Sinopsis
Warning!!!
Adegan dalam cerita ini mengandung unsur dewasa 21+, harap bijaklah dalam membaca.
Grael Arabella, seorang gadis belia yang hanya tinggal bersama sang Kaka dan ibunya, semenjak sang ayah meninggal dunia, dia membantu kakaknya untuk mencari nafkah. Grael juga memiliki cinta pertama di bangku sekolah menengah pertama yang bernama Rangga Louis, sosok pria yang sudah membuatnya merasakan jatuh cinta untuk pertama kali.
Takdir berkata lain. Grael justru bertemu dengan Erlangga Louis, seorang artis terkenal yang menjadi salah satu idola Grael. Pertemuan mereka justru membuat Grael menjadi benci dengan Erlangga. Namun, berbeda dengan artis tersebut, dia justru semakin ingin memiliki gadis belia itu.
Apalagi saat Erlangga tahu, bahwa Grael akan dijodohkan dengan Rangga, adik tirinya. Sekaligus ahli waris kedua dari keluarga Grup Jaya. Erlangga semakin menjadi ingin merebut kembali apa yang semestinya dia miliki. Baik itu, tahta, hart
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon anggi (@ngie_an), isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
13. Menginap
Erlangga melihat ruangan kamar Grael yang begitu rapih dan bersih, tidak ada satu pun benda yang bermerek. Namun, terlihat sederhana dan elegan, dia berjalan mengelilingi kamar Grael yang hanya berukuran tiga meter kali tiga meter.
Tangan Erlangga mengambil satu foto yang terpajang di atas meja belajar gadis itu, bibirnya tersenyum saat melihat foto dia bersama dua sahabatnya begitu ceria. Dia meletakkannya kembali sembari membuka bajunya yang basah.
Dia juga melihat ke arah meja rias gadis itu, tertata rapi dengan alat make up yang sangat sederhana, tidak lupa dia menyempatkan untuk melihat tubuh sixpack-nya di depan cermin sembari mengelap tubuhnya yang basah menggunakan handuk Grael.
Wangi tubuh Grael begitu tercium di handuk yang dia pakai, lagi-lagi Erlangga tersenyum memikirkan tanpa secara tidak langsung mereka sudah berpelukan, berkat handuk itu.
Erlangga langsung mengambil baju yang berada di atas tempat tidur gadis itu, dia membuka bungkus plastik tersebut yang masih baru dan melihat nama merek pada label baju tersebut, sebuah baju branded yang sangat mahal,
Perasaan Erlangga langsung memanas seketika, curiga dengan lelaki yang menelepon gadis itu waktu di tempat pemotretan. Hatinya tidak begitu sudi memakai baju milik saingan cintanya.
"Ck! Saingan cinta? Cinta juga gak gue sama nih cewek kampung!" kesal Erlangga yang berbicara sendiri dengan membohongi dirinya.
Dia langsung melempar baju tersebut ke tempat sampah yang ada di dalam kamar itu, lalu membuka lemari baju Grael dengan tidak sopan tanpa seizin dari pemiliknya. Dia menggeser-geser baju yang kebanyakan baju dress dan sweater di lemari tersebut lalu dia membuka pintu lemari yang satunya lagi.
Wajahnya langsung tersenyum, ketika dia melihat kain berharga berbentuk gunung kembar berada di dalam lemari, tersusun rapih dengan kain segitiga bermuda di sampingnya. Erlangga tidak menyangka bila Grael menyukai warna hitam.
"Nak Erlangga, sudah belum? Kalau sudah ibu taro minuman susu jahenya di meja depannya? Jangan lupa diminum, biar anget badannya," ucap Karina dan disahut oleh Erlangga dengan mengucapkan kata iya.
Rangga melihat tubuhnya yang begitu macho dan cool tertutup oleh balutan baju tidur yang begitu cute, dia perlahan membuka pintunya dan melihat Grael sudah menunggunya di depan pintu.
"Astaga! Ini kenapa Lo pake baju gue, kan udah dikasih di atas tempat tidur?" tanya Grael.
