NovelToon NovelToon
PENJINAK SANG AROGAN

PENJINAK SANG AROGAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Pernikahan rahasia / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Diam-Diam Cinta / Romansa / Nikah Kontrak
Popularitas:4.9k
Nilai: 5
Nama Author: YuKa Fortuna

Kisah romantis seorang aktor yang arogan bersama sang asisten tomboynya.
Seringkali habiskan waktu bersama membuat keduanya saling menyembuhkan luka masa lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YuKa Fortuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 13. Kejadian Mendebarkan

13

Udara malam di vila tepi pantai begitu lembap. Angin laut masuk lewat celah jendela, membuat tirai bergoyang lembut. Di luar, debur ombak terdengar berulang, irama yang biasanya menenangkan, tapi tidak bagi Allen malam itu.

Ia mondar-mandir di dalam kamarnya, memandangi kran wastafel yang kini hanya mengeluarkan air menetes kecil. “Ya ampun… macet gini lagi,” gumamnya kesal. Padahal ia baru saja ingin membersihkan dirinya sebelum tidur.

Setelah ragu beberapa saat, ia menatap jam dinding yang menunjukkan hampir tengah malam. “Aku harus lapor ke siapa coba…?” bisiknya. Lalu matanya tertuju ke seberang lorong, kamar Liang.

Allen menelan ludah. Mau tak mau harus minta tolong ke dia…

Dengan langkah ragu, ia mengetuk pintu pelan.

Tok… tok… tok…

Tak ada jawaban. Ia hendak berbalik, tapi suara berat itu terdengar dari dalam.

“Siapa? Allen?”

“I-iya, Ko. maaf ganggu… kran kamar mandiku kayaknya mampet deh. Airnya cuma netes sedikit banget.”

Pintu terbuka perlahan. Liang berdiri dengan rambut sedikit berantakan dan kaus tipis warna abu-abu, matanya masih berat tapi tetap tajam.

“Mampet? Hmm… mungkin ada karat di pipa bagian dalam. Sini, aku bantu lihat dulu.”

“Iya deh ko, kalo gak ngerepotin. Mungkin besok staf baru bisa benerin.”

“Iya bener. Udah jam segini gak enak mau nelfon staf. Kalo gak bisa cuci muka, kamu gak bakal bisa tidur kan?”

Allen menunduk malu, tapi mengangguk juga. Liang menutup pintu dan berjalan mendahuluinya ke kamar Allen.

Setelah beberapa menit mencoba memutar kran dan memeriksa bawah wastafel, Liang menyerah.

“Beneran mampet. Ya udah, pake kamar mandiku dulu aja kalo mau bersih-bersih. Aman kok.”

“Serius gak apa-apa ko?”

“Iya serius. Aku gak bakal liatin kok, tenang aja.” goda Liang sambil tersenyum tipis.

Allen akhirnya menuruti. Ia membawa handuk kecil dan beberapa perlengkapan mandi, lalu masuk ke kamar Liang. Suara air mengalir terdengar pelan dari dalam, sementara Liang duduk di tepi tempat tidur sambil memainkan ponselnya.

Beberapa menit kemudian, Allen keluar dengan rambut lembap dan wajah segar.

“Makasih ya, Ko. Sorry ganggu waktu tidurnya.”

“Santai aja. Udah segeran?”

“Seger banget ko. Sekarang bisa tidur nyenyak kayaknya.”

Liang hanya mengangguk, dan Allen buru-buru pamit kembali ke kamarnya. Ia menarik selimut, menutup mata, mencoba tidur.

Namun, baru beberapa detik sebelum terlelap,

matanya tiba-tiba terbuka lebar.

“Aduh… sabunku!” Allen tiba-tiba membuka mata kembali.

Ia terlonjak duduk, memegangi kepala. Sabun pembersih area intim yang tadi ia letakkan di tepi wastafel kamar Liang, tertinggal! Bagaimana bisa ia lupa?

Wajahnya langsung panas. "Kalo Koko Liang lihat… gimana kalo dia baca labelnya? Ya Tuhan, bisa tamat riwayatku!"

Ia berguling-guling gelisah beberapa menit, mencoba berpikir jernih. Akhirnya ia beranikan diri kembali ke kamar Liang.

Pelan-pelan ia mengetuk pintu lagi.

Tok… tok…

“Allen? Ada apa lagi?” sahut Liang.

“A-ada barangku ketinggalan di kamar mandi. Boleh aku ambil sebentar?”

“Oh, silakan. Pintu nggak dikunci.”

