Aisya Humaira gadis berjilbab dengan sejuta pesona, harus menelan pil pahit karena tiba-tiba calon suaminya memutuskan untuk membatalkan pernikahan mereka yang sudah di depan mata.
Hanya karena ia di nyatakan mandul, dan ternyata semua ini ulah dari Riska sahabat masa kecil dari calon suaminya sendiri.
Setelah mencampakkan Aisya, Adriansyah Camat muda yang tampan itu malah melanjutkan pernikahannya dengan Riska.
Aisya akhirnya memutuskan untuk kembali ke kota, karena tidak sanggup menahan malu setelah pernikahannya batal.
Hingga membawa Aisya pada sosok Satria Pratama Dirgantara. Seorang Komandan Elita yang sedang dalam penyamaran sebagai Kakek-kakek karena satu alasan.
Satria melamar Aisya dengan tetep menyamar sebagai seorang Kakek.
Apakah Aisya akan menerima si Kakek menjadi jodohnya di saat seorang Camat baru saja mencampakkan durinya?
Bagaimana Perjuangan Satria dalam mengejar cinta Aisya?
Bagaimana kisah mereka selanjutnya langsung baca aja ya kakak. Happy reading semua
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12
Aisyah menghela nafas lega, saat sudah berhasil duduk di dalam mobil satria. Ia yakin kali ini ia berhasil kabur dari lamaran si Kakek.
Dua keponakan Satria yang duduk bersama Aisya langsung Salim tangan ke Aisya. Dua bocah tampan dan cantik itu memang sangat dekat dengan dengan Aisya saat di Jakarta.
"Om Satria zombro! Ayok berangkat!" seru Bintang dengan wajah gemasnya, menunjuk kearah depan.
Sedangkan Bulan sudah duduk di pangkuan Aisya sambil memeluk boneka kucing kesayangannya.
Sejak tadi Satria fokus menatap Aisya yang sedang melepas rindu dengan kedua ponakannya lewat kaca spion. Mendengar seruan Bintang seketika membuyarkan lamunannya.
Diam-diam ia menarik nafas lega karena tidak ketahuan sama Aisya jika ia sadari tadi memperhatikan dirinya.
"Ok! Ayo pergi!" balas Satria yang kembali menghidupkan mesin mobilnya lalu melaju santai.
"Sepertinya Aunty ketinggalan kata-kata baru dari kalian, tadi Aunty dengar Bintang sebut kata Zombro? Kenapa Om Satria zombro?"
"Ih!" Aunty masak gak tahu sih! Zombro itu gak punya Mama, seperti Papa jojo dan Mama Ketty-nya Bulan!" jelas Bintang menyebutkan contoh dengan menyebutkan peliharaan kembarannya sambil mengedip-ngedipkan matanya lucu.
"Iya aunty, Om Satria sendirian," tambah Bulan menjelaskan.
"Oh! Jadi zombro itu artinya belum punya pasangan?" tanya Aisya sambil mengangguk mengerti.
Kedua bocah itu mengangguk kompak, " Iya Aunty."
Satria yang mendengarnya sampai terbatuk-batuk sendiri.
"Tapi Aunty Aisya juga zombro, kan?" pancing Satria tiba-tiba.
"Ah! Iya Aunty juga zombro," akui Aisya sambil tersenyum manis pada kedua kembar itu.
"Yee! Om Satria zombro ... Aunty Aisya zombro ...!" seru keduanya seperti nyanyian sambil menggoyangkan kepalanya ke kiri dan ke kanan sambil bertepuk tangan.
Satria dan Aisya menghela napas pasrah! Di jahili para bocah. Sepertinya ke jombloan mereka kebahagiaan hakiki bagi kedua kembaran itu.
Aisya menatap keluar jendela ia merasa lega saat melihat mobil Satria sudah jauh dari desanya.
"Eh! Kalian kok bisa ada di sini?" tanya Aisya penasaran pada si kembar.
"Kami mau lihat rumah keong mas, Aunty!" seru keduanya kompak.
Aisya percaya aja dengan ucapan keduanya sambil mengangguk paham.
"Aunty pernah lihat keong, mas?" tanya bulan dengan wajah polosnya.
"Pernah!" jawab Aisya singkat sambil mengaduk kepalanya yang tak gatal.
"Wah! Aunty keren!" seru si tampan Bintang dengan mata berbinar.
"Benarran Aunty sudah pernah liat keong, mas?" tanya Si cantik bulan sambil mendongak menatap wajah Aisya dengan mata bulatnya.
Aisya yang gemas langsung menoel lembut hidup mancing Bulan."Benar! Bahkan Aunty sering bermain bersamanya!" seru Aisya dengan menceritakan pengalamannya saat pergi ke sawah.
"Wah! Berati Aunty juga tahu dong! Rumahnya di mana? Terus di dalamnya ada kolam renang enggak, Aunty?" lanjut Bulan dengan mengerjakan kan matanya dengan lucu, bulu matanya yang panjang dan lentik ikut bergoyang terlihat semakin gemas.
