Sejak kecil, Anul hanya dikenal sebagai anak yatim piatu tanpa asal-usul yang hidup di sebuah desa kecil. Tubuhnya tak pernah terluka meski dihajar, senyumnya tetap hangat meski dirundung.
Namun, siapa sangka di balik kesederhanaannya tersimpan rahasia besar?
Darah yang mengalir di tubuhnya bukanlah darah manusia biasa. Takdir telah menuliskan namanya sebagai pewaris kekuatan yang mampu mengguncang langit dan bumi.
Dari anak yang diremehkan, Anul akan melangkah menuju jalan bela diri, mengalahkan musuh-musuh kuat, hingga akhirnya menaklukkan Sepuluh Ribu Semesta.
Perjalanan seorang yatim piatu menuju takdir yang tak bisa dihindari pun dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr.Employee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Anul Vs Ramzi
Awan debu membumbung tinggi, menutup pandangan seluruh lapangan. Ramzi berdiri dengan tubuh tegap, senyum tipis di bibirnya.
Dalam benaknya ia sudah bisa membayangkan tubuh Anul yang terkapar tak berdaya. Di sisi lain, Pak Ghandi jatuh berlutut, wajahnya menunjukkan raut penuh putus asa.
Tinju Ramzi barusan bukan tinju biasa—itu jurus Pemecah Batu, jurus tingkat menengah yang mampu melipatgandakan kekuatan hingga empat kali lipat. Sebuah jurus yang dikeluarkan oleh seorang ahli bela diri tingkat Luar Biasa.
...****************...
Di luar jenis kekuatan bela diri, setiap pendekar di dunia ini memiliki klasifikasi berdasarkan kekuatan mereka.
Tingkatan itu murni berdasarkan kekuatan bertarung mereka tanpa memandang jenis kekuatan yang mereka latih.
Seorang Pendekar Biasa memiliki kekuatan bertarung di bawah hewan buas.
Pendekar Kuat akan memiliki kekuatan bertarung setara dengan seekor binatang buas.
Pendekar Luar Biasa memiliki kekuatan bertarung yang setara dengan empat ekor binatang buas.
Pendekar Tak Tertandingi akan memiliki kekuatan setara dengan enam belas binatang buas.
Dan yang terakhir sekaligus yang terkuat, Pendekar Sakti, memiliki kekuatan yang setara dengan dua ratus lima puluh enam ekor binatang buas.
Berdasarkan klasifikasi itu, Anul seharusnya berada di tingkat Pendekar Kuat hanya dengan mengandalkan tubuh fisiknya saja.
Sedangkan Ramzi yang sudah puluhan tahun berlatih bela diri sembari terus bertarung di pasukan kerajaan, sudah memasuki tingkat Pendekar Luar Biasa yang memiliki kekuatan setara dengan empat ekor binatang buas.
Hal itu berarti kekuatan Anul hanyalah seperempat dari kekuatan Ramzi.
Wajar saja Ramzi dan Pak Ghandi berpikir bahwa Anul sudah tidak bisa bertarung setelah menerima serangan Ramzi.
Di tambah lagi, Anul yang selama ini tidak pernah berlatih bela diri, sudah tentu tidak memiliki satu pun jurus bertarung.
Sementara Ramzi, dengan segala sumber daya yang didapatkannya selama berada di militer, memiliki beberapa jurus bertarung tingkat Menengah.
Ya, jurus bertarung juga dibagi menjadi beberapa tingkatan.
Tingkat Bawah, Tingkat Menengah, Tingkat Tinggi, dan Tingkat Tak Berujung.
Semakin tinggi tingkatannya, maka semakin kuat juga jurus itu.
Jika jurus Tingkat Bawah bisa mengeluarkan dua kali lipat kekuatan penggunanya, maka Tingkat Menengah akan meningkatkan empat kali lipat kekuatan asli penggunanya.
Begitu juga seterusnya. Yang artinya, serangan dengan jurus yang dikeluarkan oleh Ramzi saat meninju Anul, setara dengan kekuatan enam belas ekor binatang buas yang disatukan!
...****************...
Menurut pandangan Ramzi dan Pak Ghandi, sekuat apapun tubuh fisik Anul, dia tidak akan bisa bertahan setelah menerima jurus tinju Ramzi itu.
Gumpalan awan debu di kejauhan masih belum menunjukkan tanda-tanda menipis.
Mendadak dari awan debu itu melesat bayangan yang sangat cepat. Ramzi yang berdiri dengan gagahnya tiba-tiba terpental beberapa meter sebelum akhirnya terhenti dengan posisi tangan bersilang di dadanya.
Di tempat ia berdiri sebelumnya, sudah ada Anul yang tidak terluka sedikitpun, mencoba membantu Pak Ghandi untuk berdiri.
Kemunculan Anul itu mematahkan khayalan yang dimiliki oleh Ramzi sepenuhnya.
Pak Ghandi yang masih sedikit tidak percaya, meraih tangan Anul, berdiri dengan perlahan.