Ia masuk perlahan, matanya langsung menuju wastafel. Dan benar, sabun itu masih di sana, di sebelah sabun tangan vila.

Ia bergerak cepat, menyelipkannya ke dalam kantong hoodie.

Namun sebelum sempat pergi, Liang keluar dari kamar tidur dengan ekspresi heran.

“Kamu lupa sabun ya? Aku sempat lihat tadi. Kukira sabun muka kamu.”

Allen menegang, tertawa gugup, “I-iya, sabun muka. Hehe. Lupa banget tadi.”

Liang mengangguk santai, “Kamu kalo gak nyaman sendirian bisa pindah kesini kok.”

Allen menghela napas berat diam-diam.

“Makasih ya, Ko. Nanti kalo aku butuh ke kamar mandi aku bisa dateng lagi. Sekali lagi maaf ganggu.”

Liang tersenyum samar, “Kamu ini formal banget, Allen.. Nyantai aja. Aku gak kunci pintunya kalo sewaktu-waktu kamu mau ke kamar mandi.”

“Baik, ko.”

“Ya udah, istirahat sana. Besok kita snorkeling pagi, jangan kesiangan.”

Allen buru-buru mengangguk dan keluar, menutup pintu di belakangnya. Begitu tiba di kamarnya, ia menepuk dadanya keras-keras.

Allen berbisik lega, “Untung dia gak baca labelnya... kalo sampai tahu itu sabun area V... aku bisa ganti identitas mendadak!”

Ia lalu menenggelamkan wajahnya ke bantal, antara malu, lega, dan geli sendiri.

Sementara di kamar sebelah, Liang hanya menggeleng kecil sambil tersenyum samar.

Liang berbicara sendiri. “Sabun ‘muka’ yang wanginya aneh juga ya... hmm.” gumam Liang yang sebenarnya sempat memegang botol sabun tersebut waktu ia ke kamar mandi untuk buang air kecil.

Dan malam itu pun berlalu dengan dua pikiran berbeda, satu ketakutan karena rahasia nyaris terbongkar, satu lagi sedikit penasaran akan aroma sabun yang terlalu lembut dan ada sensasi herbal untuk sekadar sabun wajah.

**

Baru saja Allen menarik selimut ke dagu, matanya setengah terpejam karena lelah seharian, ketika ponsel di meja samping tempat tidurnya bergetar pelan.

Nada getar itu tajam di telinga, membuat jantungnya langsung meloncat.

Layar ponsel menampilkan nama yang membuatnya refleks duduk tegak.

Mas Aldrich is Calling...

Allen menatap layar itu beberapa detik sebelum akhirnya menelan ludah dan menekan tombol hijau.

“H-halo, Mas Aldrich?”

“Allen, Kamu belum tidur, kan?”

“Baru mau tidur, Mas? kenapa, ya?”

“Kamu bisa ke kamarku sebentar? Aku butuh teh hangat. Tenggorokan rasanya kering.”

Allen sontak menoleh ke jam dinding, 00.23.

Malam-malam begini minta teh?

Tapi ia menahan diri. “Baik, aku bawain sekarang,” katanya, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar.

Begitu panggilan berakhir, Allen buru-buru bangkit. Ia mengganti kaus tidurnya dengan hoodie dan celana panjang, lalu menuju dapur vila yang sepi. Lampu dapur menyala kekuningan, menyoroti wajahnya yang tampak setengah cemas, setengah lelah.

Ia mencari teh di lemari dapur, memilih teh crysant yang aromanya lembut.

Sementara air mendidih, pikirannya melayang.

Aldrich tidak bisa tidur? Atau… hanya ingin menguji aku?

Mulai berpraduga.

Begitu teh siap, ia menuangkannya ke dalam cangkir keramik putih, menatanya di atas baki kecil, dan berjalan pelan menuju kamar Aldrich yang berada di ujung koridor.

Lampu lorong remang. Ombak di luar terdengar bersahut-sahutan.

Ia mengetuk pelan.

Tok… tok… tok…

“Masuk.” sahut Aldrich dari dalam.

Pintu terbuka, dan aroma lembut cologne pria segera menyeruak. Aldrich berdiri di dekat pagar balkon yang menghadap laut, hanya mengenakan kaus putih dan celana pendek santai. Angin bertiup cukup kencang, hingga membuat rambutnya sedikit acak-acakan, matanya menatap jauh ke arah gelap laut.

“Kamu cekatan juga. Taruh di meja.”

“Baik, Mas.”

