Dikhianati kekasih demi uang dan diinjak-injak hingga sekarat oleh Tuan Muda sombong, Ye Chen bangkit dari titik terendahnya setelah mengaktifkan "Sistem Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda". Dengan saldo tak terbatas dan kekuatan yang meningkat setiap kali menaklukkan wanita... mulai dari dosen yang dingin, polisi galak, hingga ibu tiri musuhnya... Ye Chen bersumpah untuk membalas setiap penghinaan dengan dominasi total, menjadikan kota metropolitan Jianghai sebagai taman bermain pribadinya di mana uang adalah hukum dan wanita adalah sumber kekuatannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ex, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 System kekayaan dan kultivasi ganda
"Patahkan kakinya. Dan pastikan dia tidak bisa bicara lagi soal apa yang dia lihat malam ini," perintah Zhao Ming datar, seolah sedang menyuruh membuang sampah.
"Siap, Tuan Muda!"
Krak!
Tanpa basa-basi, sebuah pukulan keras menghantam rahang Ye Chen.
"Arrghh!"
Ye Chen terlempar ke aspal yang kasar. Belum sempat ia menarik napas, tendangan bertubi-tubi menghujani tubuhnya.
Bugh! Duagh! Brakk!
"Mati kau! Mati kau, Anjing miskin sialan!"
Setiap pukulan disertai makian dari para pengawal itu. Tulang rusuk Ye Chen berderak patah. Darah segar menyembur dari mulutnya, mewarnai genangan air hujan menjadi merah gelap.
Ye Chen mencoba melawan, mencoba mencakar, mencoba menggigit, tapi tenaganya tidak sebanding. Dia hanyalah pemuda biasa yang kurang gizi, melawan mesin pembunuh profesional.
Uhuk! Uhuk! Bluurhh...
Darah kental keluar dari mulutnya. Pandangannya mulai kabur. Rasa sakit yang tadi menyengat kini perlahan berubah menjadi kebas yang dingin.
Dari sudut matanya yang bengkak, dia melihat Zhao Ming sedang merangkul Lin Rou. Tangan pria itu meremas pantat Lin Rou dengan kasar, dan wanita itu... wanita itu tertawa.
"Aduh, Tuan Muda, jangan di sini... nanti dilihat orang," desah Lin Rou manja.
"Biar saja. Biar si sampah ini melihat, siapa yang pantas untuk memilikimu sebenarnya."
Zhao Ming mencium bibir Lin Rou dengan ganas di depan Ye Chen yang sekarat. Suara kecipak bibir mereka terdengar seperti ejekan terakhir bagi Ye Chen.
Mereka masuk ke dalam mobil.
Brummm!
Mobil merah itu melaju kencang, bannya sengaja melindas genangan lumpur tepat di samping kepala Ye Chen.
Srrrtt!
Air lumpur hitam bercampur kotoran jalanan menyiprat, menutupi wajah Ye Chen yang sudah babak belur.
Sunyi kembali menyelimuti gang itu. Hujan semakin deras, seolah ingin menghapus jejak kejahatan yang baru saja terjadi.
Ye Chen terbaring sendirian. Dia tidak bisa lagi menggerakkan jari-jarinya. Napasnya pendek-pendek, tersendat oleh darah yang memenuhi paru-parunya.
Dingin.
Sangat dingin.
'Apakah aku akan mati seperti ini? Mati seperti anjing liar di pinggir jalan?'
Bayangan ibunya di rumah sakit melintas di benaknya. Ibunya yang rela bekerja mencuci baju tetangga demi menyekolahkannya. Ibunya yang kini sedang menunggu uang operasi yang tidak akan pernah datang.
Rasa bersalah yang teramat sangat menghantam jiwanya lebih keras daripada pukulan bodyguard tadi.
'Maafkan aku, Bu... Anakmu ini tidak berguna. Anakmu ini sampah...'
Lalu, rasa bersalah itu perlahan berubah bentuk. Menjadi sesuatu yang lebih gelap. Lebih panas.
Kebencian.
Dia membenci Zhao Ming. Dia membenci Lin Rou. Dia membenci dunia yang hanya memihak pada orang kaya. Dia membenci tuhan yang membiarkan orang jahat hidup mewah sementara orang baik mati kelaparan.
'Jika ada kehidupan selanjutnya... aku tidak ingin jadi orang baik,' batin Ye Chen, darah menetes dari sudut matanya. 'Aku ingin jadi iblis. Aku ingin jadi penjahat. Aku ingin menginjak kepala mereka, memperkosa harga diri mereka, membuat mereka memohon kematian!'
'Aku ingin KEKUASAAN! AKU INGIN KEKAYAAN! AKU INGIN SEGALANYA!'