"Bocah ini sungguh tidak bisa diukur!" seru Pak Ghandi dalam hati.
Setelah membawa Pak Ghandi ke tempat yang agak jauh, Anul segera kembali ke atas podium batu. Di hadapannya tampak Ramzi yang masih berdiri dengan tenang menunggu Anul menyelesaikan urusannya.
"Tinjumu lumayan keras juga. Jika kau menyerah, kau akan mendapatkan sumber daya yang cukup dan bisa mendapatkan kekuatan yang luar biasa," ujar Ramzi, sekali lagi mencoba untuk membujuk Anul.
Mendengar apa yang dikatakan Ramzi, sebuah tanda tanya di benak Pak Ghandi akhirnya terjawab.
Saat Ramzi terpukul mundur, Pak Ghandi sama sekali tidak melihat serangan apa yang digunakan Anul untuk melakukan itu: Serangan Anul terlalu cepat!!
"Aku sangat tersanjung mendengar pujian dari Paman. Tapi maaf, aku tidak tertarik dengan tawaran yang Paman berikan," berhenti sejenak, "Bagaimana mungkin aku berguru di tempat yang hanya bisa menghasilkan pendekar lemah seperti Paman?" jawab Anul dengan nada penuh hormat namun langsung menyentuh titik lemah lawan bicaranya.
Wajah Ramzi sedikit memerah, namun ia menarik nafas panjang—emosinya pun mereda. Pemuda di depannya itu sungguh tidak biasa. Baik dari segi kekuatan atau pun pola pikir, semua di atas rata-rata.
"Kau mungkin tidak tertarik dengan departemen militer milik kerajaan Awan Petir. Tapi aku masih memiliki hal lain yang lebih baik dari sekedar mendapatkan sumber daya dari departemen militer sebuah kerajaan," tawar Ramzi
"Oh, bisakah Paman menjelaskannya padaku?" sahut Anul tampak tertarik.
"Aku tahu kau cukup pintar. Baiklah aku akan menjelaskan sedikit kepadamu. Desa ini sebenarnya menyimpan warisan beladiri dari seorang Pendekar Sakti bernama Bagjo.", melangkah ringan, "Dahulu, Pendekar Sakti ini sangatlah kuat sehingga dia bisa menguasai seluruh dunia. Semua warisan bela diri itu, saat ini tersimpan dalam tiga buah cincin yang dari generasi ke generasi hanya kepala desa lah yang mengetahui tempat di mana ketiga cincin itu disimpan.", ujar Ramzi menjelaskan.
"Tidak tertarik," sahut Anul dengan wajah datar.
Tanpa berkata lebih lanjut, Anul langsung menyerang Ramzi yang ada di hadapannya.
Dengan kecepatan yang tak terduga, Anul sudah berada tepat di depan Ramzi—tangan kanannya yang sudah terkepal.
Menghadapi serangan mendadak itu, Ramzi bersiap untuk menghindar mundur.
Tapi tinju Anul terhenti, secara cepat memutar tubuhnya, mengganti serangannya menjadi sebuah serangan sikut—tepat memblokir arah hindaran Ramzi.
Menyadari serangan Anul yang tidak mungkin dihindari, Ramzi menahan serangan sikut Anul menggunakan telapak tangan.
Serangan Anul terus mendorong Ramzi mundur beberapa langkah sebelum akhirnya terhenti.
Tanpa memberikan kesempatan bagi Ramzi untuk bernapas, pemuda itu memutar badan sekali lagi, kali ini menyerang menggunakan kaki.
Sebuah tendangan yang terarah dan terukur, menyabet langsung ke arah perut samping.
Ramzi sekali lagi memblokir serangan Anul dengan menggunakan kedua lengannya menyebabkan tubuhnya sekali lagi terhuyung mundur.
Saat tendangan Anul bahkan belum berhenti mendorong Ramzi mundur, Anul sekali lagi melayangkan tinjunya ke kepala Ramzi.
Kedua tangannya masih sibuk menahan tendangan Anul, Ramzi yang sama sekali tidak punya kesempatan untuk menangkis tinju Anul itu terpaksa menghadapinya secara langsung menggunakan kepalanya.
Tinju Anul tepat mengenai pipi kanan Ramzi.
Kekuatan tinju miliknya itu membuat tubuh Ramzi berputar beberapa kali di udara sebelum akhirnya terhempas ke tanah.
Ramzi yang terhempas segera bangkit kembali, darah segar mengalir di sudut bibirnya. Ia lalu berteriak melampiaskan amarah.
Saat berteriak itulah, ada beberapa benda yang tampak meloncat keluar dari dalam mulutnya.
"Bagaimana rasanya kehilangan gigi?", ejek Anul sambil tersenyum puas.
Ramzi tidak menggubris ejekan Anul. Ia sadar sudah ceroboh karena menganggap kekuatan Anul jauh dibawahnya dan tidak waspada sedikitpun sebelumnya.
Ramzi menyangka bujukannya akan berhasil, dan saat Anul lengah ia akan langsung membunuh pemuda itu dalam sekali serang.