"Gak mau!" Erlangga berjalan ke arah ruang tamu dengan wajah kesalnya.
"Eh ... ganti gak!" Grael menarik tangan Erlangga agar masuk kembali ke dalam kamarnya.
"Orang gak mau juga!" bentak Erlangga dengan kesal.
Grael yang tidak mau berdebat dengan Erlangga langsung menariknya dengan paksa, sampai masuk ke dalam kamarnya. Dia mencari baju yang dia kasih ke Erlangga di atas tempat tidurnya.
"Kenapa dibuang? Pake!" Grael mengambil baju dari tong sampah kering di dalam kamarnya.
"Gak suka aja dan gak mau!" ucap Erlangga dengan ketus.
”Gak suka warnanya atau apa? Tunggu sini!" Grael keluar dari kamarnya dan masuk ke dalam kamar Gracia untuk mengambil semua baju baru milik Marvin yang memang sengaja disimpan di lemari Gracia untuk berjaga-jaga terjadi seperti Erlangga saat berkunjung di rumah Karina.
"Nih, pilih yang mana Lo suka, boleh pake!" Grael melempar satu lusin baju baru bermerek ke atas tempat tidur Grael.
Erlangga tersenyum sinis, dia tidak menyangka begitu banyak baju pria yang berlebel terkenal. Dia mengambil semua baju itu dan dimasukan ke dalam tempat sampah lalu menyalahkan korek api untuk membakar semua baju-baju mahal itu.
Grael yang tahu niat Erlangga seperti apa, langsung mengambil korek api tersebut dari tangan pria itu, dan membuangnya ke kolong tempat tidur.
"Lo gila ya? Kenapa Lo mau bakar? Hah! Apa masalah Lo sama gue! Salah di mananya gue sama Lo?"
"Karena gue gak suka!" bentak Erlangga yang sudah emosi.
"Kalau Lo gak suka pake baju kak Marvin! Ya udah ... gak usah mau dibakar segala." Grael menahan suaranya agar tidak keras dan didengar oleh ibunya.
"Oh ... jadi nama pemilik itu Marvin?" Erlangga mendekat ke arah Grael.
"Kenapa? Masalah? Oh ... gue tahu, Lo irikan sama kak Marvin karena liat nama merek pada baju itu? Hah kasian! Kenapa? Merasa tersaingi ya? Karena dia pemilik hotel bintang sepuluh?" Grael menebak bahwa Erlangga tidak suka karena ada yang jauh lebih kaya dari dia, artis papan atas yang sombong.
"Marvin Alvino?" tanya Erlangga yang terus berjalan mendekat ke arah Grael.
"Ya!" jawab Grael, tubuhnya merasa kesulitan untuk berjalan kebelakang dengan kondisi kaki yang masih sakit.
'Ck! Sial ... pantesan waktu itu dia terus menutupi dan bela gadis kampung ini agar tidak dipermasalahin, ternyata ini maksudnya? Oke! Kita liat aja nanti Vin!' batin Erlangga yang mengira bahwa kekasih Grael adalah Marvin.
"Gue? Iri? Denger ya ... gue bisa beli tuh hotel buat Lo! Lo liat nanti." Erlangga mengukung tubuh Grael yang sudah mentok ke tembok.
"Ha, nanti? Nanti ... tunggu lebaran Mon—”
Erlangga langsung mencium bibir Grael untuk membekap mulutnya agar berhenti berbicara, tetapi dengan cepat Grael menutupnya dengan telapak tangan, sehingga bibir Erlangga tidak menempel di bibir Gadis itu.
"Nak Erlangga? Belum diminum susu jahenya?" suara Karina menyadarkan kedua sejoli yang saling menatap satu sama lain.
"Iya, Mah! Er, keluar." Erlangga langsung menjauh dari Grael dan berjalan menuju ruang tamu.
"Mah?" ucap Grael yang tidak percaya dengan panggilan Erlangga untuk ibunya.
