NovelToon NovelToon
JERAT CINTA LINGGARJATI

JERAT CINTA LINGGARJATI

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta Terlarang / Obsesi / Selingkuh / Lari Saat Hamil / CEO
Popularitas:843
Nilai: 5
Nama Author: nitapijaan

Ayudia berpacaran dengan Haris selama enam tahun, tetapi pernikahan mereka hanya bertahan selama dua tahun, sebab Haris ketahuan menjalin hubungan gelap dengan sekertarisnya di kantor.

Seminggu setelah sidang perceraiannya usai, Ayudia baru menyadari bahwa dirinya sedang mengandung janin kecil yang hadirnya tak pernah di sangka- sangka. Tapi sayangnya, Ayudia tidak mau kembali bersama Haris yang sudah menikahi wanita lain.

Ayudia pun berniat nutupi kehamilannya dari sang mantan suami, hingga Ayahnya memutuskan agar Ayudia pulang ke sebuah desa terpencil bernama 'Kota Ayu'.

Dari situlah Ayudia bertemu dengan sosok Linggarjati Putra Sena, lelaki yang lebih muda tiga tahun darinya dan seorang yang mengejarnya mati-matian meskipun tau bahwa Ayudia adalah seorang janda dan sedang mengandung anak mantan suaminya.

Satu yang Ayudia tidak tau, bahwa Linggarjati adalah orang gila yang terobsesi dengannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nitapijaan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hujan

Hampir lima belas menit mereka terjebak hujan, tapi air langit itu tak kunjung memberi tanda untuk berhenti. Bahkan, sekedar menipis pun tidak. Linggar jadi sedikit khawatir dengan Ayudia, apalagi wanita itu sampai menangis ketakutan gara-gara petir yang menyambar.

Linggar bingung, apa yang harus dia lakukan agar wanita di sampingnya tenang di situasi begini, ya? Padahal tadinya suasana sempat sedikit cair gara-gara celetukannya yang menawarkan sebuah pelukan.

"Hei, nggak apa-apa, ada Mamas Linggar di sini." Menyentuh bahu Ayudia lembut, Linggar berharap wanita itu akan mencak-mencak ketika mendengar panggilan 'Mamas Linggar'. Tapi ternyata tidak mempan sama sekali, wajahnya tetap pucat dengan raut muka tegang.

"Mau pulang!" rengek Ayudia. Kalau begini, wanita itu jadi kelihatan gadis pada umumnya yang penakut. Berbeda sekali dengan hari-hari biasa yang seellau jutek dan berwajah datar.

"Shh ... sudah ya, iya nanti pulang kok. Tapi sekarang berhenti dulu, soalnya bahaya kalau di paksain." Linggar membawa Ayudia dalam pelukan hangat. Sejatinya lelaki itu juga tau kalau Ayudia kedinginan, padahal AC mobil sudah Linggar matikan.

Bukannya mereda, Ayudia malah semakin terisak di pelukan Linggar. Lelaki itu tambah bingung, dia tak pernah menghadapi kekasihnya yang sedang menangis, lah jangankan menghadapi, punya kekasih saja tidak pernah.

Jadi dia benar-benar tidak punya pengalaman.

"Lihat sini, kenapa nangis, Hm? Takut?" Linggar mengangkat wajah Ayudia untuk bertatapan dengannya. Sebisa mungkin Linggar memberi tatapan hangatnya agar Ayudia tak makin cemas sementara hujan turun semakin lebat.

"Nggak apa-apa, kan ada Mamas Linggar." Ucapnya menenangkan ketika Ayudia mengangguk. Wanita itu mengigil pelan.

Udara memang semakin meningkat, bahkan Linggar yang mengenakan Hoodie tebal saja bisa merasakan dinginnya.

Lelaki itu memutuskan keputusan sepihak, membuka Hoodie yang dia kenakan hingga menyisakan kaos putih polos yang sangat kontras dengan warna kulitnya. Lalu ingin memakaikan pakaian hangat tersebut pada Ayudia.

"Nggak usah, kamu dingin." Ayudia menolak halus. Dia memang kedinginan, tapi tak tega juga sampai membiarkan Linggar hanya berlapiskan kaos tipis.

"Pake aja,"

Ayudia menolak, mendorong sodoran Hoodie Linggar. Tapi lelaki itu tak terima penolakan apapun. "Pake sendiri atau aku pakein?" ucap Linggar menekan.

Ayudia dengan pasrah akhirnya memakai pakaian Linggar, badannya jadi lebih hangat dengan aroma menenangkan dari Hoodie tersebut. Tanpa sadar Ayudia mendesah pelan.

"Kamu nggak dingin?"

Linggar menggeleng, matanya masih menatap Ayudia dengan intens sampai membuat wanita itu heran sendiri. "Kenapa?" tanyanya.

Lelaki hitam manis itu hanya diam menatapnya, membuat Ayudia sedikit salah tingkah. "Apa sih?!" dengan refleks, Ayudia menutup mata Linggar dengan tangan kirinya yang tak di genggam lelaki itu.

Hah, bisa-bisa wajahnya terbelah kalau Linggar terus menatapnya setajam silet. Bercanda.

Linggar mendesis panjang, lelaki itu meraih jemari lentik Ayudia dari wajahnya, membawanya turun hingga didepan bibirnya yang terbuka sedikit. Linggar mengendus bau lotion Ayudia, sebelum menggerang semakin rendah.

Sial, sesuatu dalam dirinya terpancing hanya dengan aroma tubuh si perempuan?

Ayudia menatapnya dengan alis terangkat, mungkin belum sadar dengan perubahan tingkah laku Linggar yang jadi aneh. Tubuh lelaki itu juga menghangat di cuaca sedingin ini.

