NovelToon NovelToon
EMPAT SEKAWAN LOVE STORY

EMPAT SEKAWAN LOVE STORY

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Keluarga / Tamat
Popularitas:7.8M
Nilai: 5
Nama Author: Me Nia

Season 2 novel SANG PENGASUH

Arya, Ricky, Rendi, dan Wiliiam, adalah empat pria tampan sold out yang telah menjalani senasib sepenanggungan gagal malam pertama karena kejahilan diantara mereka. Menjalani kehidupan rumah tangga tidak selancar jalan tol. Keempatnya mengalami ujian.

Diantaranya, Arya. Kemunculan salah satu keluarga yang dikira telah meninggal, hadir mengusik ketenangan rumah tangganya.

Pun dengan Rendi. Kedatangan adiknya dari Turki dan kini tinggal bersamanya malah membuatnya was-was.

Kisah kehidupan keempatnya, author kemas dalam satu bingkai cerita.

Kisah ini hanya fiksi. Jika ada kesamaan nama, tempat/perusahaan itu hanya kebetulan semata.

Selamat menikmati kisah yang bisa membuatmu senyum-senyum sendiri.


Cover free by pxfuel
Edit by me

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Me Nia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

11. Kisah Hari Ini

Suasana rapat kinerja bulanan tampak hening. Semua petinggi yang hadir menyimak presentasi visual terakhir yang disampaikan manajajer produksi.

Layar projector terpampang menampilkan diagram kapasitas produksi berbagai produk makanan, sayuran, beras dan kebutuhan serta alat rumah tangga yang diproduksi oleh PT. Karya Galaksi Syahputra.

"Jadi kesimpulannya, stok produksi pabrik sampai tiga bulan ke depan aman, Pak Arya. Karena mulai bulan ini kapasitas produksi ditingkatkan tiga kali lipat. Distribusi ke semua cabang dept store sampai akhir bulan Ramadhan akan lancar, tanpa kendala. Termasuk purchase order dari berbagai vendor sudah kita buat. Dua minggu lagi stok barang akan masuk memenuhi gudang pusat." sang manajer menutup presentasi dengan meyakinkan dan mendapat aplause dari semuanya.

"Rapat hari ini dicukupkan dulu. Saya sangat bangga dengan kinerja Bapak dan Ibu, semuanya solid. Terima kasih banyak." Arya berdiri sedikit membungkukkan badannya dengan menyilangkan satu tangan di dada. Semua peserta rapat yang hadir ikut berdiri membalas penghormatan yang dilakukan sang direktur. Sikap low profile yang ditunjukkan Arya membuat pemimpin muda itu disegani dan dihormati semua tingkatan jabatan dan kalangan usia.

Arya meninggalkan ruang rapat diikuti Ricky dan William menuju ruang kerjanya. Ketiganya duduk di sofa menyandarkan punggung. Tiga jam di ruang rapat yang dimulai setelah sholat jumat dan hanya terjeda cofee break, cukul menguras pikiran.

"Tadi pagi Marisa datang ke rumah, sambil nangis-nangis. Dia lagi marahan sama si Rendi." Arya memulai obrolan santai, menggulung lengan kemejanya sampai sikut.

Willi mengerutkan keningnya, merasa heran. "Tadi malam dia pulang dari klinik mampir ke cafe gue kelihatannya baik-baik saja, kita ngobrol santai sampai 1 jam. Sama sekali gak mengeluh ada masalah."

"Rendi sempat sedikit curhat tadi pas nyusulin Marisa. Katanya dia yang bikin masalahnya. Aku suruh dia jangan dulu temui Marisa, biar tenang dulu. Nggak tahu sekarang, mungkin sudah datang lagi ke rumah. Mudah-mudahan saja cepat baikan." Arya meneguk air mineral miliknya yang tersisa setengahnya.

"Aku balik duluan ya, mau lihat Marisa. Ky, happy holiday. Sampaikan salamku untuk rekan-rekan cabang Jogja." Arya bangkit dari duduknya untuk pulang setengah jam lebih awal. Jadwalnya sudah free, ia memilih pulang untuk melihat situasi rumah.