Setelah Erlangga keluar dari dalam kamar Grael, Karina terkejut saat melihat penampilan Erlangga yang memakai baju tidur milik anak bungsunya. Dia menahan tawanya agar tidak menyinggung harga diri artis tersebut, dia juga menanyakan soal Rio tetapi Erlangga menjawab, bahwa manager nya sudah pulang lebih dulu karena alasan tertentu.
"Ayo! Diminum susu jahenya. Maaf, tadi ibu repot di dapur ... pesanan banyak! Jadi ibu tinggal terus," ucap Karina.
"Gak apa-apa, Bu." Erlangga mengambil susu jahenya dan langsung menenggak habis tak tersisa.
Karina senang, susu jahe buatannya diminum habis oleh Erlangga, karena kedua anaknya sama sekali tidak menyukai susu jahe buatannya. Tanpa basa-basi, Karina menyuruh Erlangga untuk menginap di rumahnya dengan alasan sudah mau membantunya memperbaiki keran air sampai tengah malam.
Mendengar saran dari Karina, Grael sungguh tidak menerima dan menolaknya dengan tegas. Berbeda dengan Erlangga yang langsung setuju dengan keputusan calon mertuanya.
Tidak lama kemudian, Grael sudah menyiapkan kamarnya untuk Erlangga, sedangkan dia tidur di kamar Gracia. Dia berusaha untuk menolak perintah sang ibu, tapi lagi dan lagi dia harus mau membiarkan artis sombong itu untuk tidur di atas kasur kesayangannya.
"Inget ... jangan buka lemari gue lagi! Dan jangan sembarangan nyentuh barang-barang yang ada di sini kecuali tempat tidur dan bantal, selebihnya gak boleh kepo." Grael memasang wajah sinisnya saat Erlangga sudah berada di dalam kamarnya dan dia pun keluar dari dalam kamar.
"Bodo amat!" bentak Erlangga yang masih kesal dengan Grael, dia mengusir gadis itu dan menutup pintu kamar.
Erlangga langsung merebahkan tubuhnya di atas tempat tidur, dia menghirup dalam-dalam napasnya, saat merasakan wangi tubuh Grael di ruangan tersebut terutama pada kasurnya. Wangi yang membuatnya merasa candu saat pertama kali dia memeluk gadis itu.
Pikirannya terus melayang saat merasakan bibir manis pada gadis itu walaupun bibir mereka tercampur obat pahit. Dia sangat ingat saat Erlangga mengambil kesempatan mellumat bibir Grael untuk menghilangkan rasa pahit dari obat, sampai dia ke asikan untuk terus memperdalam ciumannya.
"Akkkhh ... shhitt! Langsung on, gue!" Erlangga bangun dari tempat tidurnya dan berusaha untuk merilekskan sesuatu yang membuatnya frustasi.
Namun, sayangnya adek kecilnya tetap menegang. Erlangga pun mengendap-endap berjalan keluar menuju kamar mandi. Dia melihat semua ruangan telah sepi, pikirannya menganggap bahwa Karina dan Grael sudah tidur pulas.
Erlangga langsung masuk ke dalam kamar mandi dan bersemedi menenangkan aura panas dalam tubuhnya. "Gila dingin banget nih air!"
Setelah selesai, dia pun kembali keluar dengan cara mengendap-endap untuk kembali ke kamar. Namun, saat dia keluar dari kamar mandi, dia melihat Grael yang masih terpejam sembari membuka isi lemari kulkas untuk mengambil air minum.
Jakun Erlangga bergerak naik turun, saat melihat Grael sedang meminum air dingin dengan penampilan baju tidur yang dia kenakan tetapi sangat jelas ujung kuncup pada bagian atas Grael.
Gadis itu pun kembali ke kamarnya setelah minum, sedangkan Erlangga terpaksa masuk lagi ke dalam kamar mandi untuk menenangkan pikiran kotornya saat melihat pemandangan gunung di malam hari.
"Gila! Bener-bener gila gue sama dia." Erlangga merendam tubuhnya di kolam bak yang tidak terlalu besar.
To be continued...