Dean Willis Granger cucu dari pemilik Rumah Sakit ternama Gr.Hospital. Menjadi cucu laki - laki satu - satunya dan belum menikah, membuat pria itu menerima beban tuntutan dan harus menerima akan perjodohan yang telah di atur sang kakek.
"ck ini sudah zaman modern tidak perlu perjodohan atau semacamnya" tolaknya dengan santai seraya memakai jas nya.
"Tidak, besok acara makan malam. Tidak ada penolakan Dean" ketusnya yang berlalu meninggalkan cucunya yang mematung.
***
Pertemuan dengan keluarga Ashton nyatanya merubah sudut pandang Dean. Gadis Nakal yang dia temui tempo lalu di sebuah bar nyatanya adalah calon adik iparnya. Sifatnya bertolak belakang dari saat pertama kali bertemu.
"Naomi, masih ingat denganku?" Kedua alisnya terangkat dan memberikan seringainya.
"S-siapa? Mau apa memgikutiku hah? Kau ini calon suami kak Grace!" memberikan ultmatum.
"Aku tidak berselera tidur dengan pria yang usianya lebih tua dariku" ejek Dean menirukan kalimat yang pernah diucapkan Naomi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jeonfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mengobati
Berbekal tekad yang dia keluarkan secara implusif karena sebuah gengsi nyatanya tak sepenuhnya buruk di awal. Suasana yang mencekam dan ruangan yang gelap beserta suara keras dari backsound yang di putar oleh staff seketika membuat nyalinya ciut.
"Kak.. kamu kan laki - laki. Du-duluan saja, aku di belakang" ucapnya dengan sedikit getaran di bibirnya. Dia tidak tahu akan ada apa di depannya kelak, apalagi sudut pemisah ruangan yang tak terdeteksi cahaya. Suara - suara horor dan jeritan pengunjung lainnta seketika membuat bulu kuduknya merinding.
"Nanti kamu tersesat. Aku yang akan repot. Aku saja yang dibelakang" ucap Dean menolak. Dia bisa saja berjalan lurus dan melewati wahana dengan baik. Tapi dia tidak yakin dengan Naomi. Bisa saja saat dia melirik ke belakang Naomi sudah tidak ada, itu akan merepotkan.
"ck..begini saja, aku tidak takut. Hanya saja disini gelap dan mataku sepertinya tidak berfungsi dengan baik. Jadi kita berjalannya berbarengan saja" ucap Naomi beralibi meminta Dean untuk sejajar dengannya.
Pria itu mendecih dan mengalihkan pandangannya, dia tersenyum miring, walau pencahayaan di ruang pertama ini minim, tapi dia masih bisa melihat jelas ketakutan yang ada pada wajah Naomi. Itu cukup mwmbuatnya terhibur.
Naomi berjalan beriringan dengan Dean, jarak yang tadinya semakin ada kini mulai mengikis perlahan demi perlahan. Lengan Naomi mulai bersentuhan dengan Dean.
"Aaaaaa...." teriaknya yang terkejut karena mendapati jumpscare figuran yang memakai kostum horor. Wajahnya yang dirubah menjadi monster penuh dara* membuat degup jantungnya semakin kencang.
Naomi refleks memegang lengan Dean dengan erat. Dia mengeluarkan sisi takutnya dengan jelas. Dean yang merasakan kepalan tangan erat Naomi di lengannya membantu menenangkannya dengan mengusap - usap tangannya.
Manekin tengkorak yang berjejer dengan aktivitas diamnya dan kerlingan kata yang bergerak sedikit demi sedikit menghasilkan aura horor yang semakin kuat.
"Be- berapa ruangan lagi untuk sampai ke pintu keluar?" Tanya Naomi pada Dean. Tangannya masih berpangku erat di lengannya.
"Ini baru akan ke lantai dua Naomi. Tangga besar itu kita belum naik" tuturnya menunjuk tangga besar di depan mereka dengan karpet merah menyala.
Naomi menghela nafasnya, ternyata sedari tadi dia menjerit ketakutan baru awalnya saja, baru di lantai dasar. Dia tidak bisa membayangkan lagi akan semenguras energi apa di lantai berikutnya.
"Kalau kamu takut kita bisa keluar sekarang memutar balik" ucap Dean memberikan pilihan pada Naomi. "Tidak tidak, aku tidak takut. Ayo cepat naik tangganya!" ucapnya dengan mendesak Dean.
*Shhhhttttt*
Kilatan sesuatu yang bergerak di belakang langkah mereka berjalan begitu cepat. Naomi memejamkan matanya dan berusaha untuk tidak penasaran akan apa yang ada dibelakang mereka.
