Terpikat Pesona Pacar Setingan

Mytha membaringkan diri di ranjang, Jeff memberi tahunya untuk tidur di kamar tamu yang ada di lantai dua, sedang lantai tiga adalah area pribadinya, Mytha dilarang naik tanpa ijin dia katanya.

Rumah ini tampak bersih terawat meski Jeff tinggal sendiri, nampaknya ada orang yang membersihkan tempat ini secara berkala.

Tok...Tok...Tok...

Suara ketukan pintu membuat Mytha sontak bangkit kembali, siapa lagi kalau bukan sang pemilik rumah yang datang.

“Ada apa?” tanya Mytha selepas pintu terbuka.

“Aku hanya ingin memberitahumu, kalau aku berangkat bekerja pukul delapan,” ucapnya.

“Oh, oke,” sahut Mytha pendek.

“Ikutlah denganku ke kantor besok.”

“Tapi bagaimana jika ada yang mengenaliku, terakhir kali aku hampir jadi bulan-bulanan fansmu, mereka itu sangat mengerikan.” keluh Mytha.

“Disana tidak akan ada yang mengenalimu, lagi pula mereka sibuk bekerja tidak akan terlalu memperhatikanmu.” ujarnya.

“Baiklah.” Mytha menyanggupi.

“Ya sudah itu saja, aku pergi dulu.” Jeff hendak berlalu namun Mytha memanggilnya kembali membuat Jeff menghentikan niatnya sejenak.

“Tunggu Jeff!” serunya.

“Ada apa?”

“Ini, catatlah apa yang kau suka dan yang kau tidak suka, agar aku tahu seperti apa dirimu,” ujar Mytha sambil menyerahkan buku catatan kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

“Tidak perlu, tak banyak yang aku suka atau pun aku tak suka. Aku bukan orang aneh seperti bos di film-film, santai saja. Aku seperti halnya orang biasa jadi tidak perlu catatan segala,” tepisnya.

“Tapi–,”

“Siring berjalannya waktu, kau akan tahu seperti apa diriku.” Ucapnya, lantas pergi.

“Hasih, ya sudahlah biar aku catat sendiri saja nanti.”

Keesokan harinya. Mytha sengaja berdandan sedikit berbeda, dia mencepol rambutnya ke atas dengan kacamata bundar bertengger di hidungnya.

“Sepertinya mereka tidak akan cepat mengenaliku jika aku berdandan begini,” gumam Mytha sambil menatap pantulan gambarnya di cermin.

“Mytha!” suara Jeff terdengar memanggilnya.

Mytha lekas keluar sambil menyampirkan tas di pundaknya.

Tampak Jeff berjalan menuruni tangga sudah dengan pakaian rapi, dia menghentikan langkahnya saat matanya menangkap keberadaan Mytha.

“Kenapa kau merubah penampilanmu?” tanyanya.

“Aku tidak ingin ada yang mengenaliku sebagai Mytha, selama jadi asistenmu panggil aku dengan sebutan Mia.” pintanya.

“Baiklah. Apa kau bisa menyetir?” tanya Jeff.

“Bisa, aku juga punya SIM.”

“Bagus kalau begitu.” Dia melempar kunci mobil ke arah Mytha yang seketika di tangkap dengan gelagapan oleh gadis itu.

“Daniel, kau tidak perlu menjemputku. Aku punya sopir baru plus asisten.” Ucapnya di telpon.

Mytha berdecak pelan, jadi sebenarnya dia ini bekerja sebagai apa, pacar? Asisten? Atau sopir pribadinya Jeff?

“Kau harus membayarku dengan gaji tinggi kalau begitu,” ujarnya.

“Baiklah, ayo cepat.” Ucapnya seraya berlalu.

Mytha mengemudi dengan kecepatan sedang, sambil sesekali bersenandung kecil. Dulu dia juga punya mobil, namun karena dia sering menunggak cicilan, jadilah pihak Dealer menariknya kembali.

Setelah cukup lama berkendara akhirnya mereka pun sampai, di gedung SKY Entertainment. Kantor Agensi yang menaungi nama Jeff. Dulu saat dia lewat jalan ini Mytha hanya bisa memandanginya dari jauh, tapi sekarang justru dia memasukinya dengan lancar apa lagi dengan Jeff berjalan di depannya.

Jeff memimpin jalan, sedang Mytha mengekor di belakangnya, mereka langsung masuk kedalam lift khusus hingga orang-orang tak sempat untuk melihat mereka, sepertinya itu salah satu peraturan untuk melindungi artis-artis yang bernaung di agensi ini.

Lift membawa mereka naik ke lantai paling atas, disanalah kantor Jeff berada.

Pintu terbuka, ternyata Cecilia yang datang. Dia mengerutkan kening saat melihat ada wanita asing di ruangan Jeff.

“Jeff, siapa dia?” tanya Cecilia, “apa dia asisten baru yang kau sebut tadi?” tanyanya, padahal Mytha hanya memakai kacamata tapi Cecilia tidak bisa mengenalinya sama sekali.

“Ini aku Kak, Mytha.” Mytha yang menyahut.

“Apa, kau Mytha? Jadi Asisten yang Jeff maksud itu kamu?” kekehnya, “kau tahu, kau tampak berbeda jika berpenampilan seperti ini, kau terlihat seperti remaja 18 tahunan,” pujinya, sambil menilik penampilan Mytha, bukannya terlihat culun karena kacamatanya justru dia mengeluarkan aura lain dari dirinya.

Mytha mendengus tawa, “Kakak ada-ada saja, mana ada aku kaya gadis belasan, culun sih ia. Tapi beneran Kakak gak ngenalin aku pas liat aku tadi?”

“Sip, aku pangling banget liat kamu. Orang gak akan mudah ngenalin kamu kalau gak bener-bener kenal kamu Myt,” ujarnya.

“Bagus kalau gitu Kak, aku bisa kerja dengan tenang kalau gitu.” ucap Mytha senang.

“Oh ya Kak, boleh gak aku ngaku jadi Adeknya Kakak, aku takut orang akan curiga karena aku tiba-tiba kerja jadi asistennya Jeff tanpa relasi.” ucap Mytha.

“Boleh banget dong, aku seneng malah. Tapi nama panggilan kamu harus ganti, kalau orang lain manggil kamu dengan sebutan Mytha nanti malah pada curiga.” usul Cecilia.

“Sekarang nama panggilan aku Mia kak, bukan Mytha, seenggaknya sampai tiga bulan ke depan.”

“Oke sip. Sekarang kamu bantu aku atur jadwal Jeff ya, sama kostum yang harus dia pake ke acara nanti sore.” ujarnya.

“Oke siap laksanakan Kak.” ucap Mytha penuh semangat.