Tapi yang terjadi sungguh diluar perkiraan.
Tidak hanya tidak tertarik sama sekali dengan warisan Bagjo, bocah itu malah langsung menyerang tanpa memberikan waktu bernapas sedikit pun.
Anul terus menatap Ramzi dengan tenang. Dari pertarungan sebelumnya, tampak kekuatan tubuh fisik Ramzi berada di bawah kekuatan fisik miliknya.
Namun Anul tidak berani meremehkan Ramzi.
Saat ini Ramzi belum mengeluarkan kekuatan penuhnya.
Sebagai seorang anggota militer, tentu saja Ramzi memiliki kekuatan tenaga dalam. Alasan kenapa Anul bisa mendapatkan keuntungan dari serangan barusan adalah karena Ramzi tidak sempat menggunakan jurus ataupun mengaktifkan tenaga dalam miliknya.
Pertarungan barusan murni pertarungan kekuatan fisik.
Samar-samar tubuh Ramzi menampakan sedikit aura yang membuat udara di sekeliling tubuh Ramzi sedikit terdistorsi. Sama seperti udara yang ada di sekeliling api yang menyala.
Melihat hal itu, Anul tahu jika Ramzi sudah mulai serius dan mulai menggunakan tenaga dalam.
Ramzi mendadak menerjang ke arah Anul dengan kecepatan yang tidak kalah dengan serangan mendadak Anul sebelumnya.
Tinju kedua orang itu saling beradu, di sambung dengan kaki dan tapak, lalu sikut dan kaki...
Kecepatan dan kekuatan mereka berdua berada di level yang sama!
Dalam waktu beberapa tarikan nafas, mereka sudah bertukar lebih dari puluhan gerakan, tanpa ada satupun yang menang di antara mereka.
Di tempat mereka saling bertukar pukulan, udara sekelilingnya tampak terdistorsi.
Pak Ghandi yang menonton dari kejauhan bahkan tidak bisa melihat pergerakan kedua orang yang sedang bertukar serangan itu.
Untuk Ramzi yang sudah menggabungkan kekuatan fisik dan tenaga dalamnya, kekuatan semacam itu adalah hal yang masih bisa diterima dengan akal sehat.
Namun bagi Anul, yang hanya menggunakan tubuh fisiknya untuk bertarung imbang dengan Ramzi, adalah hal yang sangat mengejutkan bagi orang yang menontonnya.
Beberapa jam berlalu begitu saja, Anul dan Ramzi masih terus melakukan jual beli serangan tanpa ada seorangpun yang mendapatkan keuntungan.
Entah sudah berapa gerakan yang mereka berdua gunakan, tak ada yang bisa menghitungnya.
Yang lebih membuat kagum adalah, kekuatan dan kecepatan mereka berdua tidak menunjukkan tanda-tanda melemah karena kelelahan.
Ramzi yang memiliki kekuatan dan pengalaman jauh di atas Anul mulai merasa kesal.
Kekuatan bocah yang sedang bertarung dengannya itu bahkan bisa mengimbangi kekuatan dan kecepatannya yang sudah menggabungkan tenaga dalam dan tubuh fisik.
Berada dalam posisi buntu seperti ini sebenarnya sangat membuat depresi. Terlebih lagi yang menyebabkan posisi buntu ini adalah bocah berusia enam belas tahun yang hanya mengandalkan kekuatan fisiknya.
Tapi walaupun kesal, Ramzi tetap terus bertarung dengan cara seperti itu.
Walaupun kekuatan fisik anak yang sedang bertarung dengannya itu sangat luar biasa, tapi kekuatan fisik tetap ada batasnya.
Berbeda dengan dirinya yang sudah menggabungkan tenaga dalam dan juga fisiknya, dalam hal stamina sudah jelas jauh lebih unggul dari anak yang hanya mengandalkan kekuatan fisik.
Saat nanti Anul menunjukan tanda-tanda melemah karena kelelahan, maka Ramzi akan langsung menghabisinya dengan jurus bela diri miliknya.
Sebenarnya Ramzi bukannya tidak ingin langsung menggunakan jurusnya, hanya saja pada tingkatannya saat ini, ia hanya mampu mengeluarkan paling banyak empat jurus dalam sehari.
Biaya yang dikeluarkan oleh satu jurus bela diri sangat membebani stamina seseorang.
Jika Ramzi menggunakan terlalu banyak Jurus yang menyebabkan staminanya habis, maka setelah itu Ramzi tidak akan bisa bergerak sampai staminanya pulih.
Pada saat stamina Ramzi habis dan Anul masih sanggup bergerak, maka kekalahan Ramzi sudah dapat dipastikan.
Tadi Ramzi sudah mengeluarkan jurus tinju pemecah batu miliknya, namun Anul bahkan tidak terluka sedikitpun.
Sebelum Ia yakin bisa mengalahkan Anul dengan jurusnya, maka Ia hanya akan terus bertarung dengan cara mengulur waktu seperti ini.