NovelToon NovelToon
Petualangan Danu

Petualangan Danu

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Romansa Fantasi / Kisah cinta masa kecil / Cinta Seiring Waktu / Epik Petualangan
Popularitas:932
Nilai: 5
Nama Author: mengare

Bayangkan, kedamaian dalam desa ternyata hanya di muka saja,
puluhan makhluk menyeramkan ternyata sedang menghantui mu.

itulah yang Danu rasakan, seorang laki-laki berusia 12 tahun bersama teman kecilnya yang lembut, Klara.

Dari manakah mereka?
kenapa ada di desa ini?
siapakah yang dapat memberi tahuku?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mengare, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Terbuka

Makan malam mereka berlangsung dengan penuh kehangatan, Danu beberapa kali ditegur oleh ibunya karena mencoba meraih makanan yang jauh dari jangkauannya.

"Hiss, anak ini!! Udah ambil yang di depan saja dulu. Gak sopan tahu!!" Tegur ibunya.

"iya Bu..." jawab Danu, tapi tidak sampai satu menit Danu sudah mengulanginya lagi.

Nyonya Cendana dengan kesal mengetuk tangan Danu yang akan menggapai makanan dengan sendok yang dipegangnya.

"Hayo!! Ulangi lagi." ancam Nyonya Cendana.

Hal ini membuat Tuan Senja dan Kakek Surya tidak bisa makan dengan tenang, berbeda dengan Fareza yang tertawa kecil melihat kenakalan Danu. Apalagi melihat raut wajah Danu yang mengkerut karena kesal.

"Danu bagaimana kami mencoba mencicipi makanan ini untuk kakak?" tawar Fareza pada Danu sambil menyajikan sup jamur tiram padanya.

"Kenapa tidak kakak sendiri saja?" tanya Danu dengan polos.

"Aduh bagaimana ya? Kakak kan belum boleh makan sembarangan karena baru sembuh jadi Danu mau cicipi untuk kakak ya?" rayu Fareza.

"Kakak tenang saja! Ibuku masaknya gak sembarangan kok. Kalau ibu sembarangan aku pasti sudah keracunan dari dulu."

"hempf"

Tuan Senja tiba-tiba tersedak karena hampir tertawa tapi segera berusaha tenang karena istrinya yang menatapnya dengan pandangan mengancam, termasuk Kakek Surya yang sebenarnya juga menahan tawa.

"Hem, bapak ngapain sih?" tanya Danu, merasa tidak ada yang salah dengan ucapannya.

"Bukannya masakan Nyonya Cendana yang sembarangan tapi aku yang tidak boleh makan selain yang sudah ditentukan." jelas Fareza, dia dapat menebak penyebab reaksi Tuan Senja.

"Ya sudah Danu cicipi tapi kalau Danu yang makan bagaimana Kak Fareza tahu rasanya?"

"Ya kamu tinggal cerita saja bagaimana rasanya." jawab Fareza.

Danu mengikuti perintah Fareza, tapi masih belum faham maksud dari Fareza dan hanya sekedar mencoba saja.

Begitu Danu selesai memakan makanan itu, Fareza menyuruhnya untuk mencoba lagi dan lagi hingga tak terasa kalau makanan yang ada di piring Danu habis.

"Sebenarnya Kak Fareza nyuruh aku mencicipi atau makan sih?!" protes Danu, merasa dirinya dicurangi.

Sementara Fareza dan Nyonya Cendana tersenyum puas.

...*****...

Hari sudah gelap dan terdengar suara ketukan pintu serta panggilan Ares dari luar.

"Permisi, Nona, saatnya kembali."

Tok tok tok

Fareza telah bersiap bergi dan mengganti sarung tangan yang dikenakannya. Dia mengelus kepala Danu dan berpamitan, "Kakak pulang dulu ya. Kamu jangan nakal, kasian ibumu nanti."

Danu memiringkan kepalanya mencoba untuk menghindari elusan Fareza. "Iya-iya, Aku tahu kok. Aku udah besar jadi Kak Fareza gak perlu ngusap kepala Danu."