Teriakan batinnya begitu kuat, begitu putus asa, hingga seolah menembus batas dimensi.
Saat kesadaran Ye Chen tinggal selapis tipis, saat malaikat maut sepertinya sudah berdiri di sampingnya, sebuah anomali terjadi.
Waktu seakan berhenti. Butiran hujan yang jatuh berhenti di udara.
Suara dengungan aneh terdengar di dalam kepala Ye Chen. Bukan suara manusia, melainkan suara mekanik yang dingin, tanpa emosi, namun terdengar agung bak titah kaisar langit.
Tiiing!
[Mendeteksi gelombang kebencian tingkat Ekstrim.]
[Mendeteksi hasrat seksual yang terpendam dan keinginan dominasi yang meluap.]
[Syarat terpenuhi.]
Sebuah layar hologram berwarna biru cerah muncul tepat di depan wajah Ye Chen, melayang di udara, tidak tersentuh oleh hujan maupun darah.
[Sistem 'Supreme Wealth & Dual Cultivation' (Kekayaan Mutlak & Kultivasi Ganda) sedang diunduh...]
[10%... 30%... 80%... 100%.]
[Instalasi Selesai.]
[Selamat Datang, Host Ye Chen.]
[Status Host saat ini: Sekarat, Rusuk Patah, Pendarahan Internal, Hati Hancur.]
[Melakukan Perbaikan Darurat...]
Hangat.
Tiba-tiba saja, hawa hangat mengalir dari ulu hatinya. Rasanya seperti berendam di air panas setelah seharian kedinginan. Rasa sakit di dadanya perlahan menghilang. Tulang-tulang yang patah bergeser kembali ke tempatnya dengan suara kretek yang mengerikan namun melegakan.
Kretek... Krek...
Ye Chen membelalakkan matanya. Dia bisa merasakan kekuatan baru membanjiri pembuluh darahnya. Jantungnya berdetak kuat, memompa darah yang terasa lebih panas, lebih liar.
Layar di depannya berubah tulisan.
[Perbaikan Selesai.]
[Hadiah Pemula (Newbie Pack) Telah Dibuka:]
[1. Black Card 'Infinite' (Saldo Tak Terbatas - Mata Uang Dunia Fana tidak lagi memiliki arti bagi Anda).]
[2. Tubuh Yang Naga Surgawi (Stamina Seksual Tak Terbatas, Pesona Inkubus, dan Kekuatan Fisik Tahap Awal).]
[3. Mata Kebenaran (Dapat melihat statistik, kelemahan, dan tingkat 'kelayakan' wanita).]
Ye Chen perlahan bangkit duduk. Dia menatap tangannya. Luka-luka lecet akibat aspal sudah hilang tanpa bekas. Kulitnya yang dulu kusam kini terlihat lebih bersih, bahkan di bawah remang malam.
Dia meraba saku celananya yang robek. Di sana, terselip sebuah kartu hitam metalik yang terasa dingin namun berat. Kartu itu memiliki ukiran naga emas yang seolah hidup.
Ye Chen tertawa. Awalnya pelan, lalu makin keras.
"Hahaha... HAHAHAHA!"
Tawanya menggema di gang sempit itu, terdengar gila dan mengerikan. Dia menengadah menatap langit yang masih menangis.
"Lin Rou... Zhao Ming... Kalian pikir kalian sudah menang?"
Ye Chen berdiri tegak. Dia merasakan sesuatu yang berbeda di antara kedua kakinya. Rasa percaya diri yang membuncah, dorongan kejantanan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya. Dia bukan lagi Ye Chen si kuli panggul.
Dia menjilat bibirnya yang kini sudah sembuh. Matanya berkilat dengan cahaya predator.
"Tunggu saja. Aku akan membuat kalian membayar..."
Ye Chen menyeringai, membayangkan wajah Lin Rou yang sombong tadi.
'Dan kau, Lin Rou... Aku akan memastikan kau berlutut, memohon dengan air mata darah agar aku mau memakai mulut kotormu itu lagi. Tapi saat itu terjadi, kau bahkan tidak akan layak menjadi budakku.'
Ye Chen berbalik, melangkah keluar dari gang kumuh itu. Hujan masih turun, tapi air itu seolah enggan menyentuh tubuhnya, seakan alam semesta pun kini takut padanya.
Malam ini, seekor naga telah bangkit di Jianghai. Dan dia sangat, sangat lapar.
Ye Chen terlalu dominan dalam kekayaan ekonomi, kekuatan super, dan bahkan kekuasaan politik. Jika Ye Chen masih dominan di bab-bab selanjutnya, ini akan mematikan konflik bagus dan kemunculan antagonis yang bagus pula.
Apalagi saat ini plot masih menekankan dominasi Ye Chen dalam hal seksualitas dan kekayaan.