NovelToon NovelToon
Cinta Mulia

Cinta Mulia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Serena Muna

Mulia adalah seorang wanita sukses dalam karir bekerja di sebuah perusahaan swasta milik sahabatnya, Satria. Mulia diam-diam menaruh hati pada Satria namun sayang ia tak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Tiba-tiba Mulia mengetahui bahwa ia sudah dijodohkan dengan Ikhsan, pria yang juga teman saat SMA-nya dulu. Kartika, ibu dari Ikhsan sudah membantu membiayai biaya pengobatan Dewi, ibu dari Mulia hingga Mulia merasa berutang budi dan setuju untuk menerima perjodohan ini.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Serena Muna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Rencana Baru

Dinding-dinding rumah sakit yang putih, yang seharusnya membawa ketenangan, kini terasa seperti dinding penjara bagi Mulia. Bisik-bisik dan tatapan menghina tak pernah berhenti. Tapi Mulia mencoba tegar. Ia menemani ibunya, Dewi, yang berangsur-angsur pulih. Ikhsan juga setia mendampingi mereka, memastikan Mulia tidak sendirian.

Namun, di balik dinding rumah sakit, amarah Bu Hanim dan Dinda semakin membara. Mereka tidak bisa menerima kenyataan bahwa Mulia masih bisa tersenyum. Mereka melihat Ikhsan sebagai penghalang utama, dan mereka tidak akan segan-segan untuk menyingkirkannya.

"Mama, kita tidak bisa membiarkan ini," kata Dinda, wajahnya memerah karena marah. "Mulia itu harus kita beri pelajaran!"

"Tentu saja," jawab Bu Hanim, matanya menyipit penuh dendam. "Tapi kita tidak bisa melakukannya sendiri. Kita harus menggunakan cara lain."

Bu Hanim mengambil ponselnya. Ia menghubungi seseorang. "Aku mau kamu melakukan sesuatu untukku. Ada seorang wanita bernama Mulia Anggraeni, dia sering berada di rumah sakit tempat ibunya dirawat. Aku mau kamu membuat dia mengalami kecelakaan.

Jangan sampai dia mati, tapi buat dia cacat."

Suara di seberang telepon terdengar setuju. Bu Hanim tersenyum licik. "Dan satu lagi," tambahnya. "Jika ada pria yang menolongnya, kamu juga harus menyingkirkannya."

Rencana ini sudah disusun. Keesokan harinya, Mulia sedang berjalan di depan rumah sakit, membeli makan untuk ibunya. Ia tidak menyadari, sebuah mobil hitam sudah mengintainya. Mobil itu melaju kencang, langsung mengarah ke Mulia. Mulia terkejut. Ia tidak bisa bergerak.

Tiba-tiba, sebuah tangan menariknya. Ikhsan! Ia mendorong Mulia, hingga mereka berdua jatuh ke trotoar. Mobil hitam itu melaju, melewati mereka. Mulia dan Ikhsan selamat. Namun, lutut Ikhsan berdarah akibat gesekan dengan aspal.

"Ikhsan! Kamu tidak apa-apa?" Mulia bertanya, suaranya bergetar.

"Aku tidak apa-apa," jawab Ikhsan, "tapi kamu, kamu harus hati-hati."

Mulia menatap Ikhsan, matanya berkaca-kaca. Ia tahu, Ikhsan telah menyelamatkan nyawanya. "Terima kasih, Ikhsan. Kamu sudah menolongku lagi."

Ikhsan tersenyum. "Sudah tugasku."

Mulia membantu Ikhsan berdiri. Ia melihat lutut Ikhsan yang berdarah. "Kita harus segera ke rumah sakit."

Di kamar ibunya, Mulia menceritakan apa yang terjadi. Dewi terkejut. Ia memandang Ikhsan, matanya dipenuhi rasa terima kasih. "Ikhsan, kamu sudah menolong putriku lagi. Terima kasih banyak."

"Tidak apa-apa, Tante. Sudah kewajibanku," jawab Ikhsan.

Namun, Mulia tahu, Ikhsan melakukan ini bukan karena kewajiban. Ia melakukannya karena ia peduli.

****

Sementara itu, di sebuah kafe, Bu Hanim dan Dinda mendapatkan kabar bahwa rencana mereka gagal. Mobil yang mereka suruh menabrak Mulia, gagal.

"Bagaimana bisa?!" teriak Dinda. "Kenapa dia selamat?!"

"Ada seorang pria yang menolongnya," jawab Bu Hanim dengan suara serak. "Pria itu... Ikhsan."

Mata Dinda membulat. "Ikhsan? Dia lagi!"

Bu Hanim mengangguk, wajahnya tampak kesal. "Aku sudah bilang pada mereka. Kalau ada pria yang menolongnya, mereka harus menyingkirkannya."

"Lalu?" tanya Dinda. "Apakah mereka menyingkirkan Ikhsan?"

Bu Hanim menggelengkan kepalanya. "Tidak. Mereka tidak bisa. Ikhsan terlalu kuat. Mereka bilang, mereka tidak bisa menandinginya."

"Lalu, apa yang harus kita lakukan, Ma?" tanya Dinda, suaranya putus asa.

Bu Hanim tersenyum licik. "Jika mereka tidak bisa menyingkirkan Ikhsan secara fisik, maka kita harus menyingkirkannya secara profesional."

Dinda menatap ibunya, tidak mengerti.

"Kita akan menyebarkan rumor," kata Bu Hanim. "Rumor yang akan menghancurkan kariernya. Kita akan bilang, dia korupsi. Kita akan bilang, rumah sakitnya melakukan malapraktik. Kita akan pastikan, tidak ada yang mau mempercayainya lagi."

Dinda tersenyum. "Itu ide yang bagus, Ma. Dia akan menyesal sudah mengganggu kita."

Di sisi lain, Mulia masih merasa khawatir. Ia tahu, Bu Hanim dan Dinda tidak akan pernah berhenti. Ia tahu, mereka akan kembali. Dan Mulia tidak tahu, apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Ia hanya bisa berdoa, agar ia bisa melewati semua ini. Dan ia berharap, ia bisa melindungi Ikhsan, pria yang sudah berkorban begitu banyak untuknya.

****

Udara di koridor rumah sakit terasa dingin, namun bagi Mulia Anggraeni, rasa dingin itu adalah hal yang sudah biasa. Setelah insiden di kantin, ia lebih sering menghabiskan waktu di kamar ibunya atau di taman rumah sakit. Ia berusaha menghindari keramaian, menghindari tatapan dan bisik-bisik yang menyakitkan. Sore itu, Mulia keluar dari kamar ibunya, hendak mengambil vitamin di apotek rumah sakit. Langkahnya pelan, matanya menunduk.

Ia tidak menyadari, di depannya, seorang wanita berjalan dengan langkah yang sama. Wanita itu adalah Soraya, ibu Satria, yang sedang rutin check-up. Mata Soraya terhenti. Ia melihat Mulia, wanita yang menurutnya telah meracuni pikiran putranya. Darahnya mendidih. Ia teringat semua perkataan Bu Hanim, tentang Mulia yang licik, ambisius, dan ingin menguasai perusahaannya.

"Mulia Anggraeni!" suara Soraya menggelegar.

Mulia terkejut. Ia mengangkat kepalanya. Tatapannya bertemu dengan Soraya. Jantung Mulia berdegup kencang. Ia ingin lari, tapi kakinya seolah terpaku di lantai.

"Ternyata kamu masih berani muncul di sini," kata Soraya, suaranya dipenuhi amarah. "Apa kamu tidak punya malu?"

"Tante... saya bisa jelaskan," Mulia memohon, suaranya bergetar.

"Jelaskan apa lagi?" Soraya tidak memberikan kesempatan. Sebuah tamparan keras mendarat di pipi kiri Mulia. "Kamu menjijikan! Kamu wanita rendahan yang tidak punya harga diri!"

Mulia tersungkur, pipinya terasa panas. Ia memegang pipinya yang sakit, menatap Soraya dengan mata berkaca-kaca.

"Sudah menggoda suami orang, sekarang kamu mengincar anakku?" Soraya memaki. "Kamu pikir aku akan membiarkanmu menghancurkan keluarga kami? Hah?"

Mulia tidak bisa berkata-kata. Ia merasa, ia tidak bisa lagi membela diri. Semua yang ia katakan akan dianggap kebohongan.

"Kamu adalah wanita paling menjijikan yang pernah aku temui!" teriak Soraya. "Aku sudah memecatmu, tapi kamu masih tidak kapok. Kamu masih berani-beraninya mendekati anakku!"

****

"Mama! Hentikan!"

Satria muncul, wajahnya pucat pasi melihat pemandangan di depannya. Ia berlari, memisahkan ibunya dan Mulia.

"Apa yang Mama lakukan?" tanya Satria, suaranya penuh amarah. "Kenapa Mama menampar Mulia lagi?"

"Satria, lihat! Wanita ini masih mengganggumu!" Soraya berseru. "Dia wanita berbahaya! Dia ingin mencuri perusahaan kita!"

"Tidak, Ma! Mama sudah termakan hasutan Bu Hanim!" Satria berteriak. "Mulia tidak bersalah! Mama tidak boleh mempercayai omongan orang lain!"

"Pembohong!" Soraya menunjuk Mulia. "Wanita ini telah memutarbalikkan fakta, dia memfitnah suami Hanim!"

"Aku tidak pernah melakukan itu," Mulia membela diri, suaranya parau. "Aku tidak ingin menghancurkan rumah tangga siapa pun."

"Kamu itu wanita ular!" Soraya berteriak, kembali mencoba mendekati Mulia. Tapi Satria menahannya.

"Mama, aku mohon, tenanglah!" Satria memohon. "Mulia hanya korban. Dia dipecat karena difitnah. Dia diserang oleh Bu Hanim dan Dinda. Aku mohon, jangan tambahi penderitaannya!"

"Aku tidak peduli!" Soraya berteriak. "Aku hanya peduli pada anakku! Aku tidak akan membiarkan wanita sepertimu menghancurkan masa depan anakku!"

Mulia menunduk, air matanya jatuh ke lantai. Ia merasa, ia sudah tidak punya harga diri lagi. Ia merasa, ia sudah hancur. Ia tidak tahu, bagaimana ia harus bangkit dari semua ini.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!