"Oke boss. Besok aku terbang jam 9. Tenang saja, aku akan bawain oleh-oleh buat nyonya-nyonya kalian." Ricky menaik turunkan alisnya. Senyumnya mengembang menyambut liburan akhir pekan.

****

Andina menyambut kepulangan sang suami dengan senyuman mautnya yang membuat Arya selalu ingin terus menatap istri cantiknya itu.

"Mas Arya mau minum apa?"

Arya ikut duduk di sisi Andina yang dengan laptop yang menyala di sampingnya. "Nanti aja, belum pengen. Lagi ngapain Ma?"

"Ini...mengecek transaksi olshop seharian ini. Anak-anak lagi sibuk packing. Alhamdulillah order rame terus setiap harinya." Andina mematikan laptopnya karena sudah selesai mengecek laporan yang dikirim Safa.

Arya manggut-manggut mendengar Andina melaporkan kegiatan usahanya.

"Sayang, berapa lama lagi ngontrak rukonya selesai?" tanya Arya.

"Masih satu tahun lagi. Kenapa memangnya?" Andina menatap Arya, penasaran dengan pertanyaannya.

"Di samping rumah singgah masih ada lahan kosong 250 meter, itu punya aku bukan punya Papa. Gimana kalau di sana dibangun ruko untuk olshop. Jadi mobilitasmu lebih efisien karena bisa mengontrol dua kegiatan sekaligus, olshop dan rumah singgah."

"Aku sih nurut saja sama keputusan Mas Arya." Andina lebih memilih menyerahkan keputusan pada Arya, tidak mau membantahnya karena ide suaminya itu memang bagus.

"Istriku memang soleha tak terbantahkan. Aku akan selalu mendukung kegiatan positifmu, sayang." Arya menghadiahi sebuah kecupan di pipi Andina yang hanya dibalas Andina dengan senyuman malu-malu.

"Eh, sampai lupa. Gimana Marisa sama Rendi?"

Tadi sekitar jam 2 Rendi datang. Aku suruh naik ke kamar Athaya aja karena Marisa tidur siang di sana. Sampai sekarang keduanya belum turun. Mungkin sudah baikan, jadi tidur bareng."

Selesai Andina berkata, orang yang mereka bicarakan tampak menuruni tangga bergandengan tangan. Mereka menghampiri Arya dan Andina, ikut duduk di sofa sebelahnya.

"Syukurlah kalian sudah baikan." Arya tersenyum lega menatap adik dan adik iparnya itu.

"Aduh ampun deh. Aku nggak bisa konsentrasi kerja gara-gara ditinggal kabur istri." Rendi merengkuh bahu Marisa yang duduk di sisinya.

"Salah sendiri, udah buat gara-gara." Marisa mendelik sambil mencebikkan bibirnya.

"Iya maaf kanjeng ratu, hamba memang bersalah." Rendi menggesekkan hidungnya ke bahu Marisa.

Arya dan Andina tertawa menyaksikan drama suami istri yang kini sudah akur lagi.

"Ar, kita mau ke rumah Papa dulu sekalian pulang. Mobil Marisa nitip aja dulu nanti diambil sama Mang Musa." Rendi akan meminta maaf kepada Mama dan Papa karena telah mengetahui permasalahannya sekaligus memperlihatkan kalau keduanya sudah baikan agar perasaan orangtua itu menjadi tenang.

"Mama sama Papa lagi ke Lembang, sepertinya belum pulang karena Athaya juga ikut," ujar Andina. Ia menahan dulu adik iparnya jangan dulu pergi.

Suara nyaring anak kecil mengucap salam membuat semuanya menoleh ke asal suara. Athaya datang ditemani Bi Idah di belakangnya. Bi Idah menjemput Athaya ke rumah besar, setelah mendapat telepon dari Mama Rita yamg baru tiba dari Lembang.

