Seorang wanita mendatangi klinik bersalin di tengah malam buta. Wanita itu meringis menahan rasa sakit. Sepertinya dia ingin melahirkan.
Setelah mendapatkan pertolongan dari Bidan, kini wanita itu menunggu jalan lahir terbuka sempurna. Namun, siapa sangka ia akan di pertemukan oleh lelaki yang sengaja ia hindari selama ini.
"Lepas, Dok! Aku tidak butuh rasa kasihan darimu, tolong jangan pernah menyakiti hatiku lagi. Sekarang aku tak butuh pria pengecut sepertimu!" sentak wanita itu dengan mata memerah menahan agar air mata tak jatuh dihadapannya.
"Alia, aku mohon tolong maafkan aku," lirih lelaki yang berprofesi sebagai seorang Dokter di sebuah klinik bersalin tempat Alia melahirkan. Lelaki itu menatap dengan penuh harap. Namun, sepertinya hati wanita itu telah mati rasa sehingga tak terusik sedikitpun oleh kata-kata menghibanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Risnawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menemui alamat Alia
Pagi-pagi sekali Alia sudah bersiap untuk pergi mengais rezeki, karena semalam ada pembuangan sampah dari Pemda, maka pagi ini para pemulung akan berserabutan agar mendapatkan hasil yang banyak.
Alia juga tak ingin kalah, ia sudah mempersiapkan segalanya, dari mulai karung goni, dan peralatan mulung yang lainnya.
"Alia, kamu sudah siap? Ayo nanti kita keduluan dengan yang lain," seru Bu Ambar.
"Baik, Bu." Alia segera mengunci pintu rumahnya.
Kini mereka sudah sampai di lokasi pemulung. Mereka mulai mencari barang rongsokan yang berada didalam tumpukan sampah. Dengan sabar mereka mengais-ngais untuk menyisihkan antara sampah dan barang-barang yang dapat mereka jual.
Alia berusaha tegar dan selalu tersenyum manis pada semua teman sesama satu profesi.
"Alia, kalau lelah istirahat saja, kamu tidak perlu memaksakan diri," ucap pemuda yang bernama Romi.
"Nggak kok, Rom. Aku belum capek," jawab Alia dengan wajah kalem.
"Alia, kenapa kamu tidak mau membuka hati untukku? Padahal aku sungguh ikhlas menerima kamu dan anak yang ada dalam kandunganmu," ucap lelaki itu kembali. Ini sudah kali kedua ia menanyakan prihal itu, namun, Alia tetap tak bergeming sedikitpun untuk menerimanya.
"Maaf, Rom, aku benar-benar belum kepikiran untuk menikah. Aku masih sanggup membiayai hidupku dan juga anakku. Kamu Pria yang baik, dan aku juga yakin bahwa kamu pasti akan mendapatkan wanita yang jauh lebih baik dariku," ucap Alia menolak secara halus.
Romi menatap begitu dalam. Alia hanya menunduk. Ia tak ingin memberi harapan kepada Pria baik itu. Untuk saat ini ia hanya ingin hidup berdua dengan buah hatinya saja. Belum terpikir untuk menikah dengan siapapun.
"Alia, mungkin saat ini hatimu belum bisa menerimaku sebagai seorang kekasih, tapi aku berharap kamu mau menerimaku sebagai teman. Jika nanti kamu membutuhkan sesuatu, tolong beritahu aku. Aku siap membantu apapun itu," ucapnya penuh harap.
"Terimakasih ya, Romi, aku bersyukur mempunyai teman yang baik seperti kamu."
"Sama-sama, udah ayo kita mulung di bagian sana. Kayaknya yang lain pada seneng, mungkin banyak disana," ucap Romi menunjuk bagian yang belum mereka ubek tumpukan sampah.
Alia dan yang lainnya begitu semangat menjemput rezeki, hingga ia melupakan bahwa hari ini ada jadwal periksa di RS Ibu dan anak itu.
Seketika Alia menyadari saat waktu sudah menunjukkan pukul empat sore.
"Astaghfirullah, aku benar-benar lupa!" serunya sembari berdiri termenung.
"Ada apa, Alia?" tanya Bu Ambar.
"Aku lupa bahwa hari ini ada jadwal periksa kandungan di klinik, Bu," jelasnya.
"Yasudah, kamu bersiap sekarang. Mungkin masih bisa," ucap wanita baya itu memberi semangat.
"Tapi, ini sudah jam empat, Bu. Apakah tidak terlambat?" tanya Alia, ia juga belum bersiap.
"Sudah ketinggalan jauh, Bu, kata petugas kemarin, jadwal Dokter dari jam dua hingga jam lima sore," jelasnya merasa akan sia-sia.
"Yasudah, kalau begitu kamu undur saja dulu. Atau jika kamu ada uang, daftar melalui berbayar saja besok," ucap Bu Ambar memberi solusi.
"Baiklah, Bu, lagipula kehamilan aku masih lima bulan. Nanti saja kalau sudah tujuh atau delapan, baru aku USG." Akhirnya Alia memutuskan untuk menundanya.
***
Di sebuah ruangan, terlihat seorang Dokter tampan sedang fokus memeriksa setiap pasien yang di panggil menurut antrian.
