Lanjutan Chelsea and The Ghosts
Bermula dari Seiichi Park yang dihantui oleh arwah gadis koma bernama Sasikirana, membuat dirinya terlibat kasus kejahatan yang sadis, terstruktur hingga tidak memperdulikan nyawa manusia.
Kasus Sasikirana membuat Seiichi bersama dengan Divisi Kasus Dingin Polda Metro Jaya berhadapan dengan mafia hukum yang bukan hanya dari kejaksaan tapi juga kehakiman.
Puncaknya, saat ada korban, Klan Pratomo pun turun membantu para polisi-polisi yang masih lurus dan berdedikasi.
Generasi ke delapan klan Pratomo
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Integritas
"Anda jangan macam-macam dokter Lucky! Anda berani menentang panggilan kejaksaan!" ancam salah satu pegawai kejaksaan disana.
"Karena apa yang anda lakukan itu tidak sesuai prosedur! Saya sudah melakukan sesuai prosedur! Silahkan anda cross check ke Kapolda dan Kapolri! Lagipula, saya curiga ... Kenapa anda lebih memikirkan hal remeh seperti ini sih? Apakah ada main kedip mata?" senyum Dokter Lucky.
"Anda ...." Salah satu orang hendak maju untuk menyerang dokter Lucky namun ditahan oleh rekannya.
"Oh, semua orang melihat bagaimana arogansinya orang kejakasaan tinggi ! Semua orang disini bisa bersaksi termasuk CCTV. Tunggu saja saya gantian menuntut anda," senyum Dokter Lucky.
Suster Lia menatap tajam ke keempat orang itu tapi mereka juga kaget karena di belakang Dokter Lucky ada seseorang yang siap bertarung.
"Kita pergi dulu dengan surat baru!" Keempat orang itu pun pergi meninggalkan Dokter Lucky dan suster Lia.
"Jangan bilang suster Intan di belakang aku dengan gaya ingin gulat," ucap Dokter Lucky ke suster Lia. Keduanya pun menoleh dan melihat suster Intan sudah berdiri dengan tangan di pinggang.
"Jika empat berseragam coklat tua itu masih ngeyel, akan aku beri kecupan di telinga mereka yang kopokan!" ucap Suster Intan galak.
"Jorok ih!" ucap Dokter Lucky. "Apa perlu aku pinjamkan toa?"
"Tidak perlu. Paru-paru ku cukup udara untuk bersaing dengan toa," senyum Suster Intan.
Dokter Lucky dan suster Lia tersenyum karena suster Intan pernah membentak seorang keluarga pasien yang ngeyel mau masuk ruang ICU bahkan satu lantai mendengar suara kerasnya.
***
Ruang Kapolda Metro Jaya Jakarta
"Memang nona Sasikirana dipindahkan dari RS Bhayangkara ke PRC Hospital karena satu, Bhayangkara membutuhkan ruang ICU apalagi dengan kondisi koma. Itu juga membebankan biaya per hari disana sementara PRC bersedia menanggung semua biayanya. Kedua, semua sudah sesuai dengan prosedur jadi kejaksaan tidak ada yang salah," ucap Kapolda Metro Jaya, Filbert Syahputra.
"Kenapa anda mengijinkan pak Kapolda?" protes jaksa tinggi di seberang telepon.
"Apa anda mau menanggung biaya pengobatan? Atau ... Anda punya agenda lain pak Jaksa?" ucap Filbert Syahputra.
"Anda ... Baiklah. Tapi saya minta penyidikan kematian Ammar Thahir dibuat selambat mungkin! Selamat siang!"
Filbert Syahputra menghela nafas panjang lalu mematikan ponselnya. Pria itu menatap dua orang di depannya.
"Aku benar-benar tidak habis pikir mas Dean, mas Rayyan. Bagaimana bisa aku mengajukan semua barang bukti jika saban aku berikan ke kejaksaan, semua hilang! Untung aku selalu menyimpan duplikatnya," keluh Filbert Syahputra.
"Mas Filbert, aku tahu anda keponakan ketua BIN Lucas Syahputra yang bersahabat baik dengan keluarga Pratomo, bahkan waktu mas Lachlan, mas Raiden, mas Sagara dan pak Shohei dipenjara dulu dibantu oleh beliau. Aku tidak tahu kenapa kamu dipilih menjadi Kapolda ... Apa berhubungan dengan kasus jaksa Ammar Thahir?" tanya Irjen Dean Thomas.
"Bisa jadi mas Dean. Aku hanya berpikir, pihak pusat sengaja menempatkan aku disini karena aku berteman baik dengan keluarga Pratomo. Jadi mereka mengira aku bisa membujuk kalian tutup mata soal kasus Ammar dan Saida Thahir," jawab Filbert Syahputra. "Tapi aku tahu, kalian tidak bisa diam saja kan kalau ada yang tidak beres?"