Allen meletakkan cangkir itu hati-hati di atas meja kecil di samping kursi. Tapi ketika hendak mundur, Aldrich menoleh perlahan. Tatapannya tajam, tapi bukan tatapan yang menakutkan, lebih seperti seseorang yang sedang menimbang sesuatu.

“Kamu kayaknya gugup, Allen. Aku ganggu waktu tidur kamu ya?”

“Gak, sama sekali nggak, Mas.”

“Hmm…” Aldrich tersenyum samar. “Kamu selalu bilang iya kalau disuruh, ya? Padahal ini udah waktunya istirahat.”

Allen bingung harus menjawab apa.

“Aku pikir… itu bagian dari pekerjaanku, Mas.”

“Pekerjaan? Ya, Mungkin. Tapi terkadang aku cuma butuh seseorang buat dengerin aku..”

Allen mengangkat kepala pelan, kaget mendengar nada suara Aldrich yang tiba-tiba terdengar… rapuh.

“Dengerin?”

“Ya. Orang-orang di sekitar aku, semuanya bicara, tapi gak ada yang benar-benar mendengar.”

Suara Aldrich rendah, serak, dan jujur. Malam itu ia tampak sangat berbeda, bukan aktor karismatik dengan sorot tajam yang mengintimidasi, melainkan pria dewasa yang tampak letih oleh sorotan dunia.

“Aku… bisa jadi pendengar yang baik kok, Mas. Kalo memang Mas ingin bicara.”

Aldrich tersenyum kecil, “Kamu kayaknya polos banget ya. Aku lupa kapan terakhir kali ada orang yang bilang begitu tanpa maksud tersembunyi.”

Allen menunduk, pipinya terasa hangat.

“Aku cuma berusaha jadi asisten yang baik.”

“Dan kamu melakukannya dengan sangat baik.”

Sunyi sejenak. Hanya suara ombak dan bunyi sendok yang menyentuh sisi cangkir.

Aldrich menyeruput tehnya pelan, menatap permukaan air laut yang berkilau samar diterpa cahaya bulan.

“Kamu suka laut, Allen?”

“Suka, Mas. Tapi belum pernah punya kesempatan lama di tepi laut begini.”

“Besok pagi ikut snorkeling. Liang gak akan keberatan ngajarin kamu. Aku mau lihat apakah kamu bisa santai juga, bukan cuma kerja terus.”

Allen kaget, “Aku? Ikut snorkeling?”

“Kenapa? Takut air?”

“B-bukan… cuma—”

“Jangan khawatir. Aku gak akan biarin kamu tenggelam kok.”

Nada suaranya terdengar ringan, tapi tatapan matanya terlalu dalam.

Allen hanya bisa tersenyum kikuk, lalu menunduk.

“Baik, Mas, kalo itu perintah, aku akan ikut.”

“Bukan perintah juga sih, tapi kayaknya seru aja kalo bertiga.” timpal Aldrich lalu menyeruput teh lagi, “Sekarang kamu boleh tidur. Aku cuma butuh teh, bukan teman begadang.”

“Baik, Mas. Selamat malam.”

“Malam, Allen.”

Allen berbalik hendak keluar, tapi sebelum menutup pintu, ia menatap punggung Aldrich sekali lagi, siluetnya tampak kesepian dalam cahaya bulan yang remang.

Ia menghela napas perlahan.

Orang seperti dia… ternyata juga bisa merasa sendiri.

Sementara Aldrich di sisi lain, masih memandangi laut tanpa bergerak.

Ia menaruh cangkir teh di meja, lalu bergumam pelan, hampir tak terdengar,

“Suara itu… suaranya lembut banget untuk ukuran cowok..”

Dan di kamar sebelah, Allen menatap sabunnya yang tadi disembunyikan di bawah bantal, lalu tersenyum miris.

"Semoga besok gak ada lagi kejadian yang nguji adrenalin… tapi, kayaknya, hidupku memang penuh kejutan sejak masuk ke dunia Aldrich Hugo."

Kejutan apa lagi yang akan ditemui Allen besok pagi?

.