"Udah selesai semuanya, Sus?" tanya Hanan pada perawat pendampingnya.
"Sudah, Dok, ada satu pasien yang tidak datang," jelas perawat setelah memastikan semua sudah di periksa oleh Dr Obgyn.
"Oh, mungkin sedang berhalangan. Kalau besok dia datang, berikan saja jadwal di hari berikutnya," titahnya pada sang perawat.
"Baik, Dok." Perawat itu mengikuti perintahnya, mereka sudah tahu bahwa Hananlah Dokter sekaligus manajer di RS itu.
Hanan selesai melaksanakan tugasnya untuk hari ini. Dan ia segera melanjutkan kegiatan yang lain untuk mengembangkan kualitas terbaik di RS Ibu dan Anak yang masih sangat baru.
Jam delapan malam Hanan menyudahi kegiatannya di klinik. Ia butuh istirahat untuk merilekskan tubuh dan pikirannya. Pria itu pulang masih menggunakan kendaraan dari wanita yang kini masih ia cari keberadaannya.
Hanan masih bertanya-tanya tentang keberadaan Alia, tetapi ia benar-benar tak mempunyai petunjuk apapun. Hanya ada satu cara untuk dirinya berusaha agar bisa menemui wanita itu. Yaitu melalui surat kendaraannya.
Beruntung gadis itu menyimpan surat-surat kendaraannya di jok motor, jadi Hanan bisa menggunakannya untuk mencari keberadaannya, tetapi, tidak sekarang juga, karena semua butuh biaya. Setidaknya ia harus mempunyai uang terlebih dahulu.
Hanan pulang dengan wajah lelah. Ia segera membersihkan diri, dan tak lupa melaksanakan ibadah empat rakaat sebelum merebahkan tubuhnya di ranjang.
Begitulah kegiatan sehari-hari yang di jalani oleh Dokter yang berumur dua puluh sembilan tahun itu. Ia harus bekerja dengan maksimal dalam mengambil dua tugas sekaligus, yaitu sebagai seorang Dokter, juga sebagai perwakilan di Klinik.
Tak terasa waktu berjalan, kini sudah tiga bulan Hanan mengemban tugas di Klinik kesehatan Ibu dan anak. Sore ini Pria itu sedang membuka data pasiennya hanya untuk mengetahui sudah berapa banyak Ibu hamil yang mendatangi klinik sejak dirinya bertugas.
Hanan mengamati satu persatu nama-nama yang tertera. Seketika matanya membulat sempurna saat menemukan sebuah nama yang sudah tak asing lagi.
"Alia! Benarkah dia Alia yang sedang aku cari?" Pria itu bergumam sendiri. Hanan segera mengeluarkan surat kendaraan milik Alia untuk menyamakan.
"Alhamdulillah, ternyata benar. Aku harus menemukannya saat ini juga," ucapnya segera beranjak meninggalkan meja kerjanya.
"Sus, apakah alamat pasien ini jauh dari sini?" tanya Hanan pada perawat yang sedang bertugas.
"Saya kurang tahu alamat ini, Dok," jawab salah satu perawat. Namun, ada diantaranya yang tahu.
"Kalau ini saya tahu, Dok, ini namanya kampung kumuh," jelas wanita itu.
"Kampung kumuh?" tanya Hanan sedikit mengerutkan keningnya.
"Iya, karena disana adalah tempat pembuangan sampah pemerintah daerah. Jadi penduduk disana rata-rata mata pencaharian mereka jadi pemulung," jelasnya kembali.
Seketika hati Hanan bagaikan dicubit. Dirinya benar-benar telah menyulitkan wanita itu. Berapa besar kesalahan yang telah ia lakukan, sehingga kesalahannya banyak yang menjadi korban.
Tentunya Alia yang menjadi korban lahir dan batin. Bahkan gadis itu telah kehilangan ayahnya. Rasa bersalah semakin menumpuk dalam dada, nafasnya sesak karena himpitan rasa takut akan terjadi hal buruk pada Alia dan anak yang ada di kandungannya.
Hanan segera mendatangi alamat itu. Sebenarnya ia ingin menunggu pagi saja. Namun, hati dan logikanya tak sejalan, sehingga ia nekat mencari keberadaan gadis itu di tengah malam buta.
Hanan melewati jalanan cukup sepi untuk sampai di kampung kumuh. Hanya dua puluh menit ia sudah sampai disana, ia menatap disepanjang jalan banyaknya tumpukan sampah yang sudah menggunung.
Kembali hatinya merasa pilu. Apakah Alia juga bekerja sebagai pemulung? Bagaimana dengan kesehatan janinnya? Apakah dia baik-baik saja?
Banyak sekali pertanyaan dalam benaknya tentang wanita malang yang telah ia rusak hidupnya. Ia berharap tidak terlambat untuk memperbaiki semua ini. Semoga Alia bisa memaafkan kesalahan yang telah ia lakukan.
Bersambung....
Jangan lupa dukungannya ya, dan satu lagi, author ingin mengingatkan pada raeder, tolong membaca dari awal, jangan melompati bab ya, karena itu bisa merusak retensi novel ini. Terimakasih untuk yang telah memberi dukungan 🤗🙏🙏
Happy reading 🥰
fix no debat