"Ahh indah sekali ciptaan mu tuhan, bahkan selain senja, suara deburan ombak saja membuat hatiku tenang."-
"Hmm mulai sekarang aku juga suka ombak."-
"Benarkah? apa karena ombak juga menenangkan mu? "-
"Tidak juga, karena aku suka apa yang kamu suka saja."-
"Kalau begitu, Aku akan suka semua yang kamu suka deh, kamu suka apa?"-
"Aku suka kamu."-
"Ohh kalau begitu aku akan menyukai diriku sendiri."-
"Dasar nih cowo gak peka-peka."-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Amari Antares, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cek Kosan.
Di kamar, Meina tidak turun untuk sarapan. Karena ia sedang fokus mengerjakan tugas kuliah, karena siang nanti ia harus pergi ke kampus untuk mengadakan rapat.
"Owh iya, gue lupa sama wajah lelaki kemarin." Meina pun mengambil handphone dan langsung meretas wajah penguntit nya waktu itu.
"Gwen, kau bisa mendengarku??" tanya Meina pada salah satu teknologi yang sudah ia rancang sendiri, di jam tangannya ia bisa mencari informasi mengenai semua hal yang ingin dia ketahui.
"Nona Meina, aku bisa mendengar mu apa ada hal yang ingin kamu bicarakan dengan ku." suara Gwen keluar dari jam tangan miliknya.
"Aku sudah memasukan foto seseorang dan memberikan koordinatnya. Tampilkan identitas tersebut ke dalam laptop ku."
"Baik, sedang meneliti dasar, harap tunggu dengan seksama..."-
setelah 30 detik menunggu semua jawaban yang muncul tidak masuk akal.
"Nama Danar Jiakso, umur 36 tahun, dia sudah meninggal 5 tahun yang lalu akibat hukuman mati."
Meina sempat terkejut mendengar hal itu, namun ia langsung menyadari apa yang terjadi. "Terimakasih kasih Gwen!"
"Sama-sama jangan ragu untuk bertanya, jika kamu membutuhkan bantuan lainnya. Selamat berjuang!"
Tek!
Tek!
Tek!
Suara ketikan mengema di kamarnya, ia mencoba mencari tahu di mana letak penjara itu.
"Cih, lama banget sih ngapain juga harus loading." gerutu Meina. Tapi setelah menggerutu tak karuan loading pun sudah berhasil.
"Nice." ia pun menekan-nekan untuk melihat lokasi yang ia cari.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Alhamdulillah udah sampai." ucap Akara ketika mereka berempat sudah berada di depan rumah yang cukup besar.
"Ayo masuk, kata ibu kosnya kunci kamar kita di titipkan di penjaga kosan." ujar Farhan sambil membawa barang masuk ke dalam gerbang.
"Besar juga kosannya, kaya rumah-rumah sultan gitu." Alvin menimpali sambil melihat ke sekeliling halaman yang cukup luas dengan rumput hijau yang sangat terjaga, bahkan di samping taman ada kolam renangnya.
"Permisi dek, ini yang mau nempatin kamar nomor 13 bukan?" tanya salah satu security bernama pak Beni pada mereka.
"Iya pak, kata ibu kos kunci kamarnya di titipkan ke bapak iya." balas Akara.
"Iya dek, mari saya antarkan ke lantai atas." ujar pak Beni, mereka berempat pun mengikuti la gkah security itu dari belakang.
Di sela-sela berjalan pak Beni pun membuka suara. "Kalau tamu baru biasanya suka di ajak kenalan, tapi itu udah biasa sih."
"Maksud bapak apa? siapa yang ngajak kami kenalan?? apa jangan-jangan setan." pertanyaan pun muncul bertubi-tubi dari mulut Farhan.
"Iya begitu lah, tapi kenalannya cuma biasa aja, kalau kalian dengar ada yang manggil dan pas di liat gak ada siapa-siapa itu mah udah biasa, terus kalau denger suara orang mandi, dan masak di dapur terus pas di tengok gak ada siapa-siapa hiraukan aja iya." tukas pak Beni. Dan hanya mendapatkan anggukan dari mereka berlima.
"Udah sampai, ini kamar kalian cukup luas kok. kamar mandi ada di dalam, tapi kalau dapur di lantai bawah iya sharing dan ingat jaga sikap dan tingkah laku kalian." ujar pak Beni sambil menyerahkan kunci kamar kepada Akara.
"Iya Pak terimakasih jadi merepotkan." Akara menimpali.
"Gak usah sungkan udah tugas saya sebagai penjaga disini." sahut pak beni dan pergi berlalu.
-
-
-
Kira-kira hantunya ganggu mereka gak iya?? 🤣🤣🤣