Fareza tertawa mendengarnya. Tak lama kemudian Nyonya Cendana membawa bungkusan yang diberikan kepada Fareza.

"Apa ini?" tanya Fareza.

"Ini jamur tiram dari hasil budidaya kami, untuk suami anda. Saya yakin tuan pasti suka dengan jamur ini. Di dalam juga ada catatan resepnya." jawab Nyonya Cendana dengan ramah.

"Waah, terima kasih." sambut Fareza.

...***...

Akhirnya Fareza pergi bersama suaminya melewati malam yang gelap dengan berbekal lentera sebagai penerangan.

Ares mendorong kursi roda perlahan, dia dapat mengetahui perubahan suasana hati Fareza dari senyuman manis di wajahnya.

Mereka tetap diam sampai Fareza menoleh ke belakang dan bertanya pada Ares, "Apakah kamu sudah makan"

"Belum" jawab Ares.

"Bagaimana kalau nanti kita masak jamur ini saja?" tawar Fareza.

"boleh" jawab Ares lalu suasana kembali hening sampai mereka sampai di penginapan dan mendapati banyak tenda yang berdiri di sekitar penginapan.

Terlihat banyak sekali orang-orang kuat yang datang serta beberapa prajurit kerajaan dari yang bertugas dari kota dan sekelompok petualang dari guild sekitar yang mengenakan seragam yang sama pada tiap anggotanya.

Banyak dari mereka yang sedang membantu membangun tenda, sekedar mengobrol, atau berlatih secara terbuka bahkan suasana sempat ramai saat ada yang akan latih tanding tapi dibubarkan oleh pemimpin mereka yang kemudian membubarkan kerumunan.

Ares memperhatikan sekitar dengan pandangan datar. "Hem.. tampaknya orang-orang lemah ini datang untuk menyelesaikan permasalahan di sini." begitulah pikirnya.

Dia mendorong kursi roda Fareza dan merasa kalau tubuh Fareza bergetar. Mata Ares pelipis mata Ares membuka lebar, dia baru menyadari perubahan besar sikap Fareza.

Fareza mengeluarkan keringat dingin, dia mengaitkan genggaman tangannya, mencoba menahan getaran tubuhnya. Dia menatap memandang ke bawah, mencoba menjauhkan pandangan dari keramaian dengan wajah yang masam dan pucat, dipenuhi dengan rasa takut dan frustasi.

Ares menyentuh pundak Fareza. Sentuhan itu membuat Fareza mengalihkan pandanganya pada Ares. Dia segera memegang tangan Ares yang menyentuh pundaknya. Sentuhan yang sederhana tapi sangat berarti bagi Fareza.

Getaran tubuh Fareza perlahan mereda. Dia memegang erat tangan Ares dan memohon, "Ayo kita kembali ke kamar."

Suara Fareza terdengar serak dan kaku seolah menahan tangisan. Muncul beberapa kilasan ingatan yang membuatnya merinding. Sekumpulan pasukan yang menariknya secara paksa pada sebuah tempat gelap lalu merobek sesuatu darinya. Ingatan itu datang secara terputus-putus seolah menyerangnya perlahan.

semakin lama dirinya mengingatnya semakin pusing dia, bahkan hampir ingin muntah karenanya.

Ares segera menanggapi permintaan Fareza dan mendorong masuk kursi rodanya ke dalam kamar dan merebahkan Fareza dengan hati-hati. Fareza berbaring sambil memegang lengan Ares dengan kuat lalu duduk untuk memeluk Ares.

Ares tidak menolak dan hanya diam membiarkan Fareza berbuat semaunya walau sebenarnya lebih karena dia tidak tahu harus berbuat apa.

Fareza memeluk Ares dengan erat. Samar-samar terdengar suaranya yang mengerang ketakutan.

"Ares.. Aku takut. Tolong jangan pergi." bisik Fareza dengan memelas.

