NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.6k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12

"Melisa ..." Ucap Zaki reflek karena seolah wajah kekasihnya yang sudah tiada kini melekat di wajah Syifa.

"Zaki? Istriku namanya Syifa bukan Melisa," Sadarkan Fahri.

"Oh, iya. Maaf."

Zaki masih bingung dengan paras wajah yang baru saja di lihatnya. Susah payah ia berusaha melupakan sang kekasih dengan rela resign meninggalkan pekerjaannya hanya karena ingin terbebas dari semua kenangan bersama Melisa gadis pujaan hati yang berkebangsaan luar negeri itu.

"Zak? Kok malah bengong sih? Ayo duduk dulu,"

"Nggak usah, Bang. Saya pamit permisi saja, karena di rumah masih ada urusan." dalihnya ingin cepat menghindar.

"Oh, okay. Terima kasih banyak atas bantuanmu tadi."

"Heum, nggak usah sungkan, Bang. Next time kalau butuh bantuan lagi tinggal bilang saja, Insyaa Allah saya bersedia membantu."

"Masya Allah, terima kasih, Zak."

"Sama-sama, Bang. Saya permisi dulu, Assalamualaikum ..."

"Wa'alaikumussalam."

Tanpa melihat Syifa lagi, Zaki langsung keluar ruangan, hatinya bergemuruh seolah cinta Melisa yang berusaha ia ingin kubur dalam-dalam, mendadak kini timbul lagi di orang yang berbeda namun di paras yang sama.

Sambil mengemudi mobil, hati dan pikiran Zaki tak tenang, ia terus meracau bergumam "Takdir apa lagi ini Ya Allah? Disaat aku berusaha ikhlas atas kepergian calon istriku dulu untuk selamanya, kini seolah Engkau mengembalikan dia dalam bentuk milik orang lain, aku harus gimana Ya Allah? Aku harus pergi kemana lagi untuk melupakannya, hiks ...?" Zaki semakin tak mengerti dengan semua rencana Tuhan yang akan ditakdirkan padanya.

Sesampainya di rumah Zaki langsung membanting tasnya ke sembarang tempat. Ia merasa kali ini takdir sedang mempermainkannya.

"Ada apa, Zak? Kok sepertinya kamu sedang kesal?" Tanya Darman sang bapak.

"Aarrrgggg ..." Zaki mengusap wajahnya dengan kasar.

"Zak? Kamu kenapa, Nak? Apakah keluarga Bu Rita tadi ada yang membuatmu kesal? Hingga pulang-pulang kamu jadi begini?"

"Nggak, Pak. Aku kesal bukan karena orang lain, tapi karena takdirku sendiri yang ngajak bercandanya kelewatan."

"Hah? Maksudnya?"

"Luka yang hampir saja sembuh di diriku perlahan berdarah lagi, Pak. Dan aku merasa upaya penyembuhanku kemarin ternyata hanya sia-sia."

"Kamu itu ngomong apa sih, Zak? terus terang bapak nggak ngerti? Kalau cerita itu yang jelas dong!"

"Udah lah, Pak. aku lelah, Zaki istirahat ke kamar dulu ya,"

"Heum, segera lah ambil wudhu supaya pikiran kamu lebih tenang!"

"Iya, Pak."

Di rumah mewah itu Zaki hanya tinggal bersama bapaknya, ia adalah anak bungsu dari 2 bersaudara, ia mempunyai kakak perempuan yang bernama inem si pemilik warung yang sudah berkeluarga dan menempati rumah di dekat rumahnya Harun.

Zaki membuka ponselnya, ia melihat foto Melisa yang masih terselip di antara foto-foto yang lain "Mel, Dulu aku merasa sangat kehilanganmu semenjak terjadinya peristiwa kecelakaan yang sudah merenggut nyawamu, waktu itu aku begitu hancur tidak siap untuk kamu tinggalkan secara tiba-tiba, tapi sekarang disaat aku mulai move on justru Allah hadirkan kamu kembali yang tak bisa aku dekati, sungguh rasanya sakiiitttttt ... Aku bingung harus menjalaninya gimana Ya Allah? hiks ..." Lirihnya minta petunjuk dari sang Pencipta.

*

*

Waktu terus berlalu, setelah Syifa dinyatakan sehat kembali maka ia diperbolehkan untuk pulang.

Fahri membawa Syifa pulang ke rumah orang tuanya lagi, karena mengingat ucapan ibunya membuat ia takut menjadi anak yang durhaka.

"Syifa, Sayang. Mas ingin apapun yang dikatakan ibu dan Fani apabila tidak mengenakkan hatimu, tolong jangan dihiraukan ya, jujur mas khawatir kalau kamu banyak pikiran akan mempengaruhi anak kita juga," pinta Fahri.

"Insyaa Allah, Mas. Akan aku usahakan." jawabnya dengan tidak yakin karena sesabar-sabarnya seorang wanita juga ada sisi rapuhnya yang rentan membuat hatinya terluka.

"Terima kasih, I love you forever."

