"Haiii, Ganteng. Lagi joging, ya?" sapa Agatha setelah berada di depan Elvano. Kepalanya mendongak karena perbedaan tinggi mereka. Senyuman lebar tersungging di bibir manisnya.
Elvano berdecak malas, "Menurut, lo? Udah tahu, masih aja nanya."
Selain dingin dan tidak pandai berekspresi, mulut Elvano juga sedikit tajam. Membuat siapa pun yang mendengar ucapannya merasa sakit hati.
"Galak banget," cibir Agatha.
***
Ketika secercah cahaya datang menghangatkan hati yang telah lama membeku. Akankah mereka dapat bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacang Kulit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 12 - Mundur
Malam ini, lagi-lagi Agatha berusaha untuk mencuri perhatian Elvano lewat pesan-pesan yang dia kirim. Berharap Elvano mulai menerima keberadaannya dan menganggapnya ada.
^^^Elvan, aku kangen sama kamu. Kamu kangen gak sama aku?^^^
Lama Agatha menunggu, tidak ada balasan sama sekali. Gadis itu menatap jam dinding, mulai menghitung waktu yang dia lewati untuk menunggu balasan dari Elvano.
Sekitar lima belas menit kemudian, ponsel Agatha bergetar. Cepat-cepat Agatha meraih ponselnya yang tergeletak di atas kasur. Ada notifikasi pesan dari Elvano. Gadis itu tersenyum lebar. Akhirnya.
G.
Meski balasan Elvano menyakitkan, Agatha tidak masalah. Elvano mau membalas pesannya saja, Agatha sudah bahagia.
^^^Aku suka sama kamu. Kamu suka gak sama aku?^^^
G.
Agatha terdiam, apakah tidak ada sedikit saja rasa suka padanya? Apa waktu satu tahun lebih perjungannya tidak ada artinya bagi Elvano?
^^^Kapan kamu suka sama aku?^^^
Gak akan.
^^^Jangan bilang gitu, El.^^^
^^^Suatu saat, pasti kamu bakalan suka sama aku. Aku yakin.^^^
Terserah lo.
^^^Kenapa sih kamu cuek banget sama aku?^^^
Hanya dibaca. Tidak ada balasan sama sekali meski Agatha menunggu sampai sepuluh menit kemudian. Gadis itu tidak menyerah.
^^^El, jawab dong!^^^
^^^Kok cuma dibaca sih?^^^
Masih tetap tidak ada balasan.
^^^Tuh kan cuek.^^^
^^^Gapapa, aku gak akan nyerah. Karena aku sayang banget sama kamu.^^^
Agatha tahu Elvano membacanya. Tetapi mengapa pemuda itu tidak membalasnya? Gadis itu menghela napas lelah, susah sekali membuat Elvano jatuh cinta padanya. Apakah perjungannya selama ini sia-sia?
"Aarrgghhhh! Gue capek tau gak!!" Agatha tanpa sadar berteriak kencang. Mencoba melampiaskan semua rasa sakitnya.
"Jangan teriak-teriak, Tha!" Keenan berteriak dari lantai bawah. Suara Agatha terdengar sangat kencang.
"Bodoamat!" Agatha tidak peduli. Hatinya sedang tidak baik-baik saja. Rasanya dia ingin marah, tetapi pada siapa?
Suara pintu yang terbuka membuat Agatha menoleh, Keenan berjalan mendekati Agatha yang berbaring telungkup di atas kasur. Adiknya terlihat sangat kacau.
"Kamu kenapa?" tanya Keenan lembut. Pemuda itu mengusap kepala Agatha yang terbenam di dalam bantal.
"Laper," gumam Agatha. Untuk saat ini Agatha tidak ingin membahas rasa sakitnya pada Keenan.
"Makan sana." Keenan masih setia mengusap kepala Agatha.
"Pengen bakso," ujar Agatha. Gadis itu bangkit, duduk di depan Keenan.