Aisya tertawa kecil mendengar pertanyaan absrud keduanya, ia sudah tak heran karena ia sudah terbiasa mendengar ocehan aneh keduanya! "Ada! Bahkan keong mas tinggal di dalam kolam renang!" jelas Aisya yang membayangkan keong sawah yang memang tinggal di dalam air.
Kedua bocah kembar itu terus bertanya banyak hal sama Aisya. Aisya dengan senang hati meladeni setiap pertanyaan yang mereka ajukan. Satria tersenyum tipis di bangku kemudi ia semakin yakin kalau Aisya memang wanita yang tepat untuknya.
Sampai akhirnya Satria menepikan mobilnya di pinggir sebuah cafe kecil dekat pantai setelah menempuh satu jam perjalanan.
"Yee! Pantai!" seru Bintang dan Bulan menatap kearah jendela sambil melompat-lompat kecil dengan semangat menarik-narik tangan Aisya minta di bukan pintunya.
"Sabar sayang!" Aunty turun dulu setelahnya baru kalian!" ujar Aisya dengan lembut. Ia mengangkat satu persatu bocah menggemaskan itu turun dari mobil. Setelahnya keduanya langsung menggandeng tangan Aisya sambil menarik pelan menuju tepi pantai. Sedangkan satria akhirnya juga ikut turun! Namun ia bingung harus apa sama!
Ia mendesah pelan karena lupa membawa alat penghubung yang biasa ia pakai untuk meminta bantuan sama Ray. Kini mau tak mau ia harus berusaha sendiri.
Dengan langkah santai akhirnya Satria memberanikan diri untuk mendekat ke arah Aisya dan kedua ponaannya yang kini sedang membuat istana pasir.
Aisya duduk di atas batang pohon yang tumbang yang ada di tepi pantai sambil sesekali tertawa lepas melihat kelucuan kedua bocah kembar di hadapannya.
"Aisya! Mau kemana? Maaf tadi kamu gak bilang mau kemana? Jadi aku berhenti di sini!" ucap Satria kikuk sendiri.
Satria memang beda dari Ray sepupunya yang buaya tiga elemen sekaligus: darat, air dan udara. Sehingga ia dengan luwes bisa mendekati wanita yang menarik perhatiannya.
Tidak dengan Satria tidak pandai berbicara pada wanita yang di sukai-nya. Dengan canggung ia ikut duduk di samping Aisya dengan sedikit menjaga jarak.
"Gak papa oppa! Aku malah senang akhirnya bisa menjauh dari desa dan kini bisa lihat pantai juga, sudah lama gak ke pantai," serunya dengan mencoba bersikap ceria namun pandangan kosongnya yang sedang menatap ke arah ombak tak bisa membohongi kegelisahan hatinya.
"Oh ya! Tadi Kamu bilang mau minggat? Kenapa?" tanya Satria dengan menatap mata jernih milik wanita berhijab di sampingnya.
Wajah Aisya seketika berubah cemberut. Ia memiringkan wajahnya sedikit menghadap ke arah pria tampan di sampingnya.
"Sebenarnya Aku kabur karena di lamar Kakek-kakek oppa! Udah batal nikah gara-gara mandul, kini malah di kejar aki-aki! Miris bangat kan, oppa?" ujar Aisya dengan memasang wajah murungnya.
"Oopa! Aku boleh nanya enggak? Tapi jawab serius, ya?" lanjut Aisya.
"Boleh! Mau nanya apa?" balas Satria penasaran.
"Aku mirip nenek gayung, ya?" tanya Aisya dengan wajah polos.
"Hah? Enggak!" jawab Satria hampir tertawa lepas mendengar pertanyaan absrud Aisya.
"Nah kan! Benar kecurigaan aku, kalau si kakek pasti katarak matanya," runtuk Aisya.
Satria berdehem pelan, berusaha biasa aja. Andai ia tahu siapa yang sedang ia ejek sebenarnya.
"Emang kamu gak mau sama si Kakek?"
"Enggak Oppa! Dari pada sama si Kakek mending aku milih zombro aja."
"Emang si Kakek gak, tampan?"
"Ya elah oppa pakai nanya! Yang namanya mbah-mbah, atok-atok, engkong-engkong apalah lah sebutannya itu pasti yang ada keriput semua, mereka tampan hanya di mata nenek-nenek! Kan aku masih muda belum nenek-nenek!" cibir Aisya.
"Oh gitu! Jadi kamu belum move on sama pak camat?" pancing Satria pengen tahu, ia takut jika Aisya masih mencintainya Pak camat.
"Aku mah orangnya realistis oppa! Untuk apa memikirkan orang yang jelas-jelas sudah mencampakkan kita. Itu namanya bodoh! Kan aku pintar jadi ... buanglah mantan pada tempatnya." ketus Aisya yang masih dongkol tiap kali mendengar nama pak camat.
Aisya ingin mengubur semua masalahnya, ia tak ingin memikul masalah hidupnya yang berat saat ini. Sambil menatap pasir di bawah telapak kakinya ia kembali bergumam pelan." Aku gak nyangka ternyata aku punya masalah melebihi berat badanku."
Untuk sesaat Aisya lupa jika saat ini, ia tak sendirian.
"Bagaimana kalau aku saja yang melamar, Aisya?" ujar Satria to the poin.
Bersambung ....