Syifa mengecup tangan suaminya, dan Fahri juga lekas berpamitan untuk berangkat kerja.

"Syifaaaa ..." panggil Rita dengan suara keras.

"Iya, Bu?"

"Mana uang dari para tetangga yang kemarin menjenguk kamu?"

"Sudah habis, Bu. Buat biaya puskesmas kemarin."

"Omong kosong, kamu kan ada jaminan kesehatan dari kantor Fahri?"

"Tapi ada beberapa obat dan vitamin yang tidak tercover dengan BPJS itu, Bu. Jadi harus bayar."

"Bohong! Ibu tahu uang itu kamu sembunyikan kan? Dasar serakah?!"

"Astaghfirullahaladzim ... Bener, Bu. Kalau ibu nggak percaya ibu boleh kok tanya langsung pada petugas puskesmasnya!"

"Nggak perlu! Mending sekarang kamu buruan jemur tuh baju, mesin cucinya sudah selesai!"

"Baik, Bu."

Semenjak kejadian Syifa terpeleset yang mengakibatkan ia pendarahan, membuat Fahri berinisiatif untuk membelikannya mesin cuci supaya pekerjaan istrinya itu tidaklah terlalu berat.

Rita bersiap-siap ingin pergi ke pertemuan rutin warga kampung, ia mendapati baju favoritnya terkena lunturan noda membandel yang menempel dikain.

"Syifaaaaa ..." Teriaknya dengan amarah yang siap di lampiaskan sambil mendatangi tempat jemuran.

"Ada apa lagi, Bu?"

"Ini kenapa baju arisan ibu kelunturan?"

"Maaf saya tidak tahu, Bu."

"Tidak tahu bagaimana, kan kamu yang biasanya mencuci?"

"Tapi sungguh aku nggak mencuci baju ibu yang itu,"

"Nggak usah menyangkal terus, pokoknya sekarang kamu bersihkan noda lunturannya itu sampe hilang, terserah mau pake cara apa!" perintahnya sambil melempar baju itu persis ke muka Syifa.

Berhubung tempat menjemur baju berada di luar rumah, maka dari kejauhan Zaki tak sengaja melihat sikap buruk Rita kepada menantunya itu, dalam hatinya ikut sedih, kenapa bisa orang sebaik Syifa di perlakukan tidak adil di rumah suaminya sendiri.

'Syifa ... Kasian kamu di perlakukan seperti itu.' Batin Zaki sambil terus memandangi Syifa dari depan rumahnya.

Hati nurani Zaki seketika tersentuh ingin segera membela Syifa, tapi apalah daya mengingat ia hanyalah orang lain yang tidak berhak ikut campur dalam urusan keluarga tetangganya itu.

"Ternyata Bu Rita itu jahat terhadap menantunya sendiri, Astaghfirullah ..." ungkap Zaki sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dengan pelan.

"Siapa yang jahat, Zaki?" Tanya Inem tiba-tiba datang.

"Eh Kak Inem. ngagetin aja!"

"Habisnya kamu bicara sambil ngelihatin rumah Fahri terus, ada apa?"

"Tadi tanpa sengaja aku lihat Bu Rita sedang melempar baju ke muka Syifa sambil marah-marah, Kak."

"Itu mah sudah biasa, setiap hari tugasnya bu Rita emang gitu, dapat menantu Sholehah bukannya bersyukur malah setiap hari di ajak ribut, heran aku, hmm ..."

"Kasihan Syifa, Kak. itu bang Fahri tahu nggak sih?"

"Entahlah, eh kenapa kita jadi ngomongin urusan orang lain sih, Btw kakak kesini mau nganter sayur buat kamu dan bapak."

"Iya, Kak. Terima kasih."

"Kakak taruh di meja makan ya?"

"Heum."

Inem segera berlalu dari ruang duduk yang ada di depan rumah itu, tapi Zaki malah masih terngiang-ngiang kejadian yang barusan ia lihat 'Ini nggak adil Syifa, cobalah minta pembelaan pada suamimu supaya kamu tidak tertindas terus oleh bu Rita,' batinnya ikut prihatin.

Fani keluar rumah dan ia langsung melihat Zaki duduk sendirian membuatnya ingin segera menyapa.

"Bang Zaki, lagi cari udara segar ya? Kok duduk di depan rumah sendirian?" tanyanya dengan mode centil dan manja.

"Eh Fani, iya nih di dalam rumah terus rasanya gerah, tapi di luar juga panas, mending saya masuk rumah lagi aja deh," Ucapnya lalu beranjak dan masuk rumah begitu saja.

"Yah kok malah masuk rumah lagi sih, Bang? Padahal aku kan pingin ngobrol sama bang Zaki," gerutunya dengan kecewa tanpa menyadari statusnya masih istri orang yang wajib menjaga pandangan.

"Fani ..." panggil ...

Bersambung ...

Siapakah yang tiba-tiba memanggil Fani?

Temukan jawabannya di bab berikutnya ya Readers ...

Jangan lupa like, vote dan subscribe-nya supaya author lebih semangat lagi.

Terima kasih 🙏🌹

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!