"Ah anak Mama sudah pulang. Sini peluk dulu...Mama kangen nggak ketemu kakak seharian ini." Andina tampak sumringah melihat kedatangan Athaya. Tangannya terentang untuk menyambut anak sulungnya yang menuju padanya.

"Papi juga mau dipeluk--" Arya ikut membuka tangannya. Athaya yang sedang berpelukan dengan Mama Andin, segera berpindah memeluk Papinya.

"Kakak belum salim sama onti dan om Rendi--" Andina mengingatkan Athaya untuk menyalami.

"Eh iya. Kaka lupa--" Athaya tertawa lucu, membuat gemas yang menyaksikannya. Ia lalu turun dari pangkuan Papi Arya.

Athaya menghampiri Om dan tantenya itu untuk salim. Rendi mengacak rambut Athaya dengan gemas karena tingkahnya yang lucu. Marisa meraihnya untuk duduk di pangkuannya. Mencium pipi chubynya yang memerah, kontras dengan kulitnya yang putih.

"Kaka, bobo di rumah onti yuk. Mau ya?"

Athaya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Nda mau, onti. Kaka bobonya nda mau jauh dali ade."

Suasana makin hangat dengan kehadiran Athaya yang bersemangat menceritakan kegiatan mainnya saat di Lembang.

"Mama, tadi kaka bantu Opa memetik sobelli, tomat, hmmm jeluk. Tapi jeluknya galak ada dulinya. Ini tangan kaka kena duli. Tadi beldalah dikit--" Athaya yang sudah berpindah duduk di dekat Mama Andin, memperlihatkan telunjuknya yang kena duri.

"Kakak nangis gak?" tanya Andina.

"Nda Mama. Kaka jagoan. Kata Opa, anak laki-laki nda boleh cengeng. Tadi sama Opa diobatin pakai daun ijo, nda tau namanya apa. Telus daunnya dikunyah, telus ditempel ke jali ini."

Mulut mungil Athaya tak henti menceritakan kisahnya selama di Lembang dan di perjalanan. Orang-orang dewasa dengan setia mendengarkan anak kecil itu bercerita. Satu bakatnya sudah terasah berkat didikan sang mama cantik, Andina.

1
Yuli Yoga
Akan ku baca lagi ,entah untuk yang ke berapa kali,idola ku Myzan Abdillah 😍
Yuli Yoga
calon istrimu itu kak Thaya🤣🤣🤣
Yuli Yoga
Ilham calon asisten Athaya....
Yuli Yoga
Nico bohong Ar,bukan sahabat Vita, tapi first love nya😀
Yuli Yoga
Di sini kopi Mesir blm beredar ya😀
Yuli Yoga
Thaya ..Memey .... kisah pernikahan yang hanya hitungan jam😭
Yuli Yoga
Ya Alloh Athaya, mengingat kan pada anak ku lg kecil,suka nungguin di luar pintu kamar mandi,saking takut di tinggal pergi... Alfatihah untuk anak ku,3 thn yang lalu sdh di panggi oleh Alloh SWT...😭😭😭
Yuli Yoga
Nanti kalo yang ke tiga,kamu bakalan dapat hadiah piring cantik Rade...😃
Yuli Yoga
Michael alias Myzan alias papa bule alias papa atu ,idola ku diantara semua 4 sekawan😍
Lily Meliagawati
apa Edward y?
Lily Meliagawati
loh si kakak kog masih cedal y?
Sri Puji Lestari
ya smg laura sadar shg tdk jd pelakor
Diah
udh baca berulang2 tapi tetep masih 🤣🤣🤣
Nike Sulistiani
kereenn
Lala Fatimah
cerita yg bagus
Naya
skrg jadi asisten nya ya,,,
Naya
iya papa Nico,,, calon mantu mu Athaya,,, 🥰
Naya
Memey,,,, 😭😭😭😭
Eka Novariani
begitu gaya Bu bos melabrak pelakor... smooth... slowly but sure...😁
Eka Novariani
wah Arya cemburu akuuut nih 😂
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!