YuKa/ 131025

1
🌻sunshine🌻
ya salam tabrakan melulu deh Allen sama aldrick 😄 nanti bisa bisa jadi sosoran tak sengaja lagi 😄
aku traveling sama petrick deh ih ..masak cuma di gosok doang dah nyembur 🤣
Ria Adek: Bikin basah.. 🤣
total 5 replies
Ria Adek
Terkadang yang namanya saudara itu nggak melulu saudara kandung.. Kita bisa menemukan sosok kakak atau adik justru pada orang lain.. Karena ketulusan seseorang itu tak memandang apa dan siapa.. Dan ketika kau menemukan ketulusan & perhatian dari seseorang, itu adalah sebagai bentuk rasa kasihnya terhadap mu..
Entah itu yang disebut cinta atau hanya simpati karena mereka menganggap mu seperti saudaranya sendiri..
Gitu loh Mas Aldrich.. 🤣🤣
Ria Adek: Kalau dapat yg se frekuensi ya Mbak.. Sampai lupa kita masih punya saudara kandung.. 🤣
total 5 replies
D.Nafis Union
sepertinya, 🤔 udah ketahuan tp masih kura² dalam perahu. 😅
D.Nafis Union: biar allen gk canggung mungkin😅
total 6 replies
Ria Adek
Yeay.. Hadir kedua.. 💃🏻💃🏻💃🏻
Ria Adek: Aamiin.. 🤣
total 5 replies
Nana2 Aja
gemes banget aku kak Yuka
makin penasaran aku jadinya
apakah Aldrich sdh tahu kebenarannya?
tapi dia pura-pura saja
berlagak tidak mengetahuinya
geregetan banget aku dibuatnya
semoga segera tiba waktunya
Aldrich membongkar penyamaran Allea
pasti kutunggu momennya
love love kak Yuka ❤❤❤
Terima kasih up nya🥰🥰🥰
Nana2 Aja: sepertinya begitu mbkZil🤭🤭🤭
total 6 replies
Anti Noor
Gairah tertunda , ada pelampiasan di depan mata langsung disodorin , 😂
Nana2 Aja: gratis gratis kata Ayumi
total 2 replies
Anti Noor
Lebih baik Aldric juga mengetahuinya , tinggal bagaimana dia bersikap , karena menurutku Aldric juga sdh curiga debgan gerak gerik Allen
Ria Adek: Nahh.. Bener, sembunyiin terlalu lama ntar jika ketahuan dari orang lain kan bisa ngamuk² pula Aldrich nya.. Ngerasa dibohongi.. Dikira jantan ternyata wanita.. 😁
total 1 replies
Biancilla
aldric ada yg ganjel gak waktu pelukan sama Allen wkkwkwkkwkwkk
Biancilla
ya ampun Allen untung kamu gak punya penyakit jantung 🤣🤣🤣🤣🤣
Biancilla
ya ampun Allen jangan ceroboh dah kalau kayak gini terus penyamaranmu bakalan cepet terbongkar
Biancilla
aldric semakin mencurigai Allen dan Allen semakin berdebar2 deketan aldric wah bisa CPT terbongkar nih
Ria Adek
Astaghfirullah..🤣🤣🤣🤣
Ria Adek: Iya Mbak.. Nggak habis fikri.. 🤣🤣
total 3 replies
D.Nafis Union
disana si mr. yg berpetualang, disini malah allen sendiri yg mimpi, sama huruf A kali yah, jgn² masih sodara jauh nih, Allen sm mr.AW, 😁vanaaaas 🔥🔥🔥🔥
Ria Adek: 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
total 12 replies
Nana2 Aja
waduh Patrick dapat rejeki nomplok. dibolehin jamah n isep 🍼🍼🍼Ayumi. salahmu sendiri Mi Ayumi, nikah sama yg sdh bangkotan, gak bisa muasin kamu akhirnya Patrick yang muasin kamu.
tenang Len, awalnya hanya mimpi, tapi pelan tapi pasti akan jadi kenyataan
Nana2 Aja: sama mbk Leha. kesannya kek dijual murah banget. astaghfirullah🤭🤭🤭
total 9 replies
Biancilla
jantung Allen sudah seperti genderang kalau Deket aldric itu tandanya apa....apa Allen sudah jatuh cinta y xixixixi
Biancilla
Allen mulai terpesona dengan aldric nih😍😍😍
AzkiaRuby
Ahirnya..
Untung aja Koko baik hati, setidaknya beban Allen sedikit ringan. Kalopun Aldrich tau semoga reaksinya kaya Koko.

Mulai seru nih.. lanjut Mak 💪😍
YuKa Fortuna: Kalo langsung nerima 22nya ga seru dong teh🤭
total 1 replies
AzkiaRuby
Jantungnya pindah ke lambung 😄
Ratih Tyas
Weh Allen seperti dah mulai ada debar debar cinta 🎶🎧🎤
Ratih Tyas
Matanya Allen dah mulai nakal🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!