Bram, playboy kelas kakap dari Bekasi, hidupnya hanya tentang pesta dan menaklukkan wanita. Sampai suatu malam, mimpi aneh mengubah segalanya. Ia terbangun dalam tubuh seorang wanita! Sialnya, ia harus belajar semua hal tentang menjadi wanita, sambil mencari cara untuk kembali ke wujud semula. Kekacauan, kebingungan, dan pelajaran berharga menanti Bram dalam petualangan paling gilanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenal 1992, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Ditolak dan Dikejar: Takdir Aneh Sinta di Dunia Kerja dan Cinta
Setelah wawancara yang luar biasa singkat dan berakhir dengan ajakan makan malam, Sinta (Bram) melangkah keluar dari gedung start-up dengan perasaan campur aduk. Ia diterima! Sebuah kabar gembira yang segera tertutup oleh kegugupan tingkat tinggi. Rian, sang bos tampan, sudah menunggunya.
"Sinta, ini kejutan yang luar biasa. Saya benar-benar ingin berterima kasih secara layak atas apa yang kamu lakukan untuk keponakan saya," kata Rian dengan senyum yang membuat Sinta (Bram) merasa kaku. Senyum itu terlalu tulus, terlalu polos, jauh dari aura wanita-wanita yang biasa ia taklukkan dulu.
Sinta mencoba tersenyum, hasil latihan di depan cermin bersama Maya. "Tidak perlu berlebihan, Pak Rian. Itu sudah menjadi kewajiban saya."
"Panggil saya Rian saja, di luar jam kantor. Dan soal makan malam..." Rian menatapnya lekat. "Saya harap kamu tidak menolak. Saya sudah booking meja di tempat yang sangat privat."
Sinta menelan ludah. Jika ia menolak, ia bisa dicap tidak sopan—atau lebih buruk, kehilangan kesempatan emas ini, baik pekerjaan maupun perlindungan dari Rian.
"Baik, Rian," jawab Sinta akhirnya, merasa canggung saat mengucapkan nama itu. "Saya mau."
"Terima kasih! Saya akan menjemput mu nanti malam," tawar Rian dengan antusias.
Sinta (Bram) kembali ke rumah Maya dengan langkah yang tidak lagi kaku, meskipun rasa canggung akibat rok pensil masih tersisa. Ia melemparkan clutch bag (tas tangan) yang diberikan Maya ke sofa, lalu duduk di Sofa ruang tamu, menarik napas lega.
"Gimana, Lancar?" tanya Maya yang langsung menghampirinya, membawa dua gelas es teh.
"Lancar? Gila, May! Gila!" seru Sinta, mengambil es teh dengan tergesa. "Gue diterima kerja!"
Mata Maya langsung berbinar. "Serius? Syukurlah! Gimana caranya? Lo presentasi semua pengalaman lo?"
Sinta menggeleng, lalu menceritakan semua kejadian di ruang wawancara, bagaimana Rian terkejut, bagaimana Rian langsung mengabaikan CV-nya, dan bagaimana Rian dengan tegas menerimanya bekerja hanya karena insiden penyelamatan Fahri.
"Dia... dia nggak nanya satu pun soal IT, May. Dia cuma bilang gue diterima karena gue Sinta, wanita yang nolongin keponakannya kemarin," Sinta bergidik. "Terus... dia langsung ngajak gue makan malam malam ini. Katanya, itu 'tugas' gue selain bekerja."
Maya terdiam, rahangnya sedikit terbuka. Ia meletakkan gelas es tehnya dengan bunyi 'letak' yang cukup keras.
"Makan malam?" ulang Maya, nadanya naik satu oktaf. "Dia ngajak lo kencan tugas?"
Sinta mengangguk pasrah. "Gue nggak bisa nolak, May! Dia bos gue! Kalau gue nolak, bisa-bisa gue dipecat lagi sebelum hari pertama kerja. Lo tahu sendiri, gue butuh banget ini!"
Maya mondar-mandir. Rasa senangnya karena Sinta dapat pekerjaan langsung berubah jadi rasa cemas dan... sedikit geli. "Oke, oke. Ini gila. Sinta, lo baru aja dipecat karena nggak masuk kerja, sekarang lo malah dapat bos ganteng yang naksir lo parah. Karma lo bener-bener plot twist!"
"Terus gue harus gimana, May?" Sinta memohon. "Malam ini gue harus pura-pura jadi Sinta yang anggun dan berkelas lagi. Gue butuh bantuan lo! Please!"
Maya menghela napas, lalu tersenyum tipis. "Gini nih, Sin. Lo nggak bisa menghadapi ini sendirian. Kita butuh rencana. Lo harus tetap jadi Sinta yang profesional, tapi jangan kasih harapan berlebihan ke Bos Rian. Lagipula, lo kan nggak bisa ngasih dia... apa-apa."
"Ya, gue tahu!" Sinta (Bram) merengek, menunjuk area vitalnya yang kini rata. "Itu masalah terbesarnya! Gue nggak mau nyakitin dia, tapi gue juga nggak mau kehilangan pekerjaan."