NovelToon NovelToon
The Chicken Mafia

The Chicken Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Mafia / Karir / Evolusi dan Mutasi
Popularitas:844
Nilai: 5
Nama Author: Radit Radit fajar

Seorang mafia ayam 🐓

Renardo adalah seorang pria yang baru saja bekerja di perusahaan mafia yang aneh. sistemnya menggunakan ayam, jadi setiap pekerja punya rekan kerja ayam masing-masing untuk menjalankan tugas.

ayam-ayam bisa dilatih dan dilengkapi senjata. Para ayam juga bisa memakan obat tertentu untuk mendapat kekuatan.

Renardo yang saat itu hanya disuruh membawa ayam tanpa informasi tambahan membawa ayam jagonya yang berasal dari perternakan biasa bernama Kibo.

Akankah Renardo dan Kibo melakukan pekerjaan mereka dengan baik?

🥚 Peringatan Organisasi Ayam: Segala perdagangan obat-obatan ayam, undian ayam, atau pemerasan peternak dalam cerita ini hanya terjadi di dunia fiksi. Jika Anda mencoba di dunia nyata, Anda bukan mafia ayam… Anda hanya mencari masalah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radit Radit fajar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pelatihan Pertama Kibo

"bagaimana cara agar Kibo bisa sampai mengikutiku? Aku bahkan tidak pernah melihat ada ayam mengikuti orang langsung selain dari orang-orang di perusahaan ini." tanyaku kepada Jerk.

"ya... Memang cukup sulit sebenarnya, jadi itu juga bertahap, ngak bisa langsung sehari bisa. Kalau begitu mungkin kalau hari ini kamu bisa mencoba tambah akrab dengan Kibo, berinya makan, dan temani dia lebih sering dulu. Baru mulai besok kamu bisa mulai coba pekerjaan ringan dulu." Jerk menjelaskan.

Aku mengangguk, mengerti.

Jadi selama seharian ini, kupikir aku akan dilatih berbagai hal tentang kriminal. Malah disuruh melatih ayam ternakku ini, tapi tidak masalah, ini jelas lebih baik dibanding aku langsung harus bertindak kriminal.

Aku beri Kibo makanan yang tersedia disini. Mencoba melatih dia melompat antar batu, tapi jelas kalau lompat Kibo belum bisa, dia malah hanya turun naik dari batu-batu disini.

Kadang aku juga melatihnya agar mengikutiku dengan memanggilnya dengan panggilan krruuut... Krrruuut... Seperti panggilan biasanya. Awalnya dia tidak merespon, tapi lama-lama akhirnya dia mulai mendekat.

Di tengah hari Jerk menyuruhku mengambil makanan di bagian ruang makan tempat ini. Sementara Kibo dibiarkan dengan ayam jago milik Jerk.

Sampai akhirnya waktu tidak terasa, sudah mulai sore hari. Jelas aku tidak tau karena sedang berada di ruang bawah tanah, aku hanya tau saat aku melihat jam di ponsel.

"kamu bisa pulang dulu untuk sekarang Ren." Jerk berkata.

Aku mengangguk, menggendong kembali Kibo. Diperjalanan pulang aku tidak bisa berharap Kibo akan langsung mengikutiku, jadi tetap kugendong.

...(Di Esok Pagi)...

Aku tetap membawa Kibo dengan kedua tanganku saat pergi bekerja. Aku tau ini aneh, tapi mau tidak mau harus begini, kalau dia jalan sendiri aku takutnya dia malah melintasi jalan

Iya kalau selamat, kalau membuat kecelakaan? Aku tidak hanya akan kehilangan ayam terjinakku, tapi juga bisa-bisa disuruh ganti rugi.

Kali ini aku dibukakan pintu ke ruang bawah tanah saat aku menelponnya. Jerk yang membukakan pintunya.

"hari ini kalian berdua punya tugas, ayo masuk, kita lewat lorong bawah tanah agar tidak terlalu terdeteksi." Jerk berkata.

Aku mengangguk, belum selesai anggukanku, Jerk sudah balik kanan. Ada ayam jagonya juga mengikutinya.

Aku yang masih membawa Kibo ikut turun dari tanah. Kami ke ruang bawah tanah lagi, kali ini aku yang menutup pintu, menurunkan Kibo sebentar.

Pintunya bisa dikunci dari dalam, setelah itu baru aku mengangkat Kibo kembali, menangkapnya sudah lebih mudah.

Kami mengikuti langkah Jerk. Aku tidak tau lagi seberapa luas sebenarnya bangunan bawah tanah ini. Kemarin saat mencari ruang makan saja aku sudah sedikit pusing karena jalurnya.

Sekarang juga sama, aku juga jadi sedikit pusing karena jalurnya. Malahan jalur kali ini lebih panjang, ada turun naik tangga, lewat lorong, pindah ruangan, pindah tingkat.

Untungnya Kibo tidak bisa mual, jadi dia tidak apa-apa. Sampai akhirnya kami naik ke permukaan lagi dengan tangga, pintunya dikunci dari dalam lagi.

Kami semua keluar ketika pintunya dibuka. Muka pintu kali ini tidak bertekstur kayu, tapi dilapisi tanah dengan rerumputan tipis.

Jadi sesuai dengan lingkungan sekitarnya yang merupakan dataran rerumputan, tempat yang cukup luas. Jerk menutup pintunya kembali saat kami sudah berada di luar.

"oh ya, aku hampir lupa satu hal, pakai ini, ini unyuk penyamaran kita, kamu coba pakaikan juga pada Kibo, siapa tau dia mau." Jerk berkata, memberi dua kacamata hitam dengan desain yang sama dengan yang dipakainya dan ayam jagonya.

Aku mengangguk, melepaskan Kibo dulu. Aku menerima kacamatanya, lalu memakainya. Baru aku pakaikan kepada Kibo.

Kepala Kibo bergerak-gerak terus, sampai kacamatanya jatuh dua kali. Untung kacanya tidak mudah pecah.

Dan saat percobaan ketiganya, baru Kibo mulai betah, gerakan kepalanya sudah tidak terlalu keras.

"oh ya, ngomong-ngomong, kenapa kita kesini?" aku bertanya, sudah bangkit lagi dari posisi jongkokku setelah memakaikan Kibo kacamata.

Aku menatap padang rumput yang cukup luas ini sejauh mata memandang, kami sepertinya cukup jauh dari banyak hal. Siluet perumahan saja terlihat kecil, hanya pegunungan yang masih kelihatan besar.

"kita akan menawarkan perlindungan." Jerk menjawab santai, mulai berjalan ke arah pemukiman bersama ayam jagonya.

"perlindungan?" tanyaku lagi.

Aku mulai berjalan, tapi baru sadar Kibo belum kubawa, aku melirik ke belakang, Kibo masih jalan-jalan belum jauh.

"krrruuuut... Krrruuut..." aku memanggil Kibo.

Kali ini Kibo sudah mulai mengerti, dia langsung mendekat. Sesekali kacamatanya jadi miring karena guncangannya saat berjalan, tapi terperbaiki sendiri lagi oleh guncangan lain.

"nanti kamu lihat saja." Jerk berkata, menjawab pertanyaanku.

Kami lanjut berjalan, kali ini aku bisa sedikit lega karena perjalanannya tanah mendatar dengan angin segar yang bertiup.

Kali ini juga Kibo sudah tidak perlu kugendong, dia mulai bisa jalan sendiri, walau kadang tertinggal dan harus kupanggil lagi.

Sampai akhirnya kami tiba di peternakan seorang peternak ayam.

"sekarang kamu tinggal bilang, bayar kami atau peternakanmu tidak akan dilindungi." Jerk berkata saat pemilik peternakan mendekat kepada kami.

"maksudnya?" tanyaku.

"udah, lakuin aja dulu." Jerk berkata.

"ada apa kalian kesini?" peternak itu bertanya.

"bayar kami atau ternakmu tidak akan dilindungi..." aku berkata, sedikit patah-patah sambil mengajukan telapak tanganku.

"baiklah... Ini bayaran kalian." peternak itu berkata, memberikan uang selembar seratus ribu padaku.

Lalu dia balik kanan, pergi kembali mengurus ternaknya. Aku melirik Jerk.

"serius begini saja? Aku malah keliatan kaya ngemis." aku bertanya ke Jerk.

"tenanglah, kita bukan mengemis. Kamu akan mengerti sendiri nanti kalau ada peternak yang ngak bayar. Udah, ayo pulang ke markas." Jerk berkata, seperti biasa dia tidak mau menjawab langsung.

Aku hendak protes, tapi jelas aku tidak bisa apa-apa. Aku dan Kibo mengikuti langkah Jerk dan ayam jagonya kembali ke padang rumput.

Pikiranku sudah mulai mengeluh lagi, karena kami akan lewat jalur yang rumit lagi.

Jerk membuka pintunya saat kamu sudah sampai di pintunya. Entah bagaimana dia bisa tau dimana posisi pintu padahal menyatu sekali dengan padang rumput. Sepertinya dia sudah terbiasa lewat sini.

Saat kami masuk, Jerk yang terakhir menutup dan mengunci pintunya kembali.

Lalu seperti yang sudah kuduga, kami melewati jalur rumit lagi. Tapi kali ini pikiranku sudah lebih siap, aku fokus mengikuti Jerk saja, tidak mencoba memahami jalurnya langsung.

Hari ini juga belum berakhir, karena ini masih pagi hari. Aku tidak tau akan sepanjang apalagi hari ini. Entah aku akan ketemu hal baru lagi, atau aku kembali mencoba melatih Kibo lagi.

1
Rudian Rudi
konsepnya unik dan seru, semangat terus thor updatenya/Smile/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!