.

Tarjo yang mengantar sang istri pun geram melihat aduan istri nya kepada kedua orangtuanya, sejujurnya dia malu tapi istri nya seakan tidak peduli.

"Memang apa yang terjadi, ibu lihat tidak ada tanda jika Tarjo itu memukul apalagi menganiaya kamu, kamu ini jangan mengada-ada". Kesal sang ibu menanggapi tangisan sang anak.

"Tapi dia selalu memaksaku berhubungan badanmu, katanya istri harus wajib melayani suaminya, tapi aku tidak amu bu, aku tidak mau sama lelaki itu". Ucapnya penuh deraian airmata.

Plak.

Siti jatuh tersungkur mendapatkan tamparan keras dari sang ayah, dia hanya bisa memegang pipinya yang terasa sakit dan panas.

"Keterlaluan kamu, wajar kalau suamimu memaksaku karena kamu tidak mau melayaninya, itu wajib, kebutuhan biologis itu harus dipenuhi seorang istri untuk suaminya agar suaminya tidak main serong, lah kamu malah tidak mau melayaninya sama sekali, kamu mau jadi istri durhaka, ha!! ". Bentak sang ayah dengan sangka keras.

" Tapi aku tidak pernah menginginkan pernikahan ini ayah, kalian semua lah yang memaksaku untuk menikah, aku ingin sekolah, aku ingin sukses dengan kakiku sendiri, dan kalian semua menghancurkan impian dan cita-cita ku". Teriak Siti dengan penuh luapan emosi, kecewa dan sakit hati.

" Tidak perlu sekolah tinggi Siti, kamu hanya anak perempuan, setinggi apapun sekolah yang dia dapatkan, dia tetap saja akan masuk dapur dan mengurus suaminya, jangan membantah". Hardiknya melempar vas bunga ke lantai dengan penuh emosi.

Sang ayah bahkan mendorong kepala Siti sampai tersungkur kebelakang karena emosi.

"Kalian semua jahat, aku tidak akan memaafkan kalian, tidak akan". Siti keluar dari rumah dan berlari.

Tarjo tersentak dari lamunannya saat istrinya itu memukul pundaknya.

"Apa yang kamu pikirkan?? ". Tanyanya dengan pelan.