"aku disini." jawab Ares singkat.

*****

Di belakang pekarangan rumah,

Danu dan Tuan Surya berdiri bersama di bawa bintang dan bulan yang menghiasi malam meski gelapnya malam tidak hilang karenanya.

Danu berdiri dengan tegak di depan bapaknya, wajah mereka tampak serius.

"Apakah kamu sudah siap?" tanya Tuan Surya memastikan.

"Iya, aku siap." jawab Danu dengan mantap.

"Baiklah aku akan membuka segel aura yang bapak pasang dulu, setelah semua kekacauan ini berakhir kita akan mulai kembali latihan kita yang terhenti 1 tahun." terang Tuan Senja.

Danu mengangguk menunjukkan kalau dirinya faham.

Tuan Senja membungkuk hingga tingginya sejajar dengan Danu. Dia mengarahkan kelima jarinya pada uluh hari Danu.

"Danu perhatikan baik-baik teknik warisan keluarga yang dapat menyegel aura orang tanpa bisa disadari oleh pihak ke tiga." perintah Tuan Senja lalu mengalirkan auranya pada ujung-ujung jarinya dan membentuk pola unik pada masing-masing jari.

Dia menempatkan jarinya pada uluh hati Danu. Wajah Danu tampak berkeringat dan agak mengerut karena sensasi terbakar dari ujung dari bapaknya.

Saat ujung jari-jari tangan Tuan Senja ditarik sedikit setelah menyentuhnya, aura Tuan Senja terlihat terhubung dengan tubuh Danu dan dalam sekejap dia mendorong Danu dengan kuat hingga Danu terangkat dan terhempas.

Danu menjaga tubuhnya tetap tegap meski dia terhempas ke belakang.

Meski menyakitkan tapi dia dapat merasakan energi hangat yang mengalir ke seluruh tubuhnya. Dia dapat merasakan energi halus yang perlahan melapisi tubuhnya dan perlahan menyebar dengan kuat.

Meski secara kasat mata tidak terjadi apa-apa, aura yang dipancarkan Danu memancing banyak perhatian dari kejauhan.

Energi itu murni serta mengandung energi positif dan negatif yang seimbang, Klara bahkan dapat merasakannya dari kejauhan tak terkecuali Ares dan Fareza yang tengah tidur bersama sambil saling berpelukan.

Mereka tidak tahu dari mana aura itu berasal tapi semua orang yang peka terhadap aura dapat merasakan aura itu bahkan Serigala mata enam-pun menggeram mengeluarkan energi hitam seolah merasa dirinya diancam, energi yang kuat hingga membuat batu kecil disekitarnya bergetar dan hewan-hewan kecil berlari pergi darinya. Serigala itu sedang menahan tubuh kesatria kegelapan yang tak berdaya dengan satu kakinya.

Tuan Senja tersenyum puas dan melipat kedua tangannya. Dia menatap Danu dengan penuh kebanggaan.

"Danu sekarang tekanlah aura mu. Takan hingga kamu merasa tidak ada energi yang keluar dari dirimu." perintah Tuan Senja.

Danu mengangguk lalu menekan auranya kembali yang membuat aura itu yang tersebar menghilang tanpa jejak.

Tuan Senja mengusap kepala Danu lalu pergi ke dalam rumah sambil berkata, "Kamu itu punya aura yang besar tapi sayangnya tidak punya kepekaan terhadap aura. Ya sudah, ayo masuk!"

Danu mengikutinya dari belakang sambil sedikit memikirkan perkataan bapaknya lalu menghela nafas sejenak

1
Mengare
kadang aku lupa ngasih kata tidak pada tulisan ku😅
Mengare
terima kasih, maaf kemarin aku ada urusan di real life jadi gak sempat nulis
Cleopatra
Saya suka banget ceritanya, terus semangat menulis ya thor!
Tsubasa Oozora
Aduh, kelar baca cerita ini berasa kaya kelar perang. Keren banget! 👏🏼
Mengare: makasih dah komen
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!