Tanpa sadar, Ayudia menikmati tangan besar Linggar yang membelai pipinya, hingga merasuk ke tengkuk. Wanita itu benar-benar tak sadar kalau tubuhnya sudah di monopoli oleh Linggar, bahkan bibirnya yang terbuka sedikit itu sudah di nikmati dengan perlahan dan begitu ringan.

Sudah lama Ayudia tidak merasakan sensasi ini sejak memutuskan untuk bercerai dengan Mantan suaminya. Terakhir kali Ayudia berciuman dengan Haris adalah hari terakhir mereka melakukan itu sebagai bentuk perpisahan yang ternyata menghasilkan jabang bayi.

Rasanya tak jauh berbeda, hangat, manis dan begitu lembut bagai jeli. Di tambah cuaca dingin yang merasuk membuat Ayudia semakin terbuai akan kenyamanan yang di tawarkan tubuh lelaki di depannya.

"Ahh!" Ayudia terkesiap ketika lehernya terasa basah. Tanpa dia sadari, Linggar sudah mengendus leher jenjangnya. Sementara kedua tangan besar lelaki itu mempersempit jarak di antara mereka meskipun sulit.

"Lingga ..." Ayudia tambah tersentak saat tubuhnya tiba-tiba melayang dan mendarat di pangkuan lelaki itu. Lelaki yang sedang memonopoli tubuhnya.

Anehnya, Ayudia sama sekali tak terganggu, wanita itu malah ... sedikit mendambakan?

Sementara Linggar, lelaki itu berusaha menahan diri mati-matian. Aroma tubuh Ayudia sangat mengganggunya, terlebih aroma jeruk Mandarin dari rambut gelombang Ayudia membuat otaknya melalang buana.

Bagaimana kalau Linggar membawa Ayudia ke tengah-tengah kebun jeruknya saja ya? rasanya mungkin akan lebih menggairahkan.

Untuk pertama kalinya selama dua puluh tujuh tahun Linggar hidup, dia merasakan gairah yang membuat sekujur tubuhnya memanas. Di tambah erangan lembut sang wanita terdengar begitu jelas.

Derasnya air hujan di luar sana dan Seringnya petir menyambar tak menjadi penghalang, justru semakin membuat tubuh keduanya merapat.

"Haaahh ..."

Linggar tak tau apakah Ayudia memang menikmati sentuhannya, atau hanya terbawa suasana saja. Yang pasti, lelaki itu tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Kapan lagi dia bisa mencumbu Ayudia si wanita jutek kalau bukan di keadaan seperti ini?

Bibir tebal Linggar berganti, dari leher merangkak naik menuju daun telinga Ayudia. Dia menjilatinya pelan sebelum mengigit Giwang yang tersemat di telinga Ayudia dengan gemas.

"Linggaa ..." des4h nafas Ayudia terdengar begitu panas.

"Hmm?" Linggar terkekeh pelan. Lelaki itu semakin bersemangat ketika Ayudia mendes4hkan namanya berbeda dengan orang lain.

"Panggil lagi," perintah Linggar dengan seduktif.

Ayudia memejamkan matanya dengan kepala mendongak keatas. Perlahan namun pasti, Linggar sedikit mencondongkan tubuhnya hingga Ayudia sepenuhnya bersandar di setir mobil.

"Panggil lagi, Ayudia!" Ucap Linggar tak sabaran. Lelaki itu menghentikan aktivitasnya di leher Ayudia, menunggu kata-kata yang keluar dari mulut manisnya.

"Ling —ga ..." Ayudia terbata. Tak berani menatap mata Linggar yang sudah menyala-nyala.

"Yeah, manis banget." Puji lelaki itu. lalu kembali mencondongkan tubuhnya kearah Ayudia, meraih bibir manis wanita itu. Menyesapnya pelan, lalu berubah semakin aktif. Ayudia tak tinggal diam, wanita itu membalasnya tak kalah aktif.

Untuk sejenak mereka seolah melupakan statusnya yang masih abu-abu. Ayudia adalah janda, dan Linggar adalah pemuda yang ... Tertarik dengan Ayudia?

Entah lah, urusan itu hanya Linggar yang tau.

Tapi, ke-intesan mereka malam itu, melebur menjadi satu. Suara berisik air hujan seolah menjadi musik pengiring mereka, dan Mobil itu menjadi panggung dimana Ayudia dan Linggar sedang memulai kisahnya.

"Buka, ya?" Pinta Linggar, wajahnya sudah tak karuan dengan rambut acak-acakan hasil tangan Ayudia.

"Jangan," Ayudia menolak. Wanita hamil itu memegangi celananya, lebih tepatnya mencegah Linggar melakukan keinginannya.

Tubuh bagian atas Linggar sudah toples, sementara kancing celana jeansnya sudah copot dengan resleting yang berada di tengah-tengah. Kalau saja Ayudia tidak mencegahnya, sudah pasti isi di dalam celana itu terbuka dengan gamblangnya.

"Kenapa?" tanya Linggar pelan, penuh protes.

Ayudia tetap menggeleng, lalu beranjak dari pangkuan Linggar sembari membenahi rambutnya yang sudah seperti singa. "Nggak, ini nggak bener!" Ujarnya kemudian. Wanita itu mengigiti kuku jarinya dengan tatapan ke sembarang arah.

Linggar di sebelahnya seketika mengusak wajah kasar. Dia sudah tinggi-tingginya tapi Ayudia malah mencampakkan dirinya begitu saja?

Sialan!

1
@Biru791
wah gak niat up lagi kah nih
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!