Naomi sudah cukup terkuras energinya, dia memilih men skip ruangan yang ada dang langsung melenggang menggaet lengan Dean menyusuri koridor untuk menuju exit.
Saat panah exit mulai terlihat Naomi melepaskan genggaman di lengan Dean dan berlari keluar dengan tidak hati - hati.
"Naomi jangan lari !" teriak Dean yang merasa khawatir dan mempercepat langkahnya.
*Bruukk*
"Awww. .." Naomi tersungkur saat keluar dari wahana mansion berhantu itu.
"Aku bilang kan hati - hati tadi" ucap Dean yang segera menghampiri Naomi dan membantunya berdiri.
Sorot mata Dean tertuju pada robekan di punggung atas sebelah kiri Naomi. Terdapat luka di area tersebut.
"Naomi kamu terluka" ucap Dean dengan tangannya yang sigap merangkul. Menutupi robekan di punggungnya. "Ah itu shh.. aku tidak tahu tadi kenapa." Ucap Naomi menyahuti akan itu.
"Karena langkahmu yang tidak berhati - hati pasti tadi menyenggol properti tajam dan tidak sadar itu melukaimu. Kita obati dulu" ucap Dean mengajak Naomi untuk ke area medis terdekat.
"Tidak mau. Tidak usah. Sebentar lagi kan kembang apinya di mulai. Nanti tidak kebagian spot bagus untuk menunggu. Lebih baik kita ke store saja, aku akan membeli jaket untuk menutupi ini" ucap Naomi menolak ajakan Dean.
Dean mengalah, dia mengikuti langkah Naomi mengunjungi store disney yang menjual berbagai pernak pernik berbagai karakter disney.
"Aku mau beli ini saja, ini simple tapi masih lucu ada bordiran besar minnie mouse di belakangnya" Dean mengangguk dan memanggil staff untuk membungkusnya.
"Ada yang lain ?" Tanya staff tersebut yang di balas gelengan kepala oleh Naomi.
Staff tersebut membawa jaket tersebut ke arah kasir dan melihat barcode di price tag yang tertera. "Oh maaf ini tidak terjual terpisah, ini terjual sepasang dengan mickey mouse yang ada di sebelahnya" tutur staff tersebut mengarahkan lengannya pada arah Naomi memilih tadi.
"Ini jaket couple" ucap staff memberikan informasi lanjut.
"Ah couple, hmm.. tidak apa aku ambil saja yang mickeynya juga." Ucap Naomi yang akhirnya menyetujui. Staff tersebut berjalan dan mengambilkan kembali.
"Ukuran apa nona?" Tanya Staff tersebut setelah sampai di bagian etalase jaket.
Naomi kebingungan untuk menjawab. Dia tidak tahu akan diberikan kepada siapa jaket mickey mouse tersebut.
"Kamu membeli untuk siapa?" Dean menyelidik dan mengira itu akan diberikan pada lelaki yang bersamanya tadi yaitu Fred.
"Untuk kekasih di masa depan. Aku tidak tahu size nya" jawabnya pelan seraya berdesis.
"ck.. XL" jawab Dean pada staff tersebut.
"K-kau" Naomi kehabisan kata - kata untuk tingkah spontan pria di depannya.
"Terlalu lama berfikir. Memakan waktu. Jaketnya untukku karena aku yang akan membayar ini" ucap Dean mengeluarkan kartu kreditnya tanpa menatap Naomi.
***
"Terima kasih Grace, kami pamit dulu. Om, tante kami pamit dulu. Terima kasih untuk makan malamnya dan maaf merepotkan" ucap salah satu rekan lama Grace. Mereja datang berempat. Kebetulan mereka mendapati tugas mengikuti workshop selama dua hari ini London dan menyempatkan berkunjung.
"Sama - sama. Tante senang kalian datang. Jangan lupa jika kesini lagi mampir" ucap Lucy yang merasa senang akan kehadiran teman - teman anaknya.
"Iya tante pasti." Sahut teman lainnya yang melebarkan senyumnya dan merasa senang.
Mobil yang membawa keempat teman Grace sudah melaju keluar halaman rumah. Grace tersenyum simpul. Walau dia sudah tidak bekerja di Rumah Sakit lamanya, tapi hubungan baik dengan teman - teman disana masih terjalin dengan sebagaimana mestinya.
"Grace adikmu belum pulang juga" ucap Lucy yang mengingat anak bungsunya belum kembali juga.
"Dia ingin melihat kembang api disana. Biarkan saja" ucap Grace menjawab kekhawatiran ibunya.