Irjen Dean Thomas dan Brigjen Rayyan mengangguk.
"Aku memang Kapolda tapi aku tidak bisa seenaknya karena Kapolri pun ada main."
"Mas Filbert mau membongkar kasus pembunuhan Ammar dan Saida Thahir? Itu semakin membuka kotak Pandora lho," ucap Brigjen Rayyan.
"Aku tahu. Kita ini polisi lurus tapi yang b@jing@n lebih banyak!" geram Filbert.
"Sekarang, mas Filbert mau membersihkan Polda atau tidak. Kita sudah cukup repot dengan orang-orang serakah itu! Terserah mas Filbert, mau meninggal nanti dengan nama baik atau dihujat," senyum Irjen Dean Thomas.
Filbert terkejut saat mendengar ucapan pria yang lebih senior darinya tapi selalu menolak jabatan strategis yang 'basah' dan lebih suka memecahkan kasus lama.
"Mas Dean kenapa bicara begitu?"
"Karena lawan kita mengerikan dan nyawa kita taruhannya. Realistis saja, TST ( tahu sama tahu ) bahwa orang sendiri pun lebih kanibal dari hewan kanibal itu sendiri !" senyum Irjen Dean Thomas.
Filbert berasa hawa dingin menusuk di ruangannya. Dia seperti merasakan aura gelap karena percakapan soal kanibal.
Apa karena mereka berhubungan dengan arwah jadi ada arwah-arwah orang-orang yang penasaran ikutan hadir disini? - batin Filbert Syahputra.
***
Ruang Kerja Divisi Kasus Dingin
"Malang?" tanya Kombes Purn Jarot. "Coba kamu ceritakan dik Arief."
AKP Arief pun bercerita tentang situasi yang dialami oleh Aldi Daud. AKBP Atikah, Seiichi dan Sasikirana tampak menyimak dengan serius.
"Semoga hanya dicopet tasnya bukan dibunuh demi identitasnya," ucap AKBP Atikah.
"Coba aku hubungi polres Malang." Kombes Purn Jarot mencari kontak seseorang di ponselnya lalu menghubungi nama yang ada di kontak itu. "Assalamualaikum dik Vincent. Masih di polres Malang?"
***
Ruang Kerja Dokter Lucky dan Dokter Rahmat
"Kejaksaan lah gabut atau gimana sih? Kita kan sudah sesuai dengan prosedur! Dokter Daffa, Kapolda dan Kapolri sudah acc karena tidak mungkin disini dengan biaya yang membengkak! Sementara di PRC, semua biaya ditanggung Aizen Akihiro!" omel Dokter Rahmat yang emosi dan Dokter Lucky baru kali ini melihat rekan sejawatnya bisa marah.
"Nah itu. Jadi pertanyaan kan?" jawab Dokter Lucky.
"Kamu tidak kasih kata-kata mutiara?" senyum Dokter Rahmat.
"Baru sepersepuluh tapi sudah ada suster Intan di belakang dengan wajah pesumonya. Lha pegawai kejaksaan yang datang kurus-kurus, suster Intan macam pesumo. Kebayang kan dibanting dengan diangkat terus masih ditibani dengan body saingan dengan kuda nil?" jawab Dokter Lucky membaut Dokter Rahmat menggeleng geli sementara suster Lia melongo.
"Papanya Kenzie body shamming!" protes suster Lia.
"Eh iyakah?" balas Dokter Lucky polos.
"Aku adukan ke Dok Daisy!" ancam Suster Lia.
***
Ruang Pertemuan Divisi kasus dingin
"Titis Suryani masih hidup!" lapor AKP Arief membuat AKP Steven dan Shea merasa lega.
"Alhamdulillah ...."
"Tapi memang dia membuat laporan kehilangan tas waktu makan di sebuah club. Di CCTV tidak terlihat karena saat penuh orang jadi tidak bisa diketahui yang mana pelakunya," jawab AKP Steven.
"Setidaknya dia masih hidup. Sekarang, bagaimana kita melacak si Lenny Martina. Apakah masih di Jawa Barat atau sudah kabur ke Sumatera," ucap Shea.
"Berapa uang yang ada di tabungan kamu?" tanya AKP Steven ke Aldi Daud.
"Ada ... Lima puluh juta."
Ketiga orang dan keempat arwah saling berpandangan. Uang sebanyak itu bisa kemana-mana.
***
Yuhuuuu up Sore Yaaaaaaaa gaeeesss
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️
spa tau bnrn jdoh,kn bru pcaran jg tu pjaan htimu....mnta sm ka hana spya klian brjdoh....😂😂😂
mending sama bu grace aja🤭
mas faris mau jd pekesor????
udh tau pnya pwang,mlah mau nikung ktanya.....🤣🤣🤣
tapi kasihan juga nanti cucunya ustadz Amir