Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2
Detik demi detik berganti dan langit sudah terlihat gelap.
Nakula membuka pintu kamarnya yang ia kunci dari tadi pagi.
Ia membelalakkan matanya saat melihat istrinya yang sudah mengenakan gaun pesta yang ia berikan tadi.
"Akhirnya, kamu jadi istri yang patuh." ucap Nakula.
Nakula melepaskan pakaiannya dan menggantinya dengan jas hitam elegan.
Setelah itu ia mengajak istrinya untuk menuju ke hotel bintang lima dimana acara ulang tahun perusahaan diselenggarakan disana.
Saat akan masuk kedalam mobil, Amira melihat Isabel yang sudah duduk di kursi depan.
Amira berdiri dan memandang ke arah wajah suaminya.
"Kak Amira, ayo masuk. Maaf kalau aku duduk didepan. Aku mabuk kendaraan." ucap Isabel dengan nada manja.
"Kalau kamu mabuk kendaraan, kenapa nggak naik becak saja." ujar Amira.
Nakula yang mendengarnya langsung menarik tangan istrinya dan menyuruhnya untuk duduk di kursi belakang.
"Na, sabuk pengamanku belum terpasang. Tolong pasangin."
Amira tahu jika Isabel melakukannya dengan sengaja.
Ia pun tidak memperdulikan kemesraan mereka berdua.
Nakula lekas memasangkan sabuk pengaman Isabel.
Setelah itu Nakula Melajukan mobilnya menuju ke hotel.
Sepanjang perjalanan Amira melihat suaminya yang melirik ke arah Isabel.
Amira menggenggam erat kedua tangannya dan berpura-pura tidak melihat mereka.
Walaupun ia sudah tahu tentu perselingkuhan suaminya.
Amira tidak mau membuka topeng suaminya, karena ia tahu jika ia membukanya.
Nakula kembali menyiksanya lagi, lagi dan lagi sampai Nakula puas.
Satu jam kemudian mereka telah sampai di depan hotel bintang lima.
Nakula turun dari mobil dan ia membuka pintu untuk Isabel.
Begitu pintu mobil terbuka, Nakula langsung bergegas menghampiri Isabel.
Ia tidak menoleh sedikit pun ke arah istrinya yang masih berdiri terpaku.
“Sayang, hati-hati ya. Jalanan licin,” ucap Nakula lembut sambil menggandeng tangan Isabel erat-erat, seakan wanita itulah istrinya yang sah.
Amira hanya menarik napas pelan dan membiarkan dirinya berjalan beberapa langkah di belakang mereka, seperti pengawal yang tidak dianggap keberadaannya.
Begitu memasuki lobi hotel, sekelompok rekan kerja Nakula sudah berdiri menunggu.
Mereka tertawa-tawa begitu melihat kedatangan mereka.
“Nakula! Akhirnya datang juga!” salah satu pria paruh baya berseru sambil menepuk bahunya. Namun pandangannya langsung jatuh ke arah Isabel.
“Wah, ini pasti Isabel, kan? Pasangan paling cocok satu perusahaan!” ucap teman Nakula lainnya.
Isabel tertawa manja sambil merapatkan tubuhnya ke Nakula.
“Ah, jangan lebay deh, Pak.”
“Tapi serius, kalian berdua kelihatan cocok banget. Cantik dan tampan. Berkelas pula.”
Mereka semua tertawa, hingga akhirnya menyadari sosok lain yang berjalan di belakang. Amira.
Beberapa orang langsung saling pandang dengan tatapan geli.
“Itu siapa?” bisik salah satu wanita dengan nada jijik.
“Ah, itu pembantu hotel ya? Kenapa ngikutin kalian?” ujar yang lain.
Tawa kecil terdengar dan Isabel langsung bicara seperti akan melindungi Amira.
“Duh, kalian ini, masa nggak kenal? Ini kan istri sah Kak Nakula.”
Rekan-rekan Nakula mendelik, seperti baru saja mendengar lelucon yang sangat lucu.
“Hah? Istri? Seriusan? Kirain cleaning service,” celetuk salah satu pria sambil menatap Amira dari ujung kepala hingga kaki.
“Tuh kan, makanya jangan sembarangan dandan kalau datang ke acara penting. Bikin kita salah paham,” sahut wanita lain sambil menutup hidungnya pura-pura jijik.
Amira hanya berdiri diam, kedua tangannya mengepal di balik gaun.
Matanya mulai panas bukan karena ingin menangis, melainkan karena amarah yang menumpuk.
Nakula melirik ke arahnya sebentar, lalu tertawa ringan bersama yang lain.
"Aku mengajaknya karena malam ini aku akan memberikannya hadiah." ucap Nakula.
Semua teman-teman Nakula sudah tidak sabar dengan hadiah yang akan diberikan untuk Amira.
Kemudian mereka lekas menuju ke lantai atas tempat perayaan ulang tahun perusahaan.
Sementara di ruangan lain dimana Sebastian sedang duduk bersama klien wanitanya.
"Tuan Sebastian, ini ada hadiah dari Nyonya Devia." ucap sekretaris Devia.
Devia duduk dihadapan Sebastian yang malam ini terlihat sangat tampan.
"Diko, tolong ambil hadiah dari Nyonya Devia." ucap Sebastian.
Diko yang sedang berdiri di samping Sebastian langsung mengambil hadiah pemberian Devia.
Devia menganggukkan kepalanya dan meminta sekretarisnya keluar dari ruangan itu.
Di ruangan itu hanya ada mereka berdua dan disaat Sebastian akan bangkit dari duduknya tiba-tiba Devia langsung memeluknya.
Salah satu tangan Devia memasukkan obat kedalam minuman Sebastian.
"Bastian, tolong terima cintaku. Setiap malam aku memimpikan kamu. Jangan siksa aku seperti ini, Bas." ucap Devia dengan nada manja.
Sebastian melepaskan tangan Devia yang masih memeluknya.
"Dev, lebih baik kamu keluar dari ruangan ini. Sebelum aku memanggil petugas bandara." ucap Sebastian.
Devia menggenggam erat kedua tangannya dan ia mengambil tasnya.
"Baik, aku akan pergi dari sini. Dan sampai kapanpun aku akan menunggumu, Bas."
Devia berjalan keluar dan ia mengajak sekretarisnya meninggalkan hotel.
Sebastian menghela nafasnya dan ia mengambil gelas yang ada di sampingnya.
Ia meminumnya sampai habis tanpa tahu jika Devia telah memberikan obat mawar merah.
Dalam hitungan detik Sebastian merasakan tubuhnya yang panas sekali.
Ia berjalan sempoyongan dan keluar dari kamarnya.
Sementara itu, di lantai atas dimana musik pesta semakin keras.
Lampu-lampu menyorot warna-warni dan para tamu sudah setengah mabuk, tertawa-tawa tanpa arah.
Begitu juga dengan Nakula yang sudah setengah mabuk.
Nakula melihat istrinya yang sedang menikmati acara tersebut.
Dengan jalan yang sempoyongan, Nakula naik ke atas panggung dan mengambil mic pembawa acara.
"AMIRA LESTARI BINTI HERMAN SAYA JATUHKAN TALAK TIGA MALAM INI JUGA!"
Semua orang langsung menoleh ke arah Amira yang sedang berdiri menatap wajah suaminya yang sedang mabuk.
Isabel berjalan menuju ke Amira dan memberikan surat perceraian.
"Kak Amira, tanda tangani saja, ya. Biar aku saja Nakula bisa langsung menikah" ucap Isabel.
Amira tersenyum tipis dan langsung menandatangani surat itu.
Ia tidak bicara sepatah katapun dan langsung meninggalkan ruang pesta itu.
Nakula berdiri mematung saat melihat istrinya yang menerima perceraian itu.
Musik kembali dihidupkan dan mereka kembali berpesta.
Sementara itu Amira berjalan menuju ke lift dan secepatnya meninggalkan hotel itu.
Pintu lift terbuka dan saat akan masuk tiba-tiba ada tangan yang menutup mulutnya dan membawanya ke kamar.
Sesampainya di kamar, lelaki itu melempar Amira ke atas tempat tidur.
"T-tolong aku. Selamatkan aku dari efek obat ini. K-kamu tidak usah takut, karena aku mandul." ucap Sebastian yang memohon kepada Amira.
Amira melihat Sebastian yang sedang memohon kepadanya.
"Apakah kamu tidak takut dengan aku? Wajahku sangat menakutkan dan aku..."
Sebastian yang sudah tidak bisa menahannya langsung mencium bibir Amira.
Amira memejamkan matanya dan membalas ciuman yang diberikan oleh Sebastian.
Sebastian membuka pakaiannya dan pakaian yang dikenakan oleh Amira.
Amira mencengkram erat punggung Sebastian yang menggigit lehernya.
"S-sakit..." ucap Amira dengan suara hampir tidak terdengar.
Amira merasakan sakit yang luar biasa karena selama ia menikah dengan Nakula.
Nakula tidak pernah menyentuhnya sama sekali dan malam ini ia memberikan mahkotanya kepada lelaki yang meminta pertolongannya.
Suara desahan mereka terdengar jelas di dalam kamar.
Sebastian menatap wajah wanita yang sudah menolongnya.
Tiga jam berlalu dan mereka berdua kelelahan sampai akhirnya tertidur pulas dengan posisi Sebastian memeluk tubuh Amira.
karna bastian mandul