"Anak itu pasti merindukan suasana itu. Apa tidak apa - apa merepotkan Dean? Mama jadi tidak enak dia jadi mengasuh Naomi" tutur Lucy yang merasa terbebani karena mengetahui karakter putri bungsunya.
"Tidak ma, semua akan baik - baik saja. Kita masuk saja ke dalam ma" ajak Grace pada ibunya. Dia merangkul lengan Lucy dan membawanya masuk.
***
*Sssiiiiwwww DORR DORR DORR*
Sorak sorai pengunjung memadati area. Mereka tidak ingin kehilangan moment dengan mengabadikan lewat memori ponselnya. Begitu juga Naomi yang sibuk dengan ponselnya dengan mengabadikan moment lewat video.
Dean melirik Naomi yang berada di sampingnya. Sorot matanya berbinar cerah seperti warna warni yang menyala di langit. Begitu pula bibirnya yang terbuka lebar karena takjub.
Segurat senyum mengukir di bibirnya. Ini pertama kali bagi pria itu mengikuti parade kembang api, menunggu antrian dan cukup berdesakan dengan yang lain.
***
Naomi menatap ke arah luar kaca jendela mobil Dean, rupanya Dean sengaja mampir ke apotik terdekat dari Disneyland. Sorot matanya mengekori setiap langkah Dean yang kini masuk ke dalam mobil.
"Lukanya diobati dulu Naomi" tuturnya dengan ekspresi serius. Membuat Naomi menjadi tegang dan takut.
"Ti-tidak usah kak Dean, nanti saja di ruma" tolaknya dengan kedua tangannya yang menolak.
"Naomi !" Suara rendah dan dalam menusuk telinga gadis itu. Sorot matanya yang tegas menambah kesan horor, dia tidak bisa lagi mengelak dan berkutik.
"I-iya iya" jawabnya yang dengan ocehan samar di bibirnya. Naomi membuka jaket mickey mouse yang dia pakai dan membelakangi Dean. Memperlihatkan luka di punggunh atasnya akibat kecerobohannya.
Dingin jemari Dean menusuk kulit Naomi. Tangan itu mulai bergerak mengenyampingkan bekas sobekan di bajunya. Naomi mencuri - curi lirikan dengan melihat ke arah belakang.
Dean sedang menuangkan cairan alkohol pada kapas untuk membersihkan lukanya. "A-apa lukanya parah?" Tanya Naomi mencairkan keheningan.
"Untungnya tidak. Lain kali jangan nakal. Menurut!" Jawabnya yang pada akhirnya menemukan celah untuk Naomi mendapatkan omelan.
"Hmmm iya iya. Mengatakan nakal terus menyebalkan" desisnya yang masih terdengar jelas.
"Aku mendengarnya Naomi" kedua matanya membulat mendengar perkataan Dean. Naomi menutup bibirnya dengan tangannya dan berniat berhenti untuk tidak mengeluarkan kata - kata apapun lagi.
Dean menempelkan kapas yang sudah diberikan cairan alkohol untuk membersihkan. Sensasinya dingin dan sedikit perih. Setelah itu dia memberikan obat luka pada bagian goresan di punggung Naomi. Ini lebih perih dari sebelumnya.
"Sssttt..." suara dari Naomi berhasil menghentikan tangan Dean yang tengah mengobatinya.
"Tahan sedikit. Aku sudah pelan" ucap Dean yang diberi anggukan oleh Naomi.
***
Pria itu berhasil menjalankan tugas dan amanah yang diberikan oleh Grace yang menitipkan adiknya. "ck.. dasar ceroboh" bibirnya tersenyum seketika mengingat Naomi yang ketakutkan di wahana horor.
"Kau sudah kembali? Pasti menyenangkan bukan kencannya sampai kembali malam sekali" ucap William yang ternyata menunggu kepulangan cucunya dari kencan yang dia persiapkan.
"Hmm.. aku ke kamar dulu kek" sahut Dean yang memilih tidak banyak bicara.
"Sebentar dulu" ucapan William berhasil membuat langkah Dean terhenti. Dia menyipitkan sorot matanya dan berjalan memutari tubuh cucunya.
"Jaketnya cukup bagus. Gambar karakter disney. Kamu biasanya tidak mau memakai seperti ini" ejek William dengan tatapan jahilnya.
"ck kakek ini sudah malam. Seharusnya kakek tidur. Sudahlah aku mau ke kamar dulu" ucap Dean yang tidak menghiraukan apa yang dikatakan oleh kakeknya.
William menatap punggung cucunya yang perlahan mulai menjauh menaiki tangga. Kedua tangannya bertautan di belakang punggungnya dan menyiaratkan senyum tipis.