"Ayo kita keluar cari bakso," ajak Keenan. Sebenarnya pemuda itu tahu suasana hati Agatha sedang tidak baik. Karena itu, Keenan berharap bisa menghibur Agatha dengan mengajaknya makan di luar.
"Hm." Agatha mengangguk, "Tumben baik, Bang."
"Oh, yaudah gak jadi." Keenan berdiri, hendak pergi meninggalkan Agatha tetapi urung karena gadis itu menahan tangannya.
"Dih, ngambek. Ayo berangkat." Semangat Agatha. Gadis itu berdiri dan menarik Keenan dengan cepat menuju lantai bawah.
Keenan tersenyum kecil. Setidaknya dia bisa sedikit mengurangi rasa sakit Agatha. Keenan tidak bisa melihat Agatha bersedia. Kebahagiaan Agatha adalah segalanya bagi Keenan.
...***...
Kedua kakak beradik itu telah sampai di salah satu warung bakso yang tidak jauh dari rumah mereka. Warung bakso ini terletak di pinggir jalan raya, membuat suasana menjadi ramai oleh suara pengendara yang berlalu lalang.
Setelah memesan dua mangkuk bakso, Keenan dan Agatha duduk di salah satu meja yang kosong. Sembari menunggu pesanan, Agatha sibuk mengotak-atik ponselnya.
"Lama banget sih," gerutu Agatha. Dia benar-benar lapar.
"Sabar, dong!"
"Habis ini mampir ke minimarket ya, Bang." Agatha menatap Keenan dengan penuh harap.
"Mau beli apa?"
"Cemilan, dirumah udah habis."
"Iya, nanti kita beli." Keenan memang selalu menuruti permintaan Agatha.
Tak lama kemudian, pesanan mereka datang. Setelah mengucapkan terimakasih, Keenan dan Agatha mulai memakan bakso mereka masing-masing.
Saat ingin menambahkan saus pada mangkuk baksonya, pandangan Agatha tidak sengaja tertuju pada seorang pemuda bersama seorang gadis berjalan memasuki warung bakso. Keduanya berjalan dengan tangan yang saling bertautan.
Seketika itu juga nafsu makan Agatha lenyap.
"Aku kenyang. Ayo pulang, Bang." Agatha menarik lengan Keenan untuk berdiri.
"Loh, itu baksonya belum kamu makan." Keenan bingung, ada apa dengan adiknya?
"Ayolah, kita pulang sekarang aja. Aku tunggu di depan." Agatha menatap Keenan dengan tatapan memohon.
"Tapi, kan ...."
"Bang, pulang ya," rengek Agatha. Matanya sudah berkaca-kaca. Mungkin jika dia berkedip sekali saja, air matanya pasti akan mengalir dengan deras.
"Yaudah, iya. Abang bayar dulu." Keenan pasrah, sepertinya ada sesuatu yang menganggu adiknya di tempat ini.
"Oke."
Agatha merasa ingin menangis sekarang juga. Dengan mata kepalanya sendiri dia melihat orang yang sangat dia cintai sedang menggenggam tangan gadis lain.
Agatha jelas tau, dia bukanlah saudara Elvano. Elvano hanya memiliki satu saudara perempuan yang masih kecil. Lalu, siapa gadis itu? Apakah benar dia pacar Elvano? Apakah perkataan pemuda itu saat berada di minimarket waktu itu bukanlah kebohongan? Jadi, benar Elvano sudah memiliki pacar.
Pantas saja pemuda itu tidak membalas pesannya tadi. Mungkin Elvano sedang berduaan dengan pacarnya dan tidak ingin ada yang menggangu.
Apa ini akhirnya? Apa memang ini yang seharusnya Agatha lakukan?
Mundur?
...***...
Inget bestie, gak di post bukan berarti gak punya :)
Thor buat part 2nya dong, suka bnget soalnya Sma ni cs