NovelToon NovelToon
Cinta Untuk Bella

Cinta Untuk Bella

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Keluarga / Romansa
Popularitas:33.8k
Nilai: 5
Nama Author: kikoaiko

Saquel dari Novel "Janda untuk om Duda"


Semenjak mamanya menikah dengan tuan muda Danendra, perlahan kehidupan Bella mulai berubah. Dari Bella yang tidak memiliki ayah, dia menemukan Alvaro, sosok ayah sambungnya yang menyayangi dirinya selayaknya anak kandungnya sendiri.

Namun, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama, sebuah insiden membuat semua berbalik membencinya. Bahkan mama kandungnya ikut mengabaikan dan mengucilkan Bella, seolah keberadaannya tidak pernah berarti.

Di tengah rasa sepi yang mendalam takdir mempertemukan kembali dengan Rifky Prasetya , dokter muda sekaligus teman masa kecil Bella yang diam-diam masih menyimpan rasa sayang untuknya. Bersama Rifky, Bella merasakan arti dicintai dan di lindungi.


Namun, apakah cinta masa lalu mampu menyembuhkan luka keluarga yang begitu dalam?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kikoaiko, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 11

"Kamu yakin mau pindahan sekarang? Kenapa tidak besok pagi aja?" Tanya Adel. Saat ini dia dan Bella baru pulang kerja.

"Sekarang aja Del, lebih cepat lebih baik." Jawab Bella yang sudah tidak bisa menunda lagi ingin keluar dari rumah ayah sambungnya.

"Yasudah, ayo, aku antar. Sekalian aku bantu kamu pindahan" ucap Adel semangat.

Bella mengangguk senang. Perasaannya semakin berat seiring motor butut Adel melaju pelan di jalanan sepi menuju rumah Danendra. Angin malam yang dingin menerpa wajahnya, membuat bulu kuduknya meremang tanpa sebab jelas. Matanya menatap lurus ke depan, namun pikirannya melayang ke berbagai kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Adel yang duduk di depan, sesekali melihat ke arah spion memastikan Bella tetap tenang. “Santai, Bell. Semua akan baik-baik saja,” ucapnya dengan suara keras, berusaha menenangkan. Namun Bella hanya tersenyum tipis, tetap merasa gelisah.

Tangan Bella menggenggam erat tas yang berisi dompet dan ponselnya, jari-jarinya mengepal seolah berusaha menahan kecemasan yang semakin menguat. Suara mesin motor yang berdengung menjadi irama sunyi di keheningan malam.

Dalam hati, Bella bertanya-tanya apakah keputusannya pindah malam ini benar-benar tepat? entahlah, Bella tidak tahu. Dia hanya ingin segera bebas dari belenggu kebencian yang berada di rumah itu.

Selang berapa lama, motor yang mereka tumpangi berhenti di depan gerbang besar rumah megah milik Danendra, mata Adel membelalak menatap kemewahan yang terpampang nyata. Pagar besi hitam berukir dengan ukiran rumit, halaman luas dipenuhi bunga-bunga eksotis yang terawat sempurna, serta deretan mobil mewah yang terparkir rapi.

Adel teringat dengan cerita-cerita Bella tentang keluarganya membuat dia membenci keluarga Danendra. Acara ulang tahun kemarin pun teringat senyum palsu, tawa yang dibuat-buat, dan sikap angkuh yang menutupi kepura-puraan mereka. Semua itu membuat Adel merasa jijik dan marah sekaligus.

Penjaga membuka pintu gerbang, dan membiarkan Adel dan Bella masuk kedalam.

“Aku tunggu di luar saja." Jawab Adel.

Bella mengangguk pelan, "Tunggu sebentar ya, aku tidak lama kok" ucap Bella, melangkahkan masuk kedalam rumah.

Kedatangan Bella langsung di sambut ucapan pedas dari mamanya.

“MASIH BERANI PULANG KAMU KERUMAH INI, HAH? ANAK TIDAK TAHU DIRI SEPERTI KAMU TIDAK PANTAS BERADA DI RUMAH INI! ANDAI BISA MEMILIH, AKU LEBIH BAIK KEHILANGAN KAMU DARIPADA KEHILANGAN CALON ADIKMU ITU!” terika Arumi

Kata-kata itu meluncur begitu dari mulut mamanya membuat Bella terpaku membeku. Tubuhnya seakan kehilangan kekuatan, dadanya terasa sesak seperti tertimpa batu besar. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar tanpa mampu mengeluarkan sepatah kata pun.

Detik demi detik berlalu dalam keheningan yang penuh beban, sementara tatapannya kosong menatap lantai rumah yang dulu pernah jadi tempat dia merasa aman. Sekarang, setiap sudut seolah menyimpan bayangan kebencian dan penolakan yang menusuk lebih dalam dari pisau tajam.

Dengan tangan gemetar, Bella perlahan menutup pintu rumah tersebut, berusaha menahan air mata yang hendak mengalir. Ia berusaha tetap tegar meskipun rasa sakit menggerogoti tubuhnya.

"Keluar dari rumah ini sekarang juga! saya tidak ingin nama baik keluarga ini hancur karena ulah anak berandalan seperti kamu!" suara Alvaro, ayah sambungnya, menggema dengan nada dingin dan penuh kemarahan yang menusuk jantung. Matanya menatap tajam Bella seakan-akan ingin memakannya hidup-hidup.

"Anak liar dan tidak tahu aturan seperti kamu tidak pantas berada di keluarga Danendra," sahut Opa Jason, suaranya berat dan penuh penghinaan. Di belakang Alvaro, oma Julia menatap Bella dengan wajah penuh kebencian yang sudah lama terpendam.

Bella tetap menegakkan kepalanya menatap mereka satu persatu, bibirnya gemetar tapi tak mampu mengeluarkan sepatah kata pun. Satu persatu cacian itu bagai belati yang terus menusuk hatinya. Rasa sakit dan penolakan yang selama ini dia rasakan akhirnya mengerucut menjadi kenyataan yang tak terbantahkan. Ia memang bukan bagian dari keluarga ini.

Matanya yang mulai memerah menahan air mata, tapi ia memilih diam. Tidak peduli seberapa dalam luka yang mengoyak hatinya, dia tidak tahu apa yang dia lakukan mengapa semua orang mencacinya? Ingin rasanya Bella bertanya, tapi dia mengurungkannya. Keputusan keluar dari rumah Danendra semakin membuat Bella yakin.

"Baik, saya akan keluar dari rumah ini. Tapi sebelum itu, izinkan saya mengambil barang-barang saya terlebih dahulu" ucap Bella tetap tenang.

Tanpa menunggu jawaban dari mereka, Bella melangkahkan kakinya menuju ke kamarnya, dia mengemasi barang miliknya dan memasukkannya kedalam tas punggung miliknya. Bella hanya mengambil dokumen penting, dan beberapa helai baju yang dia beli menggunakan uangnya sendiri. Semua barang yang di beli menggunakan uang Alvaro dia tinggalkan.

Setelah selesai Bella keluar menemui keluargnya. Ruangan itu terasa hening, tidak ada yang berbicara atau berusaha menahan dirinya.

Bella melangkahkan kakinya mendekati meja, "ini semua barang yang selama ini sudah kalian berikan, tidak ada satupun yang saya bawa" ucap Bella mencoba kuat di hadapan mereka. Dia mengeluarkan perhiasan masa kecilnya, dan sebuah kartu ATM yang pernah Alvaro berikan padanya.

"Terima kasih sudah mau menampung dan merawat anak pembawa sial ini. Berkat kalian saya bisa tumbuh besar seperti saat ini" ucap Bella, dia menarik nafas dalam dan melanjutkan ucapannya. "Untuk om Al yang pernah ku panggil papa, terima kasih sudah mau merawatku. Karena om aku bisa merasakan kasih sayang seorang papa, meskipun tidak lama setidaknya aku pernah merasakannya" ucap Bella sambil menatap ayah sambungnya.

Alvaro melengoskan wajahnya menghindari tatapan Bella. Perasaannya tidak nyaman mendengar ucapan putri sambungnya.

"Om, Bella titip mama, jaga dia dan jangan menyakitinya. Karena selama ini mama sudah cukup menderita karena adanya aku di dunia ini. Maaf, untuk semua kesalahan yang sudah aku lakukan terhadap keluarga ini." ucapnya.

Bella menarik nafas dalam, dia mengalihkan pandangannya ke arah oma dan opanya.

"Untuk nyonya dan tuan Danendra, terima kasih atas kasih sayang kalian kepadaku selama ini. Maaf, aku belum bisa membalas semua kebaikan kalian" ucap Bella yang tidak pernah berhenti mengucapakan kata maaf kepada mereka semua.

Kini tatapan Bella beralih menatap ke arah mamanya.

"Ma, jaga diri baik-baik, jangan lupa jaga kesehatan" ucap Bella.

Bella menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya. Dia menatap ke arah Shaka, Naka, dan adik kembarnya, secara bergantian

"Maaf" ucap Bella membungkukan sedikit badannya sebagi penghormatan terakhirnya kepada keluarga Danendra. Dia pergi meninggalkan segala kebencian dan penolakan yang selama ini dia rasakan. Namun di dalam hatinya, ada perih yang tak terucapkan, karena merasa benar-benar terbuang dan tak pernah diterima.

Saat di ambang pintu tiba-tiba suara Kairen menghentikannya.

"Kak Bella tunggu" panggil Kairen

Bella menoleh,  melihat sang adik. "Ada apa?" Tanya Bella dengan senyum yang di paksakan.

Kairen memeluk Bella erat, sambil menangis terisak. Bella mengkat tangannya membalas pelukan adiknya dan mencoba menenangkannya.

"Kakak hati-hati ya, maaf, Kairen tidak bisa membantu kakak" ucap Kairen.

Bella mengangguk, dia mengurai pelukannya dan mengusap kepala adiknya.

"Kakak pergi dulu, jadi anak yang baik jangan melawan orang tua" pesan Bella, dia tahu selama ini Kairen selalu membela dirinya di hadapan keluarganya.

Bella melangkah keluar, dan berjalan menghampiri Adel.

"Maaf Del, lama" ucap Bella sambil tertawa kecil seolah tidak terjadi sesuatu.

"Sans aja" jawab Adel.

Bella menaiki motor dan duduk di belakang Adel, mereka pun pergi meninggalkan kediaman Danendra.

"Bella"

1
Vivi Zenidar
cerita nya bagus..... menguras emosi.... aq suka
Ikha nugraha
buat semua benci mauren
Les Tary
moureen ga punya malu
Euis Maryam
jangan sampai bela di sakiti juga sama Rifki thor kasian
Nureliya Yajid
lanjut thor
Novi Pardosi
gimana dengan sakitnya Bella?
Ariany Sudjana
kapan sih Maureen ini kena batunya? semua keluarga Danendra membela terus, hanya kairen yang masih waras
Sani Srimulyani
semoga Bella selalu bahagia.
Euis Maryam
lanjutkan
Helen@Ellen@Len'z
gak suka lihat bella lg senang dpt makanan dr rifky trus mau ngadu sm papa pokonya sy gak suka maureen ya rhor hrp bella kuatkan hati dan mental jika papanya dtg menyerang bella tiba2
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ariany Sudjana
Maureen itu bisa apa sih? dikit-dikit ngadu, dasar anak manja
Yuni Songolass
gak suka dengan maureen thor
Nofita Sari
emang yaa maureen ini tukang ngadu
up lagi thor
Galuh Setya
tjor kok g da lnjtn si belanya
Riskazputri
👍❤️👍❤️👍❤️👍
uuuu
semangat thor, kita siap menunggu
Nofita Sari
ngomong² bella update lgi gk yaa apa sudah tamat..
La Rue
tetap semangat ya Author
Nancy Nurwezia
bagus gitu novelnya